Surah Az-Zukhruf Ayat 26-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zukhruf Ayat 26-35

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zukhruf Ayat 26-35 ini, menunjukkan penolakan terhadap keinginan orang-orang musyrik yang tak mau menerima pengangkatan Muhammad saw sebagai rasul, seakan-akan merekalah yang paling berhak dan berwenang membagi-bagi dan menentukan siapa yang pantas menerima rahmat Tuhan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menerangkan bahwa Dia telah memberikan kenikmatan kepada orang-orang musyrik dan nenek moyang mereka sejak dahulu kala, memanjangkan umur mereka, menganugerahkan beraneka ragam nikmat, tetapi mereka itu terpesona oleh nikmat yang ada pada mereka, terpengaruh oleh kehendak hawa nafsu mereka, lalu menuruti ajakan setan dan melupakan kalimat tauhid.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf Ayat 26-35

Surah Az-Zukhruf Ayat 26
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ

Terjemahan: “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,

Tafsir Jalalain: وَإِذۡ (Dan) ingatlah وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِى بَرَآءٌ (ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab) atau berlepas diri مِّمَّا تَعۡبُدُونَ (terhadap apa yang kalian sembah.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman tentang hamba, Rasul dan kekasih-Nya, seorang pemimpin orang-orang hanif serta seorang ayah para Nabi yang diutus setelahnya, dimana orang Quraisy menisbatkan diri kepada keturunan dan madzhabnya, bahwasannya dia sendiri berlepas diri dari bapaknya dan kaumnya yang menyembah berhala. إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ (“Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,)

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Muhammad saw supaya dia memperingatkan kaumnya yang fanatik kepada nenek moyangnya bahwa Nabi Ibrahim telah berlepas diri dari bapak dan kaumnya ketika dia melihat mereka bersungguh-sungguh menyembah berhala, karena yang demikian itu adalah satu hal yang tidak pantas dan membawa kepada kesesatan sebagaimana firman Allah:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (al-An’am/6: 74).

Tafsir Quraish Shihab: Ceritakanlah, wahai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakan rasul itu, kisah Nabi Ibrâhîm ketika ia berkata kepada ayah dan kaumnya, “Aku sungguh-sungguh terlepas dari penyembahan tuhan kalian yang palsu itu.

Surah Az-Zukhruf Ayat 22
إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ

Terjemahan: “tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”.

Tafsir Jalalain: (Tetapi aku menyembah Tuhan Yang menjadikanku) menyembah Allah yang telah menciptakan aku (karena sesungguhnya Dia akan memberi taufik kepadaku”) artinya Dia pasti membimbingku kepada agama-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ ( tetapi [aku beribadah kepada Rabb] Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Nabi Ibrahim menegaskan pendiriannya setelah dia berlepas diri dari bapak dan kaumnya, bahwa dia hanya menyembah Allah yang menciptakannya dan yang menciptakan seluruh manusia. Dia yang akan menunjukkan jalan yang baik dan benar, yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dia yang menyediakan dan memberi makan dan minum, menyembuhkan orang sakit.

Tuhan yang mematikan dan menghidupkan, Tuhan yang diharapkan mengampuni dosa di akhirat. Penegasan Nabi Ibrahim diabadikan di dalam Al-Qur’an sebagaimana firman Allah: (yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan Yang memberi makan dan minum kepadaku; dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat.” (asy-Syura/26: 78-82).

Tafsir Quraish Shihab: Aku hanya menyembah Allah, Tuhan yang telah menciptakanku, karena hanya Dialah yang akan menunjukkanku ke jalan yang benar.”

Surah Az-Zukhruf Ayat 28
وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۢ بَاقِيَةً فِى عَقِبِهِۦ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

Terjemahan: “Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.

Tafsir Jalalain: وَجَعَلَهَا (Dan Ibrahim menjadikannya) kalimat tauhid, yang tersimpul dari perkataannya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku…” (Q.S. Ash shaffat, 99). كَلِمَةًۢ بَاقِيَةً فِى عَقِبِهِۦ (sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya) pada anak cucunya, maka tetap akan ada orang-orang yang mengesakan Allah di antara keturunannya itu لَعَلَّهُمۡ (supaya mereka) penduduk Mekah يَرۡجِعُونَ (kembali) meninggalkan apa yang biasa mereka lakukan, yaitu menyembah berhala, kemudian memeluk agama bapak moyang mereka, yakni Nabi Ibrahim.

Tafsir Ibnu Katsir: ‘Ikrimah, Muhahid, adl-Dlahhak, Qatadah, as-Suddi dan lain-lain berkata tentang firman Allah: وَجَعَلَهَا كَلِمَةًۢ بَاقِيَةً فِى عَقِبِهِۦ (“Dan [Ibrahim] menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya.”) yaitu’ yang senantiasa ada orang yang terus mengucapkannya di antara keturunannya. Pendapat senada diriwayatkan pula dari Ibnu ‘Abbas.

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Nabi Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal, agar penduduk Mekah dapat menyadarinya, lalu meninggalkan agama nenek moyangnya yang sesat dan mengikuti agama tauhid yang dianut nenek moyang mereka yang tidak sesat yaitu Ibrahim apalagi jika mereka mengingat, bahwa Nabi Ibrahimlah kebanggaan mereka karena membangun Baitullah yang menjadi kiblat umat Islam sedunia ketika mendirikan salat.

Qatadah berkata, “Dari keturunan Ibrahim itu senantiasa ada yang menyembah Allah sampai hari Kiamat.” Dan Ibnu ‘Arabi berkata, “Bahwasanya keturunan Ibrahim dapat turun-temurun beragama tauhid, karena dua doanya yang telah diperkenankan oleh Allah, pertama:

“Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (al-Baqarah/2: 124) dan kedua: Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. (Ibrahim/14: 35).

Tafsir Quraish Shihab: Dengan mendeklarasikan pernyataan tauhid itu, Ibrâhîm mengabadikan ucapannya untuk anak keturunannya, dengan harapan semoga mereka kembali dan mempercayai pernyataan itu.

Surah Az-Zukhruf Ayat 29
بَلۡ مَتَّعۡتُ هَٰٓؤُلَآءِ وَءَابَآءَهُمۡ حَتَّىٰ جَآءَهُمُ ٱلۡحَقُّ وَرَسُولٌ مُّبِينٌ

Terjemahan: “Tetapi Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al Quran) dan seorang rasul yang memberi penjelasan.

Tafsir Jalalain: بَلۡ مَتَّعۡتُ هَٰٓؤُلَآءِ (Tetapi Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka) kepada orang-orang musyrik itu وَءَابَآءَهُمۡ (dan bapak-bapak mereka) dan Aku tidak menyegerakan hukuman-Ku kepada mereka حَتَّىٰ جَآءَهُمُ ٱلۡحَقُّ (sehingga datanglah kebenaran kepada mereka) Alquran yang membawa kebenaran وَرَسُولٌ مُّبِينٌ (dan seorang rasul yang memberi penjelasan) yang menampakkan kepada mereka hukum-hukum syariat, yaitu Nabi Muhammad saw.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: بَلۡ مَتَّعۡتُ هَٰٓؤُلَآءِ (“Tetapi Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka.”) yaitu kepada orang-orang musyrik. وَءَابَآءَهُمۡ (“Dan kepada bapak-bapak mereka.”) umur mereka diperpanjang dalam kesesatan. حَتَّىٰ جَآءَهُمُ ٱلۡحَقُّ وَرَسُولٌ مُّبِينٌ (“Sehingga datanglah kepada mereka kebenaran [al-Qur’an] dan seorang Rasul yang memberi penjelasan.”) yaitu, di antara risalah dan ancaman.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Dia telah memberikan kenikmatan kepada orang-orang musyrik dan nenek moyang mereka sejak dahulu kala, memanjangkan umur mereka, menganugerahkan beraneka ragam nikmat, tetapi mereka itu terpesona oleh nikmat yang ada pada mereka, terpengaruh oleh kehendak hawa nafsu mereka, lalu menuruti ajakan setan dan melupakan kalimat tauhid.

Maka Allah menjadikan dari keturunan Ibrahim orang-orang yang mengesakan Allah, menyuruh orang-orang kafir di antara mereka agar beriman kepada-Nya, maka dipilih-Nyalah Muhammad saw sebagai Rasul dan diturunkan-Nya Al-Qur’an sebagai kitab yang berisi petunjuk ke jalan yang benar, menyeru mereka untuk berbuat amal baik demi kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang musyrik tidak memenuhi harapan Ibrâhîm, dan Aku pun tidak mempercepat hukuman untuk mereka. Mereka yang hidup pada zamanmu sekarang, wahai Muhammad, Aku berikan berbagai anugerah dan kenikmatan seperti halnya leluhur-leluhur mereka dahulu, sampai turunnya al-Qur’ân yang mengajak kepada kebenaran dan sampai datang kepada mereka seorang rasul yang menjelaskan dan mengajak untuk mengimaninya.

Surah Az-Zukhruf Ayat 30
وَلَمَّا جَآءَهُمُ ٱلۡحَقُّ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٌ وَإِنَّا بِهِۦ كَٰفِرُونَ

Terjemahan: “Dan tatkala kebenaran (Al Quran) itu datang kepada mereka, mereka berkata: “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya”.

Tafsir Jalalain: وَلَمَّا جَآءَهُمُ ٱلۡحَقُّ (Dan tatkala kebenaran itu datang kepada mereka) yakni Alquran قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٌ وَإِنَّا بِهِۦ كَٰفِرُونَ (mereka berkata, “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya.”).

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَمَّا جَآءَهُمُ ٱلۡحَقُّ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٌ وَإِنَّا بِهِۦ كَٰفِرُونَ (“Dan tatkala kebenaran [al-Qur’an] itu datang kepada mereka, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya.’”) yaitu menolak, menentang dan menyingkirkannya dengan cerah ceria karena hasad dan sombong.

Tasir Kemenag: Allah menerangkan bahwa ketika disampaikan kepada mereka Al-Qur’an dan mukjizat sebagai bukti kebenaran Rasul, mereka menyambutnya dengan sambutan yang tidak baik. Mereka berkata bahwa apa yang didatangkan kepada mereka adalah sihir dan bukan wahyu dari Allah, oleh karena itu mereka mengingkarinya.

Tafsir Quraish Shihab: Dan ketika al-Qur’ân itu diturunkan kepada mereka untuk membimbing mereka ke jalan tauhid, kitab suci itu malah mereka masukkan ke dalam kesyirikan mereka dengan menyebutnya, dengan nada menghina, sebagai sihir dan kamuflase. Mereka tetap berada dalam kakafiran.

Surah Az-Zukhruf Ayat 31
وَقَالُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِّنَ ٱلۡقَرۡيَتَيۡنِ عَظِيمٍ

Terjemahan: “Dan mereka berkata: “Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?”

Tafsir Jalalain: وَقَالُواْ لَوۡلَا (Dan mereka berkata, “Mengapa tidak) kenapa tidak نُزِّلَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِّنَ (diturunkan Alquran ini kepada seorang besar dari) kalangan penduduk ٱلۡقَرۡيَتَيۡنِ (da negeri) yakni Mekah dan Madinah, maksudnya dari salah satu antara keduanya عَظِيمٍ (yang besar ini?”) yang dimaksud oleh mereka adalah Al Walid Ibnu Mughirah di Mekah, atau Urwah ibnu Mas’ud Ats Tsaqafi di Thaif.

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالُواْ (“Dan mereka berkata”) yaitu seperti orang yang menentang apa yang diturunkan oleh Allah Yang Mahatinggi lagi Mahasuci.
لَوۡلَا نُزِّلَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِّنَ ٱلۡقَرۡيَتَيۡنِ عَظِيمٍ (“Mengapa al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang [yang ] besar dari salah satu [di antara] dua negeri ini?”) mengapa al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang laki-laki agung dan besar menurut pandangan mereka dari salah satu [di antara] dua negeri ini? Yang mereka maksud adalah Makkah dan Tha-if. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, Qatadah, as-Suddi dan Ibnu Zaid.

Dan tidak hanya satu orang yang menyebutkan bahwa yang mereka maksud adalah al-Walid binal-Mughirah dan ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqifi.
Malik berkata dari Zaid bin Aslam, adl-Dlahhak dan as-Suddi, bahwa yang mereka maksud adalah al-Walid bin al-Mughirah dan Mas’ud bin ‘Amr ats-Tsaqifi.

Tafsir Kemenag: Mereka berkata, “Kedudukan sebagai rasul adalah kedudukan yang mulia, maka sepantasnyalah orang yang memangku jabatan itu adalah orang yang mulia pula, mempunyai kekayaan dan kedudukan yang tinggi, sedangkan Muhammad saw tidak memiliki yang demikian itu.

Yang pantas menduduki jabatan ini adalah salah satu dari dua orang yang memiliki hal-hal tersebut dari dua kota yang mulia pula yaitu al-Walid bin al-Mugirah dari Mekah atau ‘Urwah bin Mas’ud ats-saqafi dari thaif.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan maksud menganggap remeh pribadi Muhammad dan dengan menganggap bahwa turunnya al-Qur’ân itu terlalu berat untuk seseorang seperti dia, orang-orang musyrik berkata, “Mengapa al-Qur’ân yang dianggap sebagai wahyu Allah itu tidak diturunkan kepada seorang tokoh pembesar dari Mekah atau Thaif?”

Surah Az-Zukhruf Ayat 32
أَهُمۡ يَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضًا سُخۡرِيًّا وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَيۡرٌ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ

Terjemahan: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Tafsir Jalalain: أَهُمۡ يَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَ (Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu?) yang dimaksud dengan rahmat adalah kenabian نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا (Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia) maka Kami jadikan sebagian dari mereka kaya dan sebagian lainnya miskin.

وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ (dan kami telah meninggikan sebagian mereka) dengan diberi kekayaan فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَتَّخِذَ (atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan) golongan orang-orang yang berkecukupan بَعۡضُهُم (sebagian yang lain) atas golongan orang-orang yang miskin بَعۡضًا سُخۡرِيًّا (sebagai pekerja) maksudnya, pekerja berupah; huruf Ya di sini menunjukkan makna Nasab, dan menurut suatu qiraat lafal Sukhriyyan dibaca Sikhriyyan yaitu dengan dikasrahkan huruf Sin-nya وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ (Dan rahmat Rabbmu) yakni surga Rabbmu خَيۡرٌ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ (lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan) di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman menolak pertentangan mereka ini: أَهُمۡ يَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَ (“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu?”) yaitu perkaranya bukanlah dikembalikan kepada mereka, akan tetapi kepada Allah. Dan Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia jadikan risalah-Nya, karena Dia tidak menurunkannya kecuali kepada makhluk-Nya yang hati dan jiwanya paling bersih, serta keluarganya paling terhormat dan asal-usulnya paling suci.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 72-74 ; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kemudian Allah berfirman memberikan penjelasan bahwa Dia memberikan tingkatan kepada makhluk-Nya tentang harta, akal dan pemahaman yang diberikan kepada mereka serta berbagai daya, lahir dan batin. Maka Dia berfirman: نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا (“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.”)

Firman Allah: لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضًا سُخۡرِيًّا (“Agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.”) satu pendapat mengatakan bahwa maknanya adalah, agar sebagian mereka mempergunakan sebagian yang lain dalam berbagai amal, karena sebagian membutuhkan sebagian yang lain. Itulah yang dikatakan oleh as-Suddi dan lain-lain. Sedangkan Qatadah dan adl-Dlahhak berkata: “Agar sebagian mereka memiliki sebagian yang lain.” Dan makna ini kembali kepada yang pertama.

Firman Allah: وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَيۡرٌ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ (“Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”) yaitu rahmat Allah kepada para makhluk-Nya lebih baik bagi mereka daripadaapa yang mereka miliki berupa harta benda dan kesenangan kehidupan dunia.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menunjukkan penolakan terhadap keinginan orang-orang musyrik yang tak mau menerima pengangkatan Muhammad saw sebagai rasul; seakan-akan merekalah yang paling berhak dan berwenang membagi-bagi dan menentukan siapa yang pantas menerima rahmat Tuhan.

Allah menyatakan, “Sekali-kali tidaklah demikian halnya, Kamilah yang berhak dan berwenang mengatur dan menentukan penghidupan hamba dalam kehidupan dunia. Kami-lah yang melebihkan sebagian hamba atas sebagian yang lain;

ada yang kaya dan ada yang lemah, ada yang pandai dan ada yang bodoh, ada yang maju dan ada yang terbelakang, karena apabila Kami menyamakan di antara hamba di dalam hal-hal tersebut di atas, maka akan terjadi persaingan di antara mereka, atau tidak terjadi situasi saling bantu-membantu antara satu dengan yang lain, dan tidak akan terjadi saling memanfaatkan antara satu dengan yang lain, sebaliknya mereka saling mengejek. Semuanya itu akan membawa kepada kehancuran dan kerusakan dunia.

Kalau mereka tidak mampu berbuat seperti tersebut di atas mengenai urusan keduniaan, mengapa mereka berani menentang berbagai kebijaksanaan Allah di dalam menentukan siapa yang pantas diserahi tugas kerasulan itu.

Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa rahmat Allah dan keutamaan yang diberikan kepada orang yang telah ditakdirkan memangku jabatan kenabian dan mengikuti petunjuk wahyu dalam Al-Qur’an yang telah diturunkan, jauh lebih baik dan mulia daripada kemewahan dan kekayaan dunia yang ditimbun mereka. Demikian dikarenakan dunia dengan segala kekayaannya itu berada di tepi jurang yang akan runtuh dan akan lenyap tidak berbekas sedikit pun.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang musyrik itu tidak memiliki kunci risalah sehingga dengan seenaknya memberikan risalah kepada tokoh mereka. Bahkan Kamilah yang menanggung penghidupan mereka karena mereka tidak mampu melakukan sendiri hal itu.

Sebagian mereka Kami berikan rezeki dan kedudukan lebih banyak dan lebih baik dari yang lain, agar mereka dapat saling menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masing-masing menopang yang lain dalam mencari penghidupan dan mengatur kehidupan.

Dan karunia kenabian, dengan kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagai konsekwensinya, jauh lebih baik dari kedudukan yang paling tinggi di dunia sekalipun.

Surah Az-Zukhruf Ayat 33
وَلَوۡلَآ أَن يَكُونَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً لَّجَعَلۡنَا لِمَن يَكۡفُرُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ لِبُيُوتِهِمۡ سُقُفًا مِّن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيۡهَا يَظۡهَرُونَ

Terjemahan: “Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya.

Tafsir Jalalin: وَلَوۡلَآ أَن يَكُونَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً (Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu) dalam kekafiran لَّجَعَلۡنَا لِمَن يَكۡفُرُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ لِبُيُوتِهِمۡ (tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah bagi rumah-rumah mereka) lafal Libuyutihim menjadi Badal dari lafal Liman سُقُفًا (loteng-loteng) dapat dibaca Saqfan atau Suqfan keduanya adalah bentuk jamak مِّن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ (dari perak dan juga tangga-tangga) dari perak pula عَلَيۡهَا يَظۡهَرُونَ (yang mereka menaikinya) yang dapat mereka naiki untuk mencapai atap rumah-rumah mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: berfirman: وَلَوۡلَآ أَن يَكُونَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً (“Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu.”) yaitu sekiranya bukan karena kebanyakan manusia yang bodoh berkeyakinan bahwa harta yang Kami berikan merupakan bukti kecintaan Kami kepada orang-orang yang Kami beri itu, lalu mereka bersatu dalam kekufuran karena harta. Inilah makna perkataan Ibnu ‘Abbas, al-Hasan, Qatadah, as-Suddi dan lain-lain.

لَّجَعَلۡنَا لِمَن يَكۡفُرُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ لِبُيُوتِهِمۡ سُقُفًا مِّن فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ (“Tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada [Rabb] Yang Mahapemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan [juga] tangga-tangga.”) yaitu tangga-tangga dan tingkat dari perak. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah, as-Suddi, Ibnu Zaid dan lain-lain. ‘عَلَيۡهَا يَظۡهَرُونَ (“Yang mereka menaikinya”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan sekiranya bukan karena Allah hendak menghindarkan semua manusia menjadi umat yang satu dalam kekafiran akibat mereka melihat orang-orang kafir memperoleh rezeki yang lapang, karena mengira bahwa harta yang banyak adalah bukti cinta Allah kepada mereka, maka akan Allah berikan kepada orang-orang kafir itu rumah-rumah mewah yang terbuat dari emas dan perak, tetapi Allah menghendaki keimanan mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Kalau bukan karena Kami tidak menginginkan semua orang menjadi kafir ketika melihat bahwa orang-orang kafir itu mendapat rezeki yang amat luas, tentu Kami akan menjadikan atap dan tangga rumah orang-orang kafir itu terbuat dari perak, karena begitu rendah dan sepelenya dunia bagi Kami.

Surah Az-Zukhruf Ayat 34
وَلِبُيُوتِهِمۡ أَبۡوَٰبًا وَسُرُرًا عَلَيۡهَا يَتَّكِـُٔونَ

Terjemahan: “Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya.

Tafsir Jalalain: وَلِبُيُوتِهِمۡ أَبۡوَٰبًا (Dan Kami buatkan pula -pintu-pintu bagi rumah-rumah mereka) yang juga terbuat dari perak وَ (dan) begitu pula Kami buatkan untuk mereka سُرُرًا (dipan-dipan) yang terbuat dari perak; lafal Sururan adalah bentuk jamak dari lafal Sarirun artinya, ranjang atau dipan عَلَيۡهَا يَتَّكِـُٔونَ (yang mereka bertelekan atasnya.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَلِبُيُوتِهِمۡ أَبۡوَٰبًا (“Dan Kami buatkan pula pintu-pintu perak bagi rumah-rumah mereka.”) yaitu kunci-kunci bagi pintu-pintu mereka.

وَسُرُرًا عَلَيۡهَا يَتَّكِـُٔونَ (“Dan [begitu pula] dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya.”) yaitu seluruhnya terbuat dari perak. Wa zukhrufan (“Dan [Kami buatkan pula] perhiasan-perhiasan”) emas-emas. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Qatadah, as-Suddi dan Ibnu Zaid.

Baca Juga:  Surah Az-Zukhruf Ayat 74-80; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Begitu juga pintu-pintu rumah orang-orang kafir, dan tempat tidur yang mereka tiduri akan dijadikan dari perak. Semua itu adalah perhiasan tempat manusia berbangga-bangga; semua itu hanya merupakan kesenangan kehidupan dunia yang sifatnya sementara, dan hanya dapat bertahan beberapa saat saja lalu hilang lenyap,

Sedangkan kehidupan akhirat yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan yang beraneka ragam dan tak terhitung banyaknya serta kekal abadi telah dipersiapkan untuk orang yang bertakwa kepada Allah, yang tidak menyekutukan-Nya, yang tidak berbuat maksiat dengan melanggar perintah-Nya, tetapi taat dan patuh melaksanakan perintah-Nya.

Firman Allah: Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (al-A’la/87: 16-17).

Tafsir Quraish Shihab: Tentu Kami akan menjadikan pintu dan dipan rumah mereka dari perak pula untuk mereka nikmati dan sebagai tempat mereka bersandar. Dan tentu Kami akan mejadikan segalanya untuk perhiasan mereka.

Semua kenikmatan hidup yang Kami gambarkan kepadamu itu hanyalah kenikmatan yang bersifat sementara, terbatas hanya pada kehidupan dunia. Dan pahala akhirat yang ada di sisi Tuhan Sang Pencipta dan Pemelihara, hanya disediakan untuk orang-orang yang menjauhi syirik dan dosa-dosa besar.

Surah Az-Zukhruf Ayat 35
وَزُخۡرُفًا وَإِن كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡءَاخِرَةُ عِندَ رَبِّكَ لِلۡمُتَّقِينَ

Terjemahan: “Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Tafsir Jalalain: وَزُخۡرُفًا (Dan Kami buatkan pula perhiasan-perhiasan) dari emas untuk mereka. Makna ayat, seandainya tidak karena khawatir orang mukmin akan menjadi kafir, bila Kami anugerahkan kepadanya hal-hal tersebut sebagaimana yang telah Kami berikan kepada orang kafir, tentulah Kami akan memberikan kepada orang mukmin hal-hal itu. Karena keduniaan itu tidak ada artinya di sisi Kami, dan kelak di akhirat tidak berharga sama sekali bila dibandingkan dengan nikmat surga.

وَإِن (Dan sesungguhnya) lafal In di sini adalah bentuk Takhfif dari Inna yang Tsaqilah; artinya sesungguhnya كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا (semuanya itu tiada lain) jika dibaca Lama dengan cara Takhfif, maka huruf Ma adalah Zaidah, jika dibaca Lamma dengan memakai Tasydid pada huruf Mim maknanya sama dengan lafal Illa, dan lafal In bermakna Nafi.

Menurut bacaan pertama arti ayat ini ialah, “Dan sesungguhnya semuanya itu hanyalah. “Menurut bacaan kedua artinya menjadi, “Dan tiadalah semuanya itu melainkan مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا (kesenangan kehidupan dunia) yang dapat dipakai untuk bersenang-senang kemudian lenyap sesudah itu وَٱلۡءَاخِرَةُ (dan kehidupan di akhirat itu) yakni di surga عِندَ رَبِّكَ لِلۡمُتَّقِينَ (di sisi Rabbmu bagi orang-orang yang bertakwa.).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَزُخۡرُفًا وَإِن كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا (“Dan semua itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia.”) semua itu hanyalah bagian dunia yang fana, hilang dan hina di sisi Allah. Artinya, Dia menjadikan kebaikan yang mereka amalkan di dunia berupa makanan dan minuman sebagai pemenuhan akhirat. Dan mereka tidak memiliki kebaikan yang akan mendapatkan balasan di sisi Allah. Sebagaimana yang tercantum dalam hadits shahih.

Firman Allah: وَٱلۡءَاخِرَةُ عِندَ رَبِّكَ لِلۡمُتَّقِينَ (“Dan kehidupan akhirat itu di sisi Rabb-mu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.”) kehidupan akhirat itu khusus untuk mereka, yang tidak akan didapatkan oleh selain mereka [yang bertakwa].

Untuk itu, Umar bin al-Kaththab berkata kepada Rasulullah saw. ketika beliau menjauhi istri-istri beliau, beliau tidur di atas pasir-pasir berdebu, sehingga terlihat bekasnya di punggung beliau, lalu Umar menangis dan berkata:

“Ya Rasulallah, para raja dan kaisar telah mengenyam kenikmatan, padahal engkau adalah makhluk pilihan Allah?” Ketika itu Rasulullah saw. sedang bertelekan, lalu beliau duduk dan bersabda: “Apakah engkau [berada] dalam keraguan wahai Ibnul Khaththab?” kemudian beliau bersabda: “Mereka adalah kaum yang kebaikan mereka [telah] didahulukan dalam kehidupan dunia mereka.”

Dalam satu riwayat dikatakan: “Apakah engkau tidak senang jika mereka mendapatkan dunia, sedangkan kita mendapatkan akhirat?”
Tercantum juga dalam ash-Shahihain dan selain keduanya, bahwa Rasulullah bersabda:

“Janganlah kalian minum dalam bejana emas dan perak, dan janganlah kalian makan pada piring keduanya. karena semua itu untuk mereka [orang-orang kafir] di dunia dan untuk kita di akhirat.”

Allah Ta’ala memberikan hal itu bagi mereka di dunia karena kehinaannya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari jalan Abu Hazim, bahwa Sahl bin Sa’ad berkata: Rasulullah saw. bersabda:

“Seandainya dunia ini berharga di sisi Allah seberat satu sayap nyamuk saja, niscaya Dia tidak akan memberikan minum kepada orang kafir walaupun hanya seteguk air selama-lamanya.” At-Tirmidzi berkata: “Hasan shahih.”

Tafsir Kemenag: Begitu juga pintu-pintu rumah orang-orang kafir, dan tempat tidur yang mereka tiduri akan dijadikan dari perak. Semua itu adalah perhiasan tempat manusia berbangga-bangga; semua itu hanya merupakan kesenangan kehidupan dunia yang sifatnya sementara, dan hanya dapat bertahan beberapa saat saja lalu hilang lenyap,

Sedangkan kehidupan akhirat yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan yang beraneka ragam dan tak terhitung banyaknya serta kekal abadi telah dipersiapkan untuk orang yang bertakwa kepada Allah, yang tidak menyekutukan-Nya, yang tidak berbuat maksiat dengan melanggar perintah-Nya, tetapi taat dan patuh melaksanakan perintah-Nya.

Firman Allah: Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (al-A’la/87: 16-17).

Tafsir Quraish Shihab: Tentu Kami akan menjadikan pintu dan dipan rumah mereka dari perak pula untuk mereka nikmati dan sebagai tempat mereka bersandar. Dan tentu Kami akan mejadikan segalanya untuk perhiasan mereka.

Semua kenikmatan hidup yang Kami gambarkan kepadamu itu hanyalah kenikmatan yang bersifat sementara, terbatas hanya pada kehidupan dunia. Dan pahala akhirat yang ada di sisi Tuhan Sang Pencipta dan Pemelihara, hanya disediakan untuk orang-orang yang menjauhi syirik dan dosa-dosa besar.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zukhruf Ayat 26-35 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S