Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zukhruf Ayat 57-65 ini, diterangkan bahwa kaum musyrikin Mekah itu membandingkan tuhan-tuhan mereka, yaitu berhala-berhala, dengan Nabi Isa yang telah dipertuhankan oleh orang-orang sesat sebelumnya, manakah yang lebih baik.
Allah menegaskan bahwa Nabi Isa sesungguhnya adalah hamba-Nya, bukan anak-Nya dan bukan Tuhan. Ia telah dikaruniai kemuliaan, yaitu menjadi nabi yang menyampaikan ajaran-ajaran Allah dalam kitab Injil.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf Ayat 57-65
Surah Az-Zukhruf Ayat 57
وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوۡمُكَ مِنۡهُ يَصِدُّونَ
Terjemahan: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.
Tafsir Jalalain: وَلَمَّا ضُرِبَ (Dan tatkala dijadikan) dibuat ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا (putra Maryam sebagai perumpamaan) yaitu ketika Allah swt. menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah makanan neraka Jahanam..” (Q.S. Al Anbiya, 98).
Seketika itu juga orang-orang musyrik mengatakan, “Kami rela bila ternyata tuhan-tuhan sesembahan kami bersama dengan Isa, karena ia pun menjadi sesembahan selain Allah pula إِذَا قَوۡمُكَ (tiba-tiba kaummu) yakni mereka yang musyrik مِنۡهُ (terhadap perumpamaan itu) terhadap misal tersebut يَصِدُّونَ (menertawakannya) karena gembira mendengar perumpamaan itu.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman memberikan kabar tentang kesengsaraan orang Quraisy dalam kekufuran, serta kesengajaan mereka dalam pembangkangan dan persengketaan mereka: وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوۡمُكَ مِنۡهُ يَصِدُّونَ (“Dan tatkala putera Maryam [‘Isa] dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya [Quraisy] bersorak karenanya.”) bukan hanya satu ulama yang mengatakan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, as-Suddi dan adl-Dlahhak, yaitu mereka menertawakan. Artinya mereka merasa heran dengan hal itu. Qatadah berkata: “Mereka kaget dan tertawa.” Sedangkan Ibrahim an-Nakha’i berkata: “Mereka berpaling.”
وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوۡمُكَ مِنۡهُ يَصِدُّونَ (“Dan tatkala putera Maryam [‘Isa] dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya [Quraisy] bersorak karenanya.”) yaitu mereka palingkan perintahmu tentang hal itu dari perkataannya.
Kemudian Dia menceritakan ‘Isa dengan firman-Nya: “Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan Dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.
Dan Sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.” Yaitu mukjizat-mukjizat yang ada di tangannya berupa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan penyakit. Maka cukuplah hal itu sebagai bukti tentang pengetahuan hari kiamat. Dia berfirman: “Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
Ibnu Jarir dalam salah satu riwayatnya menyebutkan dari al-‘Aufi, dari Ibnu ‘Abbas, tentang firman Allah: وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوۡمُكَ مِنۡهُ يَصِدُّونَ (“Dan tatkala putera Maryam [‘Isa] dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya [Quraisy] bersorak karenanya.”) yaitu orang-orang Quraisy ketika dikatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (al-Anbiyaa’: 98) hingga akhir ayat. Maka orang Quraisy bertanya kepadanya: “Mengapa anak Maryam?” Beliau menjawab:
“Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya.” Mereka mengatakan: “Demi Allah, dia tidak menghendaki ini kecuali kami jadikan ia sebagai tuhan, sebagaimana Nasrani menjadikan ‘Isa bin Maryam sebagai tuhan.”
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Yahya, mantan budak Ibnu ‘Aqil al-Anshari berkata: Ibnu ‘Abbas berkata: “Sesungguhnya aku mengetahui satu ayat dalam al-Qur’an yang tidak ada seorangpun bertanya kepadaku tentang ayat itu, dan aku tidak mengetahui orang yang lebih mengetahuinya, tetapi mereka tidak bertanya tentang ayat tersebut atau mereka belum mengerti lalu bertanya.” Ia berkata:
“Kemudian ia mulai menerangkan kepada kami, tatkala ia berdiri, ia membacakannya. Lalu tidak ada di antara kami yang bertanya kepadanya. Maka aku berkata: ‘Besok aku akan bertanya tentang ayat tersebut.’ Pada keesokan harinya aku berkata: “Wahai Ibnu ‘Abbas. Kemarin engkau mengatakan bahwa ada satu ayat dalam al-Qur’an yang tidak ada seorangpun bertanya kepadamu tentangnya, dan engkau tidak mengetahui seorang manusia pun yang lebih tahu atau mereka tidak mengetahui maknanya.” Maka aku bertanya:
“Beritahukanlah kepadaku tentang ayat itu dan ayat-ayat yang engkau baca sebelumnya.” Beliau berkata: “Benar, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepada orang Quraisy: ‘Wahai segenap orang Quraisy, sesungguhnya tidak ada kebaikan sedikitpun bagi orang yang beribadah kepada selain Allah.’”
Sedangkan orang Quraisy mengetahui bahwa orang Nasrani menyembah ‘Isa bin Maryam, maka bagaimana pendapatmu mengenai Muhammad? Mereka berkata:
“Wahai Muhammad. Bukankah engkau menyangka bahwa ‘Isa bin Maryam adalah seorang Nabi dan hamba Allah yang shalih? Maka jika engkau benar, berarti ilah mereka benar sebagaimana yang kalian katakan.” Maka ia berkata: “Maka Allah menurunkan firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوۡمُكَ مِنۡهُ يَصِدُّونَ (“Dan tatkala putera Maryam [‘Isa] dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya [Quraisy] bersorak karenanya.”) aku berkata: “Apa maksud yashidduun?” Ia menjawab: “Mereka tertawa.”
Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Isa putra Maryam dijadikan contoh oleh kaum musyrikin Mekah untuk menjatuhkan dan memperolok-olokkan Nabi Muhammad saw. Hal itu terjadi ketika beliau menyampaikan ayat,” “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahanam.,” (al-Anbiya’/21: 98).
Mereka bersorak-sorai kegirangan, karena menyangka memperoleh alasan untuk membuktikan bahwa Nabi Muhammad bertindak salah berdasarkan ayat itu. Hal itu karena Nabi Isa disembah oleh sebagian manusia. Dengan begitu beliau juga akan masuk neraka bersama mereka yang menyembahnya.
Untuk membantah pandangan itu Allah menurunkan ayat, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka),” (al-Anbiya’/21:101). Dengan demikian Nabi Isa, ‘Uzair, dan pendeta-pendeta serta rahib-rahib yang taat dan hanya menyembah Allah, akan masuk surga, dan orang-orang sesat yang kemudian menjadikan mereka tuhan-tuhan selain Allah akan masuk neraka.
Mengenai Isa sendiri yang disembah mereka yang sesat itu turun ayat ini untuk membantahnya, “Dan tatkala putra Maryam dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu, ya Muhammad, bersorak karenanya,” yaitu menyoraki kamu karena firman-Nya itu. Selanjutnya Allah menjelaskan,
“Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami anugerahi nikmat dan Kami jadikan tanda untuk Bani Israil. Dan jika Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagian kalian malaikat-malaikat di bumi yang turun-temurun. Dan ia (Isa) sungguh merupakan bukti tentang adanya hari Kiamat?.”.
Tafsir Quraish Shihab: Tatkala Allah menjadikan ‘Isâ putra Maryam sebagai permisalan yang diciptakan seperti Adam–yang diciptakan dari tanah, kemudian dikatakan kepadanya, “Jadilah,” lalu ia pun tercipta, dengan begitu berarti ia hanyalah seorang makhluk yang memperoleh karunia kenabian, bukan Tuhan yang harus disembah–tiba- tiba kaummu menentangnya dan tidak sadar dengan permisalan itu.
Surah Az-Zukhruf Ayat 58
وَقَالُوٓاْ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيۡرٌ أَمۡ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ
Terjemahan: Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Tafsir Jalalain: وَقَالُوٓاْ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيۡرٌ أَمۡ هُوَ (Dan mereka berkata, ‘Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia?’) yakni nabi Isa, maka karenanya kami rela tuhan-tuhan kami bersama dia مَا ضَرَبُوهُ لَكَ (Mereka tidak memberikan perumpamaan itu) atau misal tersebut إِلَّا جَدَلًۢا (kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja) atau menyanggah kamu dengan cara yang batil, karena mereka telah mengetahui, bahwa berhala-berhala yang tidak berakal itu tidak akan dapat menyamai Nabi Isa a.s. بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ (sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar”) sangat gemar bertengkar.
Tafsir Ibnu Katsir: Maka Allah berfirman: مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ (“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.”)
Firman-Nya: وَقَالُوٓاْ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيۡرٌ أَمۡ هُوَ (“dan mereka berkata: ‘Manakah yang lebih baik, ilah-ilah kami atau dia [‘Isa]?’”) Qatadah berkata: “Mereka berkata: ‘Tuhan-tuhan kami lebih baik darinya.’” Lebih lanjut, Qatadah berkata, Ibnu Mas’ud membaca: وَقَالُوٓاْ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيۡرٌ أَمۡ هُوَ (“Dan mereka berkata: ‘Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah ini?’”) yang dimaksud adalah Muhammad saw.
Firman Allah: مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا (“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja.”) yaitu sekedar pamer, sedang mereka mengetahuinya bahwa hal itu tidak disebutkan dalam ayat tersebut, karena berkaitan dengan hal yang tidak dapat dipahami, yaitu firman Allah Ta’ala:
إِنَّكُمۡ وَمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ (“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan jaHanam (al-Anbiyaa’: 98) kemudian ia merupakan ungkapan yang ditujukan kepada Quraisy bahwa mereka hanya menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan dan mereka tidak menyembah al-Masih hingga ia menyuruh mereka, maka jelaslah bahwa ucapan mereka itu hanya merupakan bantahan dari mereka yang mereka sendiri tidak meyakini kebenarannya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah sebelumnya mendapat petunjuk melainkan mereka diberi tabiat gemar al-jadal [berbantah-bantahan].” Kemudian Rasulullah saw. membaca ayat ini:
مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ (“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.”) diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu jarir dari hadits Hajjaj bin Dinar dengan lafadznya, kemudian at-Tirmidzi berkata: “Hasan shahih.”
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. keluar menemui orang-orang, sedang mereka berdebat mengenai al-Qur’an, maka beliau sangat marah seolah-olah mukanya ditumpahi cuka, kemudian beliau bersabda:
“Janganlah kalian mempertentangkan Kitab Allah satu dengan yang lainnya, karena sesungguhnya tidaklah suatu kaum itu sesat kecuali mereka diberi tabiat gemar jadal [berbantah-bantahan].” Kemudian beliau membaca:
مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ (“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.”)
Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini diterangkan bahwa kaum musyrikin Mekah itu membandingkan tuhan-tuhan mereka, yaitu berhala-berhala, dengan Nabi Isa yang telah dipertuhankan oleh orang-orang sesat sebelumnya, manakah yang lebih baik.
Menurut pandangan mereka Nabi Isa tidak lebih baik dari berhala-berhala yang mereka sembah, karena Nabi Isa juga akan masuk neraka bersama mereka dan tuhan-tuhan mereka. Lalu Allah mematahkan pandangan itu dengan menerangkan bahwa mereka sebenarnya hanya berdebat dan menyanggah tak menentu, karena memang begitulah sifat yang sudah tertanam dalam diri mereka.
Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang kafir berkata, “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau Tuhan ‘Isâ? Kalau ‘Isâ masuk neraka, biarlah kami dan tuhan-tuhan kami ikut bersamanya.” Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu selain untuk bertengkar dan mencari kemenangan dalam berdebat, bukan untuk mencari kebenaran. Bahkan mereka adalah kaum yang suka dan mudah bertengkar.
Surah Az-Zukhruf Ayat 59
إِنۡ هُوَ إِلَّا عَبۡدٌ أَنۡعَمۡنَا عَلَيۡهِ وَجَعَلۡنَٰهُ مَثَلًا لِّبَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
Terjemahan: Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail
Tafsir Jalalain: إِنۡ (Bukankah) tidak lain هُوَ (dia) yakni Nabi Isa itu عَبۡدٌ أَنۡعَمۡنَا عَلَيۡهِ (hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat) kenabian وَجَعَلۡنَٰهُ (dan Kami jadikan dia) yaitu kelahirannya dengan tanpa ayah مَثَلًا لِّبَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ (sebagai perumpamaan untuk Bani Israel) maksudnya, sebagai bukti yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt. yang mampu menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِنۡ هُوَ إِلَّا عَبۡدٌ أَنۡعَمۡنَا عَلَيۡهِ (“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat [kenabian].” Yakni ‘Isa a.s. dikaruniai nikmat oleh Allah berupa kenabian dan risalah. وَجَعَلۡنَٰهُ مَثَلًا لِّبَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ (“Dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti [kekuasaan Allah] untuk bani Israil, yaitu dalil, hujjah dan keterangan atas kekuasaan Kami sesuai yang Kami kehendaki.
Tafsir Kemenag: Allah menegaskan bahwa Nabi Isa sesungguhnya adalah hamba-Nya, bukan anak-Nya dan bukan Tuhan. Ia telah dikaruniai kemuliaan, yaitu menjadi nabi yang menyampaikan ajaran-ajaran Allah dalam kitab Injil.
Di samping itu Nabi Isa dijadikan-Nya sebagai contoh bagi Bani Israil tentang bukti kekuasaan-Nya, bahwa Ia menciptakan sesuatu melalui proses yang tidak wajar, yaitu menciptakan manusia tanpa ayah. Dengan mengemukakan contoh itu, Bani Israil dan siapa pun sesudahnya tidak boleh memandangnya sebagai anak Tuhan dan mengangkatnya sebagai tuhan.
Tafsir Quraish Shihab: ‘Isâ hanyalah seorang hamba yang Kami beri nikmat kenabian. Ia Kami jadikan sebagai pelajaran yang luar biasa, seperti perumpamaan–karena diciptakan tanpa bapak–bagi Banû Isrâ’îl yang membuktikan kesempurnaan kekuasaan Kami.
Surah Az-Zukhruf Ayat 60
وَلَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنكُم مَّلَٰٓئِكَةً فِى ٱلۡأَرۡضِ يَخۡلُفُونَ
Terjemahan: Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.
Tafsir Jalalain: وَلَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنكُم (Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai ganti kalian) untuk mengganti kalian مَّلَٰٓئِكَةً فِى ٱلۡأَرۡضِ يَخۡلُفُونَ (di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun) misalnya, kalian Kami binasakan terlebih dahulu, lalu Kami jadikan malaikat sebagai ganti kalian.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَلَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنكُم (“Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu.”) yaitu sebagai ganti kalian. مَّلَٰٓئِكَةً فِى ٱلۡأَرۡضِ يَخۡلُفُونَ (“Di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun.”) as-Suddi berkata:
“Mereka menggantikan kalian di dalamnya.” Ibnu ‘Abbas dan Qatadah berkata: “Sebagian mereka mengganti yang lainnya, sebagaimana kalian mengganti yang lain.” Pendapat ini sama dengan pendapat pertama. Mujahid berkata: “Mereka menggantikan kalian memakmurkan bumi.”
Tafsir Kemenag: Allah membantah kepercayaan kaum musyrikin Mekah bahwa malaikat adalah anak Allah yang harus disembah. Kepercayaan itu sama dengan kepercayaan sebagian Bani Israil dan orang-orang sesudah mereka tentang Nabi Isa.
Allah menegaskan bahwa bila Ia mau, Ia dapat menciptakan manusia menjadi malaikat yang menghuni bumi ini secara turun-temurun, atau menggantikan manusia di bumi yang juga hidup beranak pinak sampai hari kiamat. Lalu apakah malaikat itu adalah anak-anak Allah dan pantas disembah?
Dengan penjelasan itu Allah hendak menyampaikan kepada kaum musyrikin Mekah bahwa Ia mampu menciptakan apa saja termasuk yang jauh lebih hebat dari penciptaan Nabi Isa, karena itu hanya Allahlah yang pantas disembah, bukan ciptaan-Nya itu.
Tafsir Quraish Shihab: Jika Kami berkehendak, tentu Kami akan mengubah sebagian kalian menjadi malaikat yang akan menggantikan kalian seperti anak menggantikan orangtuanya, supaya kalian tahu bahwa malaikat itu tunduk kepada kekuasan Allah. Lalu, dari mana malaikat mempunyai hak untuk menjadi tuhan?
Surah Az-Zukhruf Ayat 61
وَإِنَّهُۥ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِهَا وَٱتَّبِعُونِ هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسۡتَقِيمٌ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
Tafsir Jalalain: وَإِنَّهُۥ (Dan sesungguhnya dia) Nabi Isa itu لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَةِ (benar-benar merupakan pengetahuan tentang hari kiamat) artinya, dengan diturunkannya dia maka diketahuilah dekatnya hari kiamat. فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِهَا (Karena itu janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu) atau janganlah kalian meragukannya.
Lafal Tamtarunna asalnya Tamtarunanna, kemudian dibuang daripadanya Nun alamat rafa’ karena dijazmkan, dan dibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak tetapi bukan karena Illat bertemunya dua huruf yang disukunkan, sehingga jadilah Tamtarunna.
وَ (Dan) katakanlah kepada mereka, ٱتَّبِعُونِ (“Ikutilah aku) yakni ajaran tauhid ini. هَٰذَا (Inilah) apa yang kuperintahkan kalian menjalankannya صِرَٰطٌ (jalan) atau tuntunan مُّسۡتَقِيمٌ (yang lurus.).
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِنَّهُۥ لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَةِ (“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat.”) maksudnya, bahwa turunya sebelum terjadinya kiamat, sebagaimana firman Allah:
وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦ (“Tidak ada seorangpun dari ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya [‘Isa] sebelum kematiannya.”) (an-Nisaa’: 159). Yaitu, sebelum ‘Isa a.s. wafat. “Dan hari Kiamat nanti, ‘Isa akan menjadi saksi terhadap kalian.” (an-Nisaa’: 159).
Makna ini diperkuat oleh qira’at lain yaitu: wa innaHuu la-‘ilmul lissaa-‘ati (“Dan sesungguhnya ‘Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat.”) yaitu tanda dan dalil atas terjadinya kiamat, sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid: bahwa tanda kiamat adalah keluarnya ‘Isa bin Maryam sebelum terjadinya.”
Demikian pula yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, al-Hasan, Qatadah, dan adl-Dlahhak serta yang lainnya. Banyak hadits yang diriwayatkan secara mutawathir dari Rasulullah saw. bahwa beliau memberitahukan mengenai turunnya ‘Isa a.s. sebelum terjadinya kiamat sebagai imam dan hakim yang agung.
Firman Allah: فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِهَا (“Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu.”) jangan kalian ragu dengannya, sesungguhnya ia pasti terjadi, tanpa ada keraguan. وَٱتَّبِعُونِ (“Dan ikutilah Aku.”) yaitu apa yang ia beritahukan kepada kalian.
Tafsir Kemenag: Allah menerangkan lebih lanjut tentang kelebihan yang diberikan kepada Nabi Isa, yang akan menjadi bukti tentang adanya hari Kiamat. Hal itu karena Nabi Isa memiliki mukjizat-mukjizat besar, seperti menghidupkan orang mati, menyembuhkan kebutaan, dan sebagainya. Mukjizat-mukjizat itu merupakan bukti bahwa Allah yang memberikannya mampu menciptakan hari Kiamat.
Di samping itu hadis-hadis sahih menginformasikan akan datangnya Nabi Isa menjelang hari Kiamat. Hadis itu diriwayatkan dari berbagai sumber, di antaranya Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas , ‘Ikrimah, al-hasan, Qatadah, dan adh-ahhak, sehingga dipandang mutawatir oleh sebagian ulama. Hadis itu di antaranya adalah:
Nabi saw bersabda, “Demi (Allah)yang menguasai jiwaku, hampir saja turun kepada kalian Isa bin Maryam sebagai hakim yang adil. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian maksud ayat ini adalah bahwa munculnya Nabi Isa menjelang hari Kiamat merupakan tanda bahwa Kiamat akan datang.
Selanjutnya Allah meminta manusia agar tidak meragukan datangnya hari Kiamat. Karena itu mereka harus mempersiapkan diri dengan cara beriman dan berbuat baik, supaya dapat memetik buah iman dan amalnya nanti di akhirat. Dengan begitu manusia akan hidup bahagia selamanya di hari akhirat nanti.
Allah meminta Bani Israil agar mengikuti ajaran-ajaran yang Ia sampaikan kepada Nabi Isa mengenai adanya hari Kiamat. Ajaran tentang adanya kiamat meminta manusia agar berbuat baik sebagai persiapan untuk menghadapinya.
Ajaran itu merupakan jalan yang lurus yang mutlak benar dan pasti dapat mengantarkan manusia ke kehidupan yang bahagia di akhirat. Jalan yang lurus itulah yang diajarkan Islam, yang merupakan agama yang dibawa semua nabi, termasuk nabi terakhir yaitu Muhammad saw.
Tafsir Quraish Shihab: Penciptaan ‘Isâ tanpa bapak dan kemampuannya menyembuhkan penyakit buta dan sopak benar-benar merupakan bukti bahwa hari kiamat akan datang. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kalian meragukannya. Ikutilah petunjuk dan rasul-Ku. Apa yang Aku serukan kepada kalian ini adalah jalan lurus yang mengantarkan kalian kepada keselamatan.
Surah Az-Zukhruf Ayat 62
وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Terjemahan: Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Tafsir Jalalain: وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ (Dan janganlah kalian sekali-kali dipalingkan) dapat dipalingkan dari agama Allah ٱلشَّيۡطَٰنُ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِينٌ (oleh setan; sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian”) nyata permusuhannya.
Tafsir Ibnu Katsir: وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ (“Dan janganlah kamu sekali-sekali dipalingkan oleh syaithan.”) Yaitu dari mengikuti kebenaran. إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِينٌ (“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah memperingatkan manusia agar tidak terjebak oleh tipu daya setan. Tugas manusia adalah beribadah, yaitu mengabdi kepada Allah dengan mempersembahkan kebaikan kepada seluruh alam. Dalam perjuangannya itu ia akan selalu dihalang-halangi dan dihadang oleh setan. Manusia harus melawannya supaya usaha dan perjuangannya dalam mewujudkan kebaikan tidak sampai dihentikan setan.
Dengan demikian setan juga bekerja keras, untuk menjatuhkan manusia. Karena ia memang musuh sejati manusia. Permusuhan sejati itu terjadi karena setan dendam akibat dilaknat Allah dan diusir dari surga, karena ia tidak mau sujud kepada nenek moyang manusia, yaitu Adam.
Tafsir Quraish Shihab: Janganlah kalian dipalingkan oleh setan untuk tidak mengikuti jalan-Ku yang lurus. Bagi kalian, setan benar-benar musuh yang nyata.
Surah Az-Zukhruf Ayat 63
وَلَمَّا جَآءَ عِيسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالَ قَدۡ جِئۡتُكُم بِٱلۡحِكۡمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِى تَخۡتَلِفُونَ فِيهِ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ
Terjemahan: Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku”.
Tafsir Jalalain: وَلَمَّا جَآءَ عِيسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ (Dan tatkala Isa datang dengan membawa keterangan-keterangan) mukjizat-mukjizat dan syariat-syariat قَالَ قَدۡ جِئۡتُكُم بِٱلۡحِكۡمَةِ (dia berkata, “Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa hikmah) kenabian dan syariat Injil.
وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِى تَخۡتَلِفُونَ فِيهِ (dan untuk menjelaskan kepada kalian sebagian dari apa yang kalian berselisih tentangnya) yakni tentang hukum-hukum Taurat, yaitu menyangkut masalah agama dan masalah-masalah lainnya, Nabi Isa menjelaskan kepada mereka perkara agama yang sebenarnya فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ (maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”).
Tafsir Ibnu Katsir: وَلَمَّا جَآءَ عِيسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالَ قَدۡ جِئۡتُكُم بِٱلۡحِكۡمَةِ (“Dan tatkala ‘Isa datang membawa kebenaran, dia berkata: ‘Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah.’”) yaitu dengan kenabian. وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِى تَخۡتَلِفُونَ فِيهِ (“Dan untuk menjelaskna kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih dengannya.”) Ibnu Jarir berkata: “Maksudnya, dari urusan keagamaan, bukan urusan keduniaan.” Ucapannya ini baik dan bagus.
Firman Allah: فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ (“Maka, bertakwalah kepada Allah.”) yaitu, apa yang diperintahkan kepada kalian. وَأَطِيعُونِ (“dan taatlah kepadaku.”) terhadap apa yang aku bawa kepada kalian dengannya.
Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bagaimana sesungguhnya dakwah Nabi Isa kepada Bani Israil. Nabi Isa menyampaikan pokok-pokok ajaran yang diterimanya dari Allah swt, antara lain tentang iman kepada Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa, iman kepada adanya hari kemudian, berbuat baik kepada sesama manusia, dan tidak melakukan perbuatan jahat.
Nabi lsa menegaskan bahwa pokok-pokok ajaran yang disampaikannya itu adalah hikmah, yaitu beragama tauhid yang perlu dijalankan, yakni melakukan perbuatan-perbuatan mulia dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat yang akan menentukan kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. (Mengenai rincian apa itu hikmah, bacalah Surah al-Isra’/17: 23-39).
Nabi Isa juga menjelaskan tugasnya yang lain, yaitu menjelaskan apa yang diperselisihkan oleh Bani Israil. Perselisihan itu ada yang berkenaan dengan masalah agama, misalnya mengenai apakah hewan yang berkuku dan lemak sapi dan domba haram (al-An’am/6:146). Nabi Isa datang menjelaskan kehalalan semuanya itu (Ali ‘Imran/3:50).
Menurut Ibn Jarir, perselisihan itu mengenai persoalan-persoalan dunia, bukan mengenai agama. Hal itu tampaknya berkenaan dengan perpecahan Bani Israil menjadi berbagai sekte yang selalu baku hantam satu sama lainnya.
Setelah itu Nabi Isa meminta mereka bertakwa yaitu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Takwa adalah konsekuensi iman, yaitu menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam hikmah di atas. Artinya, iman perlu dibuktikan dengan pelaksanaan perbuatan-perbuatan baik tersebut. Dan Nabi Isa meminta umatnya agar mematuhinya, yaitu menjalankan segala yang ia sampaikan dan tidak selalu memperselisihkan ajaran-ajaran agama.
Tafsir Quraish Shihab: Ketika ‘Isâ diutus kepada Banû Isrâ’îl dengan membawa mukjizat dan ayat-ayat yang jelas, ia berkata, “Sungguh, aku datang kepada kalian dengan membawa syariat yang penuh hikmah, yang mengajak kalian kepada pengesaan Tuhan. Aku datang untuk menjelaskan sebagian perkara agama yang kalian perselisihkan, sehingga kalian semua berada kebenaran. Dari itu, takutlah kepada siksa Allah dan patuhilah apa yang aku serukan.
Surah Az-Zukhruf Ayat 64
إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ رَبِّى وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُ هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسۡتَقِيمٌ
Terjemahan: Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.
Tafsir Jalalain: إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ رَبِّى وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُ هَٰذَا صِرَٰطٌ (Sesungguhnya Allah Dialah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan) tuntunan مُّسۡتَقِيمٌ (yang lurus.).
Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ رَبِّى وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُ هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسۡتَقِيمٌ (“Sesungguhnya Allah, Dia-lah Rabb-ku dan Rabb-mu, maka ibadahilah Dia, ini adalah jalan yang lurus.”) maksudnya, aku dan kalian adalah hamba bagi-Nya, butuh kepada-Nya, berhimpun dalam beribadah kepada-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسۡتَقِيمٌ (“Ini adalah jalan yang lurus.”) maksudnya, yang aku bawa kepada kalian ini adalah jalan yang lurus, yaitu beribadah kepada Rabb Ta’ala semata.
Tafsir Kemenag: Nabi Isa menegaskan inti ajaran yang disampaikannya, yaitu bahwa Tuhan hanyalah Allah. Allah adalah Tuhan semua makhluk, Tuhan dia dan Tuhan mereka juga. Konsekuensi mempertuhankan Allah adalah menyembah-Nya dan mengabdi kepada-Nya.
Menyembah Allah adalah mengerjakan ibadah untuk-Nya, dan mengabdi kepada-Nya adalah melakukan perbuatan-perbuatan baik. Maka jangan menyembah selain dari Allah, karena hal itu akan membawa manusia kepada kesesatan. Itulah jalan yang lurus, yaitu jalan hidup benar yang menjamin kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
“Jalan lurus” dalam ayat ini adalah tauhid dan perbuatan baik. “Jalan lurus” dalam ayat 61 adalah percaya kepada adanya hari akhirat yang juga menghendaki perbuatan baik. Dengan demikian “jalan yang lurus” dalam kedua ayat itu sama hakikatnya, karena iman kepada Allah menghendaki manusia iman kepada hari akhirat dan berbuat baik, dan iman kepada hari akhirat juga menghendaki manusia iman kepada Allah dan berbuat baik.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya hanya Allahlah Penciptaku dan Pencipta kalian. Maka sembahlah Dia, bukan yang lain dan peliharalah syariat-Nya. Apa yang aku serukan kepada kalian ini adalah jalan lurus yang mengantarkan kalian kepada keselamatan.
Surah Az-Zukhruf Ayat 65
فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡ فَوَيۡلٌ لِّلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنۡ عَذَابِ يَوۡمٍ أَلِيمٍ
Terjemahan: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).
Tafsir Jalalain: فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡ (Maka berselisihlah golongan-golongan di antara mereka) tentang perkara Nabi Isa ini, apakah dia anak Allah atau Allah, atau tuhan yang ketiga فَوَيۡلٌ (maka kecelakaan yang besarlah) lafal Al Wail menunjukkan kalimat azab لِّلَّذِينَ ظَلَمُواْ (bagi orang-orang yang lalim) bagi orang-orang kafir, karena perkataan yang mereka ucapkan mengenai Nabi Isa مِنۡ عَذَابِ يَوۡمٍ أَلِيمٍ (yaitu siksaan hari yang pedih) atau azab yang menyakitkan.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡ (“Maka, berselisihlah golongan-golongan [yang ada] di kalangan mereka.”) maksudnya, kelompok-kelompok tersebut berbeda pendapat, mereka menjadi beberapa golongan, di antara mereka ada yang mengakui bahwa dia [‘Isa] adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dan itu yang benar, dan di antara mereka ada yang mengklaim bahwa dia adalah putera Allah, serta ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya dia adalah Allah. Mahatinggi Allah dari perkataan mereka itu.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: فَوَيۡلٌ لِّلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنۡ عَذَابِ يَوۡمٍ أَلِيمٍ (“lalu, kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang dhalim, yakni siksa hari yang pedih [kiamat].”)
Tafsir Kemenag: Bani Israil berselisih pendapat mengenai Nabi Isa baik semasa ia hidup maupun setelah meninggal. Yang menjadi ajang perselisihan waktu ia masih hidup, adalah yang menerimanya sebagai nabi dan manusia suci, ada yang menuduhnya sebagai anak dari hubungan haram yang dilakukan ibunya. Dan setelah ia meninggal ada yang memandangnya anak Tuhan, atau Tuhan itu sendiri, dan ada yang memandangnya manusia biasa yang diutus sebagai rasul.
Perselisihan itu sangat tajam sehingga terbentuk banyak sekali sekte yang berseberangan. Mereka tidak hanya berpecah belah tetapi juga berbunuh-bunuhan (berperang-perangan). Yang berpandangan salah di antara sekte-sekte itu berpandangan salah mengenai Nabi Isa sebagimana dijelaskan dalam ayat-ayat di atas, akan bernasib malang, yaitu azab yang pedih di dalam neraka di hari akhirat.
Tafsir Quraish Shihab: Tetapi, orang-orang Nasrani kemudian berselisih menjadi beberapa sekte mengenai pribadi ‘Isâ, setelah ‘Isâ tiada. Maka, celakalah orang-orang yang zalim itu karena disiksa dengan sikaan yang amat pedih pada hari kiamat, akibat keingkaran yang mereka katakan tentang ‘Isâ.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zukhruf Ayat 57-65 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020