Surah Az-Zumar Ayat 21-22; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zumar Ayat 21-22

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zumar Ayat 21-22 ini, Allah memerintahkan manusia memikirkan salah satu dari suatu proses kejadian di alam ini, yaitu proses turunnya hujan dan tumbuhnya tanam-tanaman di permukaan bumi ini. Kalau diperhatikan seakan-akan kejadian itu merupakan suatu siklus yang dimulai pada suatu titik dalam suatu lingkaran.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 21-22

Surah Az-Zumar Ayat 21
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِى ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعًا مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًا إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Terjemahan: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

Tafsir Jalalain: أَلَمۡ تَرَ (Apakah kamu tidak memperhatikan) maksudnya tidak mengetahui أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ (bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber) yakni, dia memasukkan air itu ke tempat-tempat yang dapat menjadi sumber air.

فِى ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعًا مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ (di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering) menjadi layu dan kering فَتَرَىٰهُ (lalu kamu melihatnya) sesudah hijau menjadi مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًا (kekuning-kuningan kemudian dijadikan-Nya hancur berderai) yakni rontok.

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran) peringatan لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ (bagi orang-orang yang mempunyai akal) bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran darinya untuk menyimpulkan keesaan dan kekuasaan Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberikan kabar tentang asal air yang ada di bumi adalah dari langit, sebagaimana Allah berfirman: وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً طَهُورًا (“Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.”)(al-Furqan: 48)
Maka ketika Dia telah menurunkan air dari langit, ia terserap ke dalam bumi, kemudian Dia mengalirkannya ke bagian-bagian bumi sesuai apa yang dikehendakinya, dan ditumbuhkan-Nya mata air-mata air di antara yang bersar dan kecil sesuai kebutuhan.

فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِى ٱلۡأَرۡضِ (“Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi.”) Sa’id bin Jubair dan ‘Amir asy-Sya’bi berkata: “Sesungguhnya setiap air yang ada di bumi berasal dari langit.”

Firman Allah: ثُمَّ يُخۡرِجُ بِهِۦ زَرۡعًا مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهُۥ (“Kemudian, ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya.”) yaitu, kemudian dengan air yang turun dari langit dan muncul dari bumi itu, Dia tumbuhkan bermacam-macam tanaman yaitu warna, bentuk, rasa, bau dan manfaatnya. ثُمَّ يَهِيجُ (“lalu ia menjadi kering”) yaitu setelah masa keindahan dan mudanya habis, ia akan mengering sehingga terlihat menguning dan bercampur kering.

ثُمَّ يَجۡعَلُهُۥ حُطَٰمًا (“Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai.”) yaitu kemudian kembali kering dan hancur berderai. إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.”) yaitu bagi orang-orang yang menyadari hal tersebut, lalu mereka mendapat pelajaran bahwa dahulu dunia adalah seperti itu; hijau, menyenangkan dan indah, kemudian kembali menajadi tua renta. Yang dahulu muda kembali menjadi tua dan lemah yang pada akhirnya mati.

Baca Juga:  Surah An Nasr; Terjemahan, Tafsir, Asbabun Nuzul dan Hikmahnya

Orang yang berbahagia adalah orang yang kondisi sesudah kematiannya berada dalam kebaikan. Banyak sekali Allah memberikan perumpamaan tentang kehidupan dunia ini dengan air yang diturunkan dari langit dan dengannya ditumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, setelah itu hancur berderai, sebagaimana firman Allah:

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”(al-Kahfi: 45)

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah memerintahkan manusia memikirkan salah satu dari suatu proses kejadian di alam ini, yaitu proses turunnya hujan dan tumbuhnya tanam-tanaman di permukaan bumi ini. Kalau diperhatikan seakan-akan kejadian itu merupakan suatu siklus yang dimulai pada suatu titik dalam suatu lingkaran, dimulai dari adanya sesuatu, kemudian berkembang menjadi besar, kemudian tua, kemudian meninggal atau tiada, kemudian mulai pula suatu kejadian yang baru lagi dan begitulah seterusnya sampai kepada suatu masa yang ditentukan Allah, yaitu masa berakhirnya kejadian alam ini.

Menurut kajian ilmiah, distribusi dan dinamika air di dalam tanah dilukiskan dalam Ayat ini. Di samping menjadi air larian yang langsung mengalir di permukaan tanah, sebagian air yang jatuh dari langit baik sebagai air hujan maupun salju yang mencair akan mengimbuh (berinfiltrasi) ke dalam tanah dan menyebar di dalam kesarangan (pori-pori) tanah. Air akan ditahan oleh pori-pori tanah dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan ukuran pori-pori tanah.

Pada pori-pori tanah dengan ukuran yang besar, air akan dapat ditarik oleh gaya gravitasi dan dapat mengalir (perkolasi) ke lapisan tanah atau batuan yang lebih bawah atau mengalir secara lateral searah kemiringan lereng. Air tanah dangkal yang mengalir searah kemiringan lereng ini akan keluar lagi sebagai mata air.

Air yang mengalir ke lapisan yang lebih bawah kemudian akan mengisi lapisan pembawa air tanah (akifer) yang merupakan lapisan tanah atau batuan yang tersusun oleh butiran-butiran yang kasar, utamanya pasir. Apabila akifer ini muncul ke permukaan tanah, misalnya pada tekuk lereng, maka pada tempat munculnya tersebut akan dijumpai pula mata air.

Pori-pori dengan ukuran yang lebih kecil, dikenal dengan istilah pori kapiler, akan menahan air di dalamnya sebagai kelembaban tanah. Air yang terdapat di dalam pori-pori kapiler ini tidak akan dilepaskan kecuali oleh tegangan yang lebih besar dari tenaga gravitasi, umumnya oleh penguapan (evaporasi), atau pada lapisan yang lebih dalam oleh tenaga hisap akar tanaman.

Kelembaban tanah inilah yang kemudian dipakai oleh tanaman untuk bermetabolisme dan kemudian menguap dari stomata daun dan bagian tanaman lain yang berkhlorophil. Penguapan air tanah dengan cara ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Tanah yang memiliki kelembaban cukup akan dicirikan oleh tumbuhan yang menutupinya memiliki daun berwarna hijau. Apabila kelembaban berkurang maka daun lambat laun akan menguning dan kemudian akan mengering. Daun-daun yang mengering akan rontok untuk mengurangi proses penguapan.

Air yang menguap oleh terik panas matahari, kemudian menjadi awan yang bergumpal, dihalau kembali oleh angin ke suatu tempat sehingga menurunkan hujan. Proses kejadian demikian itu menjadi bahan renungan bagi orang yang mau menggunakan pikirannya. Tentu ada Zat Yang Mahakuasa yang mengatur semuanya itu, sehingga segala sesuatu terjadi dengan teratur dan rapi. Tidak mungkin manusia yang melakukannya. Yang melakukan semua itu tentulah Zat yang berhak disembah dan ditaati segala perintah-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 64-66; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Tidak tahukah kamu, wahai orang yang menerima seruan agama, bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu mengalirkannya dalam bentuk mata air di dalam perut bumi. Dia kemudian menumbuhkan tanaman pertanian yang bentuknya sangat beragam lalu menjadi kering dan kuning setelah sebelumnya hijau.

Setelah itu, Dia menjadikannya terpecah berpeking-keping. Sungguh, dalam proses perpindahan dari satu kondisi ke kondisi yang lain itu, terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki akal yang cemerlang.

Surah Az-Zumar Ayat 22
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ فَوَيۡلٌ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Terjemahan: Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

Tafsir Jalalain: أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ (Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima Islam) sehingga ia mendapat petunjuk فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ (lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya) sama dengan orang yang hatinya dikunci mati; pengertian ini tersimpul dari firman selanjutnya فَوَيۡلٌ (Maka kecelakaan yang besarlah) artinya, azab yang besarlah لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِ (bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah) maksudnya, untuk menerima Alquran. أُوْلَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (Mereka itu dalam kesesatan yang nyata) nyata sekali sesatnya.

Tafsir Ibnu Katsir: firman Allah: أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ (“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya [untuk] menerima ajaran Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya?”) yaitu, apakah ia sama dengan orang yang hatinya membatu lagi jauh dari kebenaran?

فَوَيۡلٌ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِ (“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah,”) yaitu tidak lembut, tidak khusyuk, tidak tenteram dan tidak paham ketika mengingat-Nya.
أُوْلَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (“Mereka itu [berada] dalam kesesatan yang nyata.”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menegaskan bahwa tidaklah sama orang yang telah dibukakan Allah hatinya sehingga menerima agama Islam, dengan orang yang sesat hatinya, sehingga ia mengingkari kebenarannya. Hati orang tersebut telah melihat kekuasaan dan kebesaran Allah dalam keindahan dan keajaiban alam ini, lalu terbukalah hatinya menerima pancaran cahaya dari nur Ilahi.

Sebaliknya orang-orang yang sesat hatinya, tidak melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah dalam kejadian alam ini, mereka menyangka kejadian tersebut tidak lain dari suatu proses kejadian alam itu sendiri, tanpa ada yang mengaturnya. Mereka merasa sanggup mengubah atau memperbaiki proses kejadian tersebut.

Hal ini disebabkan karena kebodohan dan pandangan mereka yang picik sehingga hati mereka tetap tertutup, dan tidak memungkinkan masuknya pancaran nur Ilahi ke dalam hatinya. Kedua macam orang itu tentulah tidak sama. Pada Ayat yang lain, Allah menegaskan tentang ketidaksamaan kedua macam orang itu. Allah berfirman:

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 7-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An’am/6: 122)

Ibnu ‘Abbas meriwAyatkan, “Di antara orang yang telah dilapangkan Allah dadanya menerima agama Islam, ialah Abu Bakar r.a. Ibnu Mardawaih meriwAyatkan dari Ibnu Mas’ud ia berkata:

Rasulullah saw membaca Ayat ini, lalu kami bertanya, “Ya Nabi Allah, bagaimana hati yang terbuka itu?” Beliau menjawab, “Apabila cahaya menerangi hati, maka ia menjadi terbuka dan lapang.” Kami bertanya, “Apakah tanda yang demikian itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menghadapkan diri kepada kehidupan negeri yang abadi dan menjauhkan diri dari kehidupan negeri yang penuh tipuan dan mempersiapkan diri untuk mati sebelum kematian itu datang.” (RiwAyat Ibnu Mardawaih)

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Bahwa seseorang berkata, “Ya Rasulullah, orang mukmin yang manakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab, “Mereka yang banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya untuk mati itu, dan bilamana cahaya menyinari hatinya, maka hati itu terbuka dan menjadi lapang.”

Para sahabat bertanya, “Apa tandanya yang demikian itu ya Nabi Allah?” Nabi menjawab, “Menghadapkan diri kepada negeri yang abadi dan menjauhkan diri dari negeri yang penuh dengan tipuan dan menyiapkan diri untuk mati sebelum kematian itu datang.”

Adapun orang-orang yang kasar hatinya dan membatu akan mengalami kecelakaan yang besar disebabkan sikap mereka yang keras kepala tidak mau ingat kepada-Nya. Seharusnya hati mereka menjadi lembut bila nama Tuhan disebut di hadapan mereka, tetapi muka mereka hitam muram bila mendengar nama Allah disebut dan hati mereka bertambah keras membatu.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Janganlah kamu memperbanyak pembicaraan tanpa menyebut nama Allah, karena banyak bicara tanpa menyebut nama Allah menyebabkan hati menjadi keras. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah ialah orang yang keras hatinya.”

Pada akhir Ayat ini diterangkan bahwa orang yang hatinya keras itu adalah orang yang buta mata hatinya, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata. Setiap orang dengan mudah mengetahui keburukan mereka itu.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah semua manusia itu sama: orang yang dadanya dilapangkan untuk menerima ajaran Islam, hingga berada dalam cahaya Tuhannya sama dengan orang yang menolak untuk mengamati tanda-tanda kekuasaan-Nya? Oleh karena itu, siksa yang amat pedih akan diraskan oleh orang-orang yang hatinya keras dan tak mau mengingat Allah. Mereka benar-benar menyeleweng dari kebenaran.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zumar Ayat 21-22 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S