Surah Az-Zumar Ayat 62-66; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Az-Zumar Ayat 62-66

Pecihitam.org – Kandungan Surah Az-Zumar Ayat 62-66 ini, Allah menegaskan bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu yang ada, baik di langit maupun di bumi. Dialah Pencipta alam seluruhnya, tak ada sesuatu pun yang dapat menciptakan selain Dia. Ini adalah suatu hakikat kebenaran yang tidak seorang pun dapat mengingkarinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tidak ada seorang pun dapat menyatakan bahwa dirinya pencipta alam, karena tak akan diterima akal bahwa seseorang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menciptakan jagad raya ini, dan tidak dapat pula diterima akal bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada penciptanya.

Oleh sebab itu, pastilah alam ini diciptakan oleh Zat Yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu, itulah Dia Allah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Az-Zumar Ayat 62-66

Surah Az-Zumar Ayat 62
ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىۡءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ وَكِيلٌ

Terjemahan: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.

Tafsir Jalalain: ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىۡءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ وَكِيلٌ (Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu) Dia mengatur dan menguasainya menurut apa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia Mahamenciptakan segala sesuatu; Rabb, Pemilik dan Pengatur semuanya serta seluruhnya berada di bawah aturan, diminasi dan pemeliharaan-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat-Ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu yang ada, baik di langit maupun di bumi. Dialah Pencipta alam seluruhnya, tak ada sesuatu pun yang dapat menciptakan selain Dia. Ini adalah suatu hakikat kebenaran yang tidak seorang pun dapat mengingkarinya.

Tidak ada seorang pun dapat menyatakan bahwa dirinya pencipta alam, karena tak akan diterima akal bahwa seseorang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menciptakan jagad raya ini, dan tidak dapat pula diterima akal bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada penciptanya. Oleh sebab itu, pastilah alam ini diciptakan oleh Zat Yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu, itulah Dia Allah.

Allah-lah yang mengurus segala yang ada, ilmu-Nya sangat luas, mencakup semua makhluk-Nya. Dialah yang mengendalikan alam sejak dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Dia mengendalikan semua itu sesuai dengan ilmu, hikmah dan kebijaksanaan-Nya.

Tak ada suatu makhluk pun yang ikut campur tangan dalam penciptaan dan pengendalian itu. Inilah yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan dapat diterima oleh hati nurani manusia.

Meskipun demikian, masih banyak orang yang mengingkari hakikat ini dan mengatakan bahwa dialah yang berkuasa, dan dialah Tuhan, seperti yang dinyatakan oleh Fir’aun atau mengemukakan berbagai macam teori mengenai alam ini untuk menetapkan bahwa alam jagad raya ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya.

Orang yang seperti ini adalah orang-orang kafir yang selalu mengingkari bukti-bukti kekuasaan Allah baik di langit maupun di bumi dan tidak mau mempergunakan akal pikirannya yang sehat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Mereka inilah yang dikatakan Allah sebagai orang-orang yang paling merugi baik di dunia apalagi di akhirat nanti.

Sebagian mufasir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Maqalid as-samawati wa al-ardh” (kendali langit dan bumi di sini ialah perbendaharaannya). Jadi, kunci-kunci semua perbendaharaan yang tersimpan di langit dan di bumi berada di tangan-Nya. Dialah yang memelihara dan menjaganya. Dialah penguasanya yang berhak membagi-bagikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Rasulullah bersabda:

Diriwayatkan oleh Usman r.a. bahwa ketika ia menanyakan kepada Rasulullah tentang firman Allah “Hanya bagi Allah, maqalid langit dan bumi.” beliau menjawab, “Hai Usman, engkau menanyakan kepadaku sesuatu yang belum pernah ditanyakan seseorang pun kepadaku sebelumnya.

Maqalid as- samawati wa al-ardh” ialah ucapan: Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, aku memohon ampun kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Awal Yang Akhir, Yang Lahir, Yang Batin, menghidupkan, mematikan, sedang Dia tetap hidup dan tidak mati, di tangan-Nyalah segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (RiwAyat Abu Ya’la, Ibnu Abi hatim, dan Ibnu Mardawaih)

Barang siapa yang membawa ucapan ini dia akan mendapat kebaikan yang ada di langit dan di bumi.

Tafsir Quraish Shihab: Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dialah, dan hanya Dia, Pemelihara segala sesuatu. Dia mengendalikannya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

Surah Az-Zumar Ayat 63
لَّهُۥ مَقَالِيدُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 73-74; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Kepunyaan-Nya-lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap Ayat-Ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.

Tafsir Jalalain: لَّهُۥ مَقَالِيدُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi) yakni berupa air hujan tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ (Dan orang-orang yang kafir terhadap Ayat-Ayat Allah) yaitu Alquran أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ (mereka itulah orang-orang yang merugi) Ayat ini berhubungan langsung dengan firman-Nya, “Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa…” (Q.S. Az-Zumar, 61) dan Ayat yang ada di antara keduanya merupakan jumlah I’tiradh atau kalimat sisipan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: لَّهُۥ مَقَالِيدُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (“Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci [perbendaharaan] langit dan bumi.”) Mujahid berkata: “مَقَالِيدُ ; yaitu kunci-kunci menurut bahasa Persia.” Demikian yang dikatakan oleh Qatadah, Ibnu Zaid dan Sufyan bin ‘Uyainah. Sedangkan as-Suddi berkata: laHuu لَّهُۥ مَقَالِيدُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ (“Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci [perbendaharaan] langit dan bumi.”) yaitu perbendaharaan langit dan bumi.”

Makna menurut kedua pendapat tersebut berarti bahwa krisis yang menimpa seluruh perkara berada di tangan-Nya, milik-Nyalah kekuasaan dan segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Untuk itu Allah berfirman:

وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ (“Dan orang-orang yang kafir terhadap Ayat-Ayat Allah.”) yaitu hujjah-hujjah dan bukti-bukti-Nya. أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ (“Mereka itulah orang-orang yang merugi.”) wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat-Ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu yang ada, baik di langit maupun di bumi. Dialah Pencipta alam seluruhnya, tak ada sesuatu pun yang dapat menciptakan selain Dia. Ini adalah suatu hakikat kebenaran yang tidak seorang pun dapat mengingkarinya.

Tidak ada seorang pun dapat menyatakan bahwa dirinya pencipta alam, karena tak akan diterima akal bahwa seseorang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk menciptakan jagad raya ini, dan tidak dapat pula diterima akal bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada penciptanya. Oleh sebab itu, pastilah alam ini diciptakan oleh Zat Yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu, itulah Dia Allah.

Allah-lah yang mengurus segala yang ada, ilmu-Nya sangat luas, mencakup semua makhluk-Nya. Dialah yang mengendalikan alam sejak dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Dia mengendalikan semua itu sesuai dengan ilmu, hikmah dan kebijaksanaan-Nya.

Tak ada suatu makhluk pun yang ikut campur tangan dalam penciptaan dan pengendalian itu. Inilah yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan dapat diterima oleh hati nurani manusia.

Meskipun demikian, masih banyak orang yang mengingkari hakikat ini dan mengatakan bahwa dialah yang berkuasa, dan dialah Tuhan, seperti yang dinyatakan oleh Fir’aun atau mengemukakan berbagai macam teori mengenai alam ini untuk menetapkan bahwa alam jagad raya ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya.

Orang yang seperti ini adalah orang-orang kafir yang selalu mengingkari bukti-bukti kekuasaan Allah baik di langit maupun di bumi dan tidak mau mempergunakan akal pikirannya yang sehat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Mereka inilah yang dikatakan Allah sebagai orang-orang yang paling merugi baik di dunia apalagi di akhirat nanti.

Sebagian mufasir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Maqalid as-samawati wa al-ardh” (kendali langit dan bumi di sini ialah perbendaharaannya). Jadi, kunci-kunci semua perbendaharaan yang tersimpan di langit dan di bumi berada di tangan-Nya. Dialah yang memelihara dan menjaganya. Dialah penguasanya yang berhak membagi-bagikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Rasulullah bersabda:

Diriwayatkan oleh Usman r.a. bahwa ketika ia menanyakan kepada Rasulullah tentang firman Allah “Hanya bagi Allah, maqalid langit dan bumi.” beliau menjawab, “Hai Usman, engkau menanyakan kepadaku sesuatu yang belum pernah ditanyakan seseorang pun kepadaku sebelumnya.

Maqalid as- samawati wa al-ardh” ialah ucapan: Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, aku memohon ampun kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Awal Yang Akhir, Yang Lahir, Yang Batin, menghidupkan, mematikan, sedang Dia tetap hidup dan tidak mati, di tangan-Nyalah segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (RiwAyat Abu Ya’la, Ibnu Abi hatim, dan Ibnu Mardawaih)

Barang siapa yang membawa ucapan ini dia akan mendapat kebaikan yang ada di langit dan di bumi.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya pada Allahlah hak mengatur langit dan bumi. Tak seorang pun dapat melakukan hal itu kecuali Dia. Hanya orang-orang kafir yang mengingkari bukti-bukti kebenaran Allahlah–dan, sekali lagi, hanya mereka–yang akan merugi.

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 24-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Az-Zumar Ayat 64
قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّىٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ

Terjemahan: Katakanlah: “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”

Tafsir Jalalain: قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّىٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ (Katakanlah, “Maka apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”) lafal Ghaira dinashabkan oleh lafal A’budu yang juga menjadi Ma’mul dari lafal Ta-muruunnii atau Ta-muruunanii dengan memperkirakan adanya huruf An sebelumnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّىٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ (“Katakanlah: ‘Maka apakah kamu menyuruhku beribadah kepada selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?’”) mereka menceritakan tentang sebab turunnya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lain-lain dari Ibnu ‘Abbas, bahwa di antara kebodohan orang-orang musyrik adalah mereka menyerukan Rasulullah saw. untuk menyembah tuhan-tuhan mereka dan merekapun menyembah tuhan-tuhan mereka bersama dengan menyembah Rabb-nya. lalu turunlah Ayat ini.

Tafsir Kemenag: DiriwAyatkan oleh Ibnu ‘Abbas bahwa orang-orang Quraisy telah menawarkan kepada Nabi Muhammad bahwa mereka akan menyerahkan kepadanya harta yang banyak, sehingga ia menjadi orang yang paling kaya di Mekah dan akan mengawinkannya dengan wanita mana saja yang disenanginya tetapi dia harus berhenti mencela berhala-berhala mereka. Tawaran itu dijawab oleh Rasulullah saw, “Tunggulah sampai datang perintah dari Tuhanku”. Maka turunlah Surah al-Kafirun/109 dan Ayat 64 dari Surah az-Zumar ini.

Pada Ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya mengatakan kepada kaum musyrikin Mekah yang mengajaknya untuk menyembah berhala, bahwa ajakan itu adalah ajakan yang sangat menyesatkan. Nabi saw berkata,

“Mungkinkah aku menyembah selain Allah hai orang-orang yang jahil? Aku telah menyaksikan bukti-bukti keesaan-Nya dan Dia telah memberi petunjuk kepadaku. Aku telah yakin dengan sepenuh hati dan jiwaku bahwa Dialah Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa. Apakah kebulatan tekadku ini dapat ditawar dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal?”

Menurut Ibnu ‘Abbas tawaran itu bukan sampai di situ saja, bahkan mereka mengajak Muhammad menyembah berhala. Dengan demikian mereka mau menyembah Tuhan di samping menyembah berhala itu.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan, hai Muhammad, “Apakah, setelah tanda-tanda kemahatunggalan Allah untuk disembah, kalian masih menyuruhku untuk mengkhususkan penyembahan kepada selain Allah, hai orang-orang yang bodoh?”

Surah Az-Zumar Ayat 65
وَلَقَدۡ أُوحِىَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ

Terjemahan: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ أُوحِىَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ (Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu) demi Allah لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ (“Jika kamu mempersekutukan Allah) hai Muhammad, seumpamanya لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ (niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.).

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَقَدۡ أُوحِىَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَئِنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ (“sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada [Nabi-nabi] sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan [Allah], niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’”)

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia telah mewahyukan kepadanya dan nabi-nabi sebelumnya, bahwa sesungguhnya apabila dia mempersekutukan Allah, maka terhapuslah segala amal baiknya yang telah lalu.

Inilah suatu peringatan keras dari Allah kepada manusia agar jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan yang lain, karena perbuatan itu adalah syirik dan dosa syirik itu adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Bila seseorang mati dalam keadaan syirik akan terhapuslah pahala semua amal baiknya dan dia akan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam sebagaimana tersebut dalam Ayat ini:

Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah/2: 217)

Kepada Nabi Muhammad sendiri, Allah memberi peringatan sedangkan dia adalah rasul yang diutus-Nya. Rasul kesayangan-Nya yang tidak mungkin akan mempersekutukan-Nya. Kendati demikian, Allah memberi peringatan juga kepadanya agar jangan sekali-kali terlintas dalam pikirannya untuk menganut agama syirik. Apalagi kepada manusia lainnya tentu peringatan ini harus mendapat perhatian yang serius.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 17; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Sungguh tidaklah pantas seseorang yang mengetahui betapa besar nikmat Allah terhadapnya, terhadap manusia seluruhnya, akan mengingkari nikmat itu dan melanggar perintah pemberi nikmat itu dengan mempersekutukan-Nya, dengan memohonkan pertolongan kepada berhala, kuburan, pohon, dan sebagainya.

Allah lalu mempertegas perintah-Nya dengan mengeluarkan suatu perintah lagi yaitu hanya Allah sajalah yang harus disembah, hanya kepada-Nya manusia harus mempersembahkan semua amal ibadahnya, dan kepada Allah juga manusia memanjatkan doa dan mengucapkan syukur karena Dialah pemberi nikmat yang sebenarnya, sebagaimana yang dibaca setiap Muslim dalam salat:

Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (al-An’am/6: 162)

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah, “Sungguh, telah disampaikan wahyu kepadamu, Muhammad, dan kepada rasul-rasul sebelummu yang berbunyi: ‘Apabila kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka Dia akan menyia- nyiakan amalmu. Dan, dengan begitu, kamu pasti akan termasuk golongan orang-orang yang paling merugi’.”

Surah Az-Zumar Ayat 66
بَلِ ٱللَّهَ فَٱعۡبُدۡ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

Terjemahan: Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.

Tafsir Jalalain: بَلِ ٱللَّهَ (Karena itu, maka hendaklah Allah) saja فَٱعۡبُدۡ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ (kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”) atas nikmat-Nya kepadamu.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: بَلِ ٱللَّهَ فَٱعۡبُدۡ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ (“Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu ibadahi dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.”) yaitu ikhlaskanlah ibadah –kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya- olehmu serta orang yang mengikuti dan membenarkanmu.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia telah mewahyukan kepadanya dan nabi-nabi sebelumnya, bahwa sesungguhnya apabila dia mempersekutukan Allah, maka terhapuslah segala amal baiknya yang telah lalu.

Inilah suatu peringatan keras dari Allah kepada manusia agar jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan yang lain, karena perbuatan itu adalah syirik dan dosa syirik itu adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Bila seseorang mati dalam keadaan syirik akan terhapuslah pahala semua amal baiknya dan dia akan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam sebagaimana tersebut dalam Ayat ini:

Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah/2: 217)

Kepada Nabi Muhammad sendiri, Allah memberi peringatan sedangkan dia adalah rasul yang diutus-Nya. Rasul kesayangan-Nya yang tidak mungkin akan mempersekutukan-Nya. Kendati demikian, Allah memberi peringatan juga kepadanya agar jangan sekali-kali terlintas dalam pikirannya untuk menganut agama syirik.

Apalagi kepada manusia lainnya tentu peringatan ini harus mendapat perhatian yang serius. Sungguh tidaklah pantas seseorang yang mengetahui betapa besar nikmat Allah terhadapnya, terhadap manusia seluruhnya, akan mengingkari nikmat itu dan melanggar perintah pemberi nikmat itu dengan mempersekutukan-Nya, dengan memohonkan pertolongan kepada berhala, kuburan, pohon, dan sebagainya.

Allah lalu mempertegas perintah-Nya dengan mengeluarkan suatu perintah lagi yaitu hanya Allah sajalah yang harus disembah, hanya kepada-Nya manusia harus mempersembahkan semua amal ibadahnya, dan kepada Allah juga manusia memanjatkan doa dan mengucapkan syukur karena Dialah pemberi nikmat yang sebenarnya, sebagaimana yang dibaca setiap Muslim dalam salat:

Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (al-An’am/6: 162)

Tafsir Quraish Shihab: Janganlah kamu penuhi, wahai Rasulullah, apa-apa yang mereka minta darimu, tapi sembahlah Allah dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Az-Zumar Ayat 62-66 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S