Surah Fatir Ayat 32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fatir Ayat 32Surah Fatir Ayat 32

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fatir Ayat 32 ini, menjelaskan Allah mewahyukan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Kemudian ajaran-ajaran Al-Qur’an itu diwariskan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fatir Ayat 32

ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٌ وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ

Terjemahan: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا (Kemudian Kami wariskan) Kami berikan ٱلۡكِتَٰبَ (Kitab itu) yakni Alquran ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا (kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami) mereka adalah umatmu فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهِۦ (lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri) karena sembrono di dalam mengamalkannya.

وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٌ (dan di antara mereka ada yang pertengahan) dalam mengamalkannya وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ (dan di antara mereka ada -pula- yang lebih cepat berbuat kebaikan) di samping mengamalkan Alquran, juga mempelajarinya, mengajarkannya dan membimbing orang lain untuk mengamalkannya بِإِذۡنِ ٱللَّهِ (dengan izin Allah) dengan kehendak-Nya. ذَٰلِكَ (Yang demikian itu) yakni diwariskannya Alquran kepada mereka ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡكَبِيرُ (adalah karunia yang amat besar.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: “Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan Kitab yang agung, yang membenarkan kitab-kitab para Rasul yang telah Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.” Mereka itu adalah umat ini. Kemudian, Dia membagi menjadi tiga golongan. Allah berfirman:

فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهِۦ (“Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri.”) yaitu orang-orang yang tidak perhatian dalam melaksanakan sebagian kewajiban, serta bergelimang dengan sebagian yang diharamkan.

وَمِنۡهُم مُّقۡتَصِدٌ (“Dan di antara mereka ada yang pertengahan.”) yaitu orang yang menunaikan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan, walaupun terkadang meninggalkan sebagian yang dianjurkan dan melaksanakan sesuatu yang dimakruhkan.

وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِٱلۡخَيۡرَٰتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِ (“Dan di antara mereka ada [pula] yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.”) yaitu orang yang melakukan kewajiban dan hal-hal yang dianjurkan, serta meninggalkan hal yang diharamkan, yang dimakruhkan dan sebagian yang mubah.

Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah: tsumma awratsnal kitaabal ladziinash thafainaa min ‘ibaadinaa (“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.”) ia [Ibnu ‘Abbas] berkata:

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 93-96; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

“Mereka adalah umat Muhammad saw., yang diwariskan oleh Allah kepada mereka setiap kitab yang diturunkan-Nya. Lalu, orang yang menganiaya diri mereka sendiri di antara mereka akan diampuni-Nya, orang yang pertengahan akan dihisab secara ringan dan orang yang berlomba berbuat kebaikan akan dimasukkan ke surga tanpa dihisab.

Ibnu ‘Abbas berkata: “Orang yang berlomba berbuat kebaikan akan masuk surga tanpa hisab, orang yang pertengahan akan masuk surga dengan rahmat Allah dan orang yang menganiaya diri sendiri serta ash-haabul a’raaf akan masuk surga dengan syafaat Muhammad saw.

Demikian pula yang diriwayatkan oleh banyak ulama salaf, bahwa orang yang menganiaya diri sendiri adalah termasuk orang-orang yang terpilih di antara umat ini meskipun dengan adanya penyimpangan dan kekurangan. Itulah pendapat yang tepat, bahwa orang yang menganiaya diri sendiri adalah di antara umat ini, dan inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir sebagaimana yang menjadi dzahir ayat ini dan sebagaimana keterangan hadits Rasulullah saw. dari berbagai jalan yang satu dengan yang lainnya saling menguatkan.

Imam Ahmad berkata, bahwa Abud Darda berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada pula [pula] yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.’ Adapun orang-orang yang berlomba berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang masuk surga tanpa hisab.

“Adapun orang-orang yang pertengahan, mereka adalah orang-orang yang dihisab dengan hisab yang ringan. Sedangkan orang-orang yang menganiaya diri sendiri, mereka adalah orang-orang yang ditahan di padang Mahsyar dalam waktu yang lama. Kemudian, mereka adalah orang-orang yang dikaruniai rahmat dari Allah.

Mereka adalah orang-orang yang berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Mahapengampun lagi Mahamensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal [surga] dari karunia-Nya; di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu.’”(Faathir:34-35)

Abul Jarud berkata: “Aku bertanya kepada Muhammad bin ‘Ali al-Baqir tentang firman Allah: فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهِۦ (“Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri.”) maka beliau menjawab: ‘Yaitu orang yang mencampuradukkan perbuatan amal shalih dengan keburukan.” Jika masalah ini telah jelas, maka ayat tersebut bersifat umum untuk seluruhnya dari tiga golongan di antara umat ini.

Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 3; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Para ulama adalah manusia paling besar mendapatkan nikmat ini dan manusia paling utama mendapatkan rahmat ini. Karena mereka[lah yang mendapatkan bagian terbesar rahmat ini], sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad bahwa Qais bin Katsir berkata:

‘Seorang laki-laki datang dari kota Madinah untuk menemui Abudf Darda, sedangkan dia [Abud Darda] berada di Damaskus. Lalu dia bertanya: ‘Apa yang membuatmu datang wahai saudaraku?’ dia menjawab: ‘Sebuah hadits yang aku terima bahwa engkau telah menceritakannya dari Rasulullah saw.’ Dia bertanya lagi: ‘Apakah engkau datang untuk perdagangan?’ Dia menjawab: ‘Tidak.’ Dia bertanya lagi: ‘Apakah engkau datang untuk suatu keperluan?’ Dia menjawab: ‘Tidak.’ Dia bertanya lagi: ‘Tidakkah engkau memiliki tujuan lain datang kesini kecuali hanya karena hadits ini?’ Dia menjawab: ‘Ya.’ Maka, Abud Darda berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan menjadikannya menempuh jalan ke surga dengan hal itu. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu dan semua yang ada di langit dan di bumi akan memintakan ampunan bagi penuntut ilmu. Sehingga ikan-ikan di dalam air.

Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang yang beribadah, seperti keutamaan bulan dibandingkan dengan seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang meraihnya, maka berarti dia telah meraih bagian [keberuntungan] yang amat besar.”(diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Tafsir Kemenag: Allah mewahyukan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Kemudian ajaran-ajaran Al-Qur’an itu diwariskan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Mereka itu adalah umat Nabi Muhammad, sebab Allah telah memuliakan umat ini melebihi kemuliaan yang diperoleh umat sebelumnya.

Kemuliaan itu tergantung kepada sejauh manakah ajaran Rasulullah itu mereka amalkan, dan sampai di mana mereka sanggup mengikuti petunjuk Allah. Berikut ini dijelaskan tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur’an:

  1. Orang yang zalim kepada dirinya. Maksudnya orang yang mengerjakan perbuatan wajib dan juga tidak meninggalkan perbuatan yang haram.
  2. Muqtashid, yakni orang-orang yang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan larangan-larangannya, tetapi kadang-kadang ia tidak mengerjakan perbuatan yang dipandang sunah atau masih mengerjakan sebagian pekerjaan yang dipandang makruh.
  3. Sabiqun bil khairat, yaitu orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).
Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 13-14; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Menurut al-Maragi pembagian di atas dapat pula diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:

  1. Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang menuruti hawa nafsunya, atau orang yang masih banyak perbuatan kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
  2. Orang yang seimbang antara amal kebaikan dan kejahatannya.
  3. Orang yang terus-menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan.

Para ulama tafsir telah menyebutkan beberapa hadis sehubungan dengan maksud di atas. Salah satunya adalah hadis riwayat Ahmad dari Abu Darda’, di mana setelah membaca ayat 32 Surah Fathir di atas, Rasulullah bersabda:

Adapun orang yang berlomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtashid) mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang yang menganiaya dirinya sendiri mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisabnya), sehingga ia mengalami penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga.

Kemudian beliau membaca “Alhamdulillah al-ladzi adhhaba ‘anna al-hazana inna rabbana lagafurun syakur,” (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri). (Riwayat Ahmad)

Warisan mengamalkan kitab suci dan kemuliaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad itu merupakan suatu karunia yang amat besar dari Allah, yang tidak seorang pun dapat menghalangi ketetapan itu.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Kami wariskan kitab ini kepada para hamba yang Kami pilih. Sebagian mereka ada yang menzalimi diri sendiri karena keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya. Sebagian lainnya ada yang berada di tengah-tengah, di mana keburukannya tidak berlebihan dan kebaikannya pun tidak banyak.

Sebagian lainnya ada yang Allah berikan kemudahan sehingga lebih cepat melakukan kebaikan mendahului lainnya. Kesegeraan melakukan pelbagai kebaikan ini tentu akan diberi balasan oleh Allah berupa karunia yang besar.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fatir Ayat 32 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S