Surah Fatir Ayat 44-45; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fatir Ayat 44-45

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fatir Ayat 44-45 ini, menjelaskan sikap orang musyrik Mekah terhadap dakwah Nabi saw. Dengan segala daya dan pikiran, dengan harta dan kekayaan yang dimiliki, mereka menentang dakwah Nabi Muhammad, bahkan beliau diboikot dan dihalangi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

manifestasi dari sifat rahman dan rahim dari Allah. Jika Allah langsung menyiksa orang-orang musyrik itu seperti apa yang mereka kehendaki, pasti mereka dan binatang-binatang mati kehausan akibat kurang minum. Tetapi, Allah tidak bertindak begitu sekalipun Dia berkuasa, sebaliknya Dia tetapkan suatu ketentuan yakni siksaan itu ditunda sampai pada waktu yang hanya diketahui-Nya sendiri.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fatir Ayat 44-45

Surah Fatir Ayat 44
أَوَلَمۡ يَسِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَكَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنۡهُمۡ قُوَّةً وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعۡجِزَهُۥ مِن شَىۡءٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا

Terjemahan: Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Tafsir Jalalain: أَوَلَمۡ يَسِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَكَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنۡهُمۡ قُوَّةً (Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka?) maka Allah tetap membinasakan mereka karena mereka telah mendustakan rasul-rasul mereka.

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعۡجِزَهُۥ مِن شَىۡءٍ (Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah) yang dapat mendahului-Nya dan dapat meloloskan diri dari azab-Nya فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًا (baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) segala sesuatu قَدِيرًا (lagi Maha Kuasa) atas semuanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: “Katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang yang mendustakan risalah yang engkau sampaikan kepada mereka: ‘Berjalanlah di muka bumi, lalu lihatlah bagaimana akibat buruk yang menimpa orang-orang yang mendustakan para Rasul.

Bagaimana Allah menghancurkan mereka dan orang-orang kafir yang sama seperti mereka? Rumah-rumah mereka telah hancur, dan telah dicabut kenikmatan yang telah mereka dapatkan setelah sebelumnya sempurna kekuatan mereka dan banyaknya jumlah mereka, serta banyaknya harta dan anak-anak mereka.

Semua itu tidak dapat membela mereka sedikitpun dan tidak dapat menolak dari adzab Allah sedikitpun, tatkala perintah Rabb-mu itu datang. Karena tidak ada yang mampu melemahkan Allah Ta’ala, jika Dia hendak menjadikan sesuatu di langit dan di bumi.”

إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا (“Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahakuasa.”) yaitu Mahamengetahui seluruh kejadian serta Mahakuasa secara mutlak.

Tafsir Kemenag: Ayat ini masih menjelaskan sikap orang musyrik Mekah terhadap dakwah Nabi saw. Dengan segala daya dan pikiran, dengan harta dan kekayaan yang dimiliki, mereka menentang dakwah Nabi Muhammad, bahkan beliau diboikot dan dihalangi. Tetapi, segala rencana jahat guna mematahkan dakwah Islam itu pada akhirnya menjadi bumerang bagi mereka.

Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 36-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kegagalan kaum kafir Mekah mencegah tersiarnya dakwah Islam telah tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Setiap usaha dan rencana jahat untuk memadamkan cahaya agama Allah di bumi ini, pasti akan gagal, sebab Allah selalu akan memelihara eksistensi agama-Nya di bumi ini, sampai akhir zaman, biarpun tidak disukai oleh orang-orang musyrik, sebagaimana disebutkan dalam ayat:

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (ash-shaff/61: 8)

Dalam Aisar at-Tafasir disebutkan satu riwayat bahwa Ka’ab berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Dalam Taurat diterangkan bahwa siapa yang menggali lubang untuk kawannya, dialah yang masuk ke dalamnya.” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Hal itu aku temukan dalam Al-Qur’an.” Ka’ab bertanya, “Di mana?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Bacalah wa la yahiqul makrus-sayyi’ illa bi ahlih (Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri.)”

Seperti diuraikan di atas, kadang-kadang Allah menunda kedatangan siksa sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada orang-orang kafir. Tetapi, jangan dikira bahwa Allah tidak akan menyiksa mereka bila mereka tidak tobat, sebab bila mereka di dunia belum merasakan siksaan, di akhirat kelak pasti akan mereka alami juga. Di akhirat nanti baru mereka yakini ke mana orang yang zalim itu ditempatkan Allah sesuai dengan ancaman Allah ketika mereka masih di dunia.

Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali. (asy-Syu’ara’/26: 227)

Sekalipun azab itu sudah pasti datang, orang-orang yang tidak mengimaninya masih saja menentang kedatangannya dengan tidak menghentikan segala perbuatan jahatnya. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan nasib mereka kelak dengan mengatakan bahwa tidak ada yang mereka tunggu-tunggu itu melainkan siksaan seperti apa yang telah menimpa manusia dahulu kala disebabkan keingkaran mereka terhadap risalah para rasul. Tetapi, ujung ayat ini menegaskan bahwa sunah Allah menentukan bahwa setiap orang yang mendustakan ajaran-Nya pasti akan disiksa dengan azab yang tidak akan berubah dan tidak akan dipindahkan kepada orang lain.

Allah tidak akan melimpahkan rahmat-Nya pada seseorang yang sudah tercatat sebagai pembangkang dan pendosa, serta tidak akan memikulkan dosanya kepada diri orang lain. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. (al-An’am/6: 164).

Tafsir Quraish Shihab: Mengapa mereka lebih suka bertopang dagu sambil mengingkari ancaman Allah terhadap orang-orang musyrik? Mengapa mereka tidak melakukan perlawatan di muka bumi guna menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bekas-bekas kehancuran orang-orang terdahulu yang mendapatkan azab akibat pendustaan mereka kepada para rasul?

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 77-78; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kendati pun orang-orang terdahulu memiliki kekuatan lebih besar dibanding mereka, orang-orang terdahulu itu tetap tidak dapat menampik azab yang Allah turunkan. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang dapat melemahkan Allah. Sesungguhnya ilmu Allah amat luas dan kekuasaan-Nya amat besar.

Surah Fatir Ayat 45
وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُواْ مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهۡرِهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرًۢا

Terjemahan: Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.

Tafsir Jalalain: وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُواْ (Dan kalau sekiranya Allah swt. menyiksa manusia disebabkan usahanya) karena maksiat-maksiat yang telah dikerjakannya مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهۡرِهَا مِن دَآبَّةٍ (niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi (suatu makhluk pun) yang hidup merayap di atasnya وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى (akan tetapi Allah menangguhkan penyiksaan mereka, sampai waktu yang tertentu) yakni hari kiamat.

فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرًۢا (maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat keadaan hamba-hamba-Nya) Dia kelak akan membalas amal perbuatan mereka, yaitu dengan memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan menghukum orang-orang yang kafir.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُواْ مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهۡرِهَا مِن دَآبَّةٍ (“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan menyisakan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun.”) yaitu seandainya Dia menghukum mereka dengan seluruh dosa mereka, niscaya binasalah seluruh penghuni langit dan bumi serta apa saja yang mereka miliki berupa binatang melata dan rizky mereka.

Ibnu Hatim berkata: “Sa’id bin Jubair dan as-Suddi berkata, tentang firman Allah: maa taraka ‘alaa dzohriHaa min daab-baH (“Dia tidak akan menyisakan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun.”) yaitu ketika hujan tidak turun kepada mereka, niscaya matilah seluruh binatang melata.

وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى (“Akan tetapi Allah menangguhkan [penyiksaan] mereka, sampai waktu yang tertentu.”) yaitu akan tetapi Dia menunggu mereka hingga hari kiamat, lalu Dia akan menghisab mereka pada waktu itu dan setiap pelaku akan dibalas sesuai perbuatannya. Dia akan membalas pelaku taat dengan pahala dan pelaku maksiat dengan siksaan.

Untuk itu Allah berfirman: فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرًۢا (“Maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Mahamelihat [keadaan] hamba-hamba-Nya.”)

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 1-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan manifestasi dari sifat rahman dan rahim dari Allah. Jika Allah langsung menyiksa orang-orang musyrik itu seperti apa yang mereka kehendaki, pasti mereka dan binatang-binatang mati kehausan akibat kurang minum. Tetapi, Allah tidak bertindak begitu sekalipun Dia berkuasa, sebaliknya Dia tetapkan suatu ketentuan yakni siksaan itu ditunda sampai pada waktu yang hanya diketahui-Nya sendiri.

Akan tetapi, kalau azab itu telah menimpa, tidak akan dikurangi dan mereka tidak akan bisa melepaskan diri. Ketentuan Allah yang demikian itu hanya berlaku bagi umat Nabi Muhammad saja, sedang pada umat sebelumnya bila mereka bersalah, langsung dihukum tanpa penundaan.

Dalam Tafsir al-Wadhih dijelaskan bahwa ketentuan itu adalah kemuliaan yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Muhammad, sebagai suatu hukum bagi beliau dan umatnya. Dengan harapan agar orang-orang yang masih belum mau beriman segera tobat, kembali kepada petunjuk dan ajaran-Nya. Tetapi, bila janji Allah telah datang, tidak ada waktu lagi untuk menundanya. Di situlah nanti masing-masing orang akan diperhitungkan perbuatannya. Yang baik dibalas dengan ganjaran kebaikan, yang jahat dibalas dengan azab.

Dengan kasih dan sayang Allah, Al-Qur’an menyerukan supaya manusia bertobat dan kembali kepada-Nya. Biarpun azab itu telah ditunda kedatangannya, namun kapan waktunya yang pasti, tiada seorang pun yang mengetahuinya.

Orang yang merasa dirinya bersalah tidak perlu berputus asa, sebab betapapun besarnya kesalahan, jika diakhiri dengan penyesalan dan tobat yang sesungguhnya, pasti akan diampuni Allah. Dialah Yang Maha Pengampun dan Penyayang. Dialah Yang Maha Mengetahui dan memperhatikan sekalian hamba-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Seandainya Allah menurunkan siksa kepada manusia di dunia ini, maka siksa-Nya itu akan meluas sehingga tak satu binatang pun yang dapat tinggal di muka bumi. Akan tetapi, Dia menangguhkan siksaan- Nya kepada mereka sampai waktu yang telah ditetapkan, yaitu pada hari kiamat nanti.

Apabila waktu yang telah ditetapkan itu tiba, Dia akan membalas perbuatan-perbuatan mereka secara teliti. Dia Maha Melihat segala perbuatan para hamba-Nya. Tak satu pun yang luput dari pengamatan-Nya. Wa Allâh a’lam.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fatir Ayat 44-45 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S