Surah Fatir Ayat 9-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fatir Ayat 9-11

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fatir Ayat 9-11 ini, menerangkan bahwa Dia-lah Yang Menciptakan angin yang menggerakkan awan tebal yang mengandung air kemudian membawanya ke bumi yang tandus, dan menurunkan hujan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Barang siapa ingin mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat, hendaklah ia senantiasa taat kepada Allah karena semua kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat adalah kepunyaan-Nya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fatir Ayat 9-11

Surah Fatir Ayat 9
وَٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقۡنَٰهُ إِلَىٰ بَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَحۡيَيۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا كَذَٰلِكَ ٱلنُّشُورُ

Terjemahan: Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu kesuatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.

Tafsir Jalalain: وَٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَرۡسَلَ ٱلرِّيَٰحَ (Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin) menurut qiraat yang lain dibaca Ar Riih dalam bentuk Mufrad فَتُثِيرُ سَحَابًا (lalu angin itu menggerakkan awan) lafal Mudhari’ di sini untuk menceritakan keadaan di masa lalu, maksudnya angin itu menggerakkannya فَسُقۡنَٰهُ (lalu Kami halau awan itu) di dalam ungkapan ayat ini terkandung Iltifat dari dhamir Gaib إِلَىٰ بَلَدٍ مَّيِّتٍ (ke suatu negeri yang mati) tanah yang tandus yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya. Dapat dibaca Mayyitin atau Mayitin فَأَحۡيَيۡنَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ (lalu Kami hidupkan dengan hujan itu bumi) yang dikenainya بَعۡدَ مَوۡتِهَا (setelah matinya) setelah ia mengalami kekeringan, yaitu Kami tumbuhkan padanya tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumputan. كَذَٰلِكَ ٱلنُّشُورُ (Demikianlah kebangkitan itu) cara membangkitkan yang mati menjadi hidup kembali.

Tafsir Ibnu Katsir: Dalil yang banyak digunakan oleh Allah tentang adanya hari kembali adalah dihidupkannya bumi setelah kematiannya, sebagaimana yang terdapat di awal surat al-Hajj, dimana Dia mengingatkan hamba-Nya untuk mengambil pelajaran dari masalah tersebut. Karena bumi dahulunya mati dan gersang, tidak ada tumbuhan yang hidup, lalu Dia mengirimkan awan yang membawa air dan diturunkannya ke bumi tersebut.

Kemudian, ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَأَنۢبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجٍۭ بَهِيجٍ (“Hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”) (al-Hajj: 5). Demikian pula jasad-jasad manusia, jika Allah hendak membangkitkan dan mengeluarkannya, Dia menurunkan hujan dari bawah ‘Arsy yang menjangakau seluruh bumi. Lalu jasad-jasad itu tumbuh di dalam kuburnya, sebagaimana tumbuhnya satu buah biji di dalam tanah.

Mengenai hal ini tercantum dalam hadits shahih: “Setiap anak Adam akan binasa kecuali tulang ekor, darinya dia telah diciptakan dan darinya pula dia akan disusun [diciptakan] kembali.”

Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: كَذَٰلِكَ ٱلنُّشُورُ (“Demikianlah kebangkitan itu.”).

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia-lah Yang Menciptakan angin yang menggerakkan awan tebal yang mengandung air kemudian membawanya ke bumi yang tandus, dan menurunkan hujan. Dengan turunnya air hujan, bumi yang mati dan tidak ada pepohonan sedikit pun di atasnya berubah menjadi subur.

Bumi menumbuhkan buah-buahan yang bermacam-macam dan beraneka ragam cita rasanya. Demikianlah Allah menghidupkan bumi sesudah mati dengan hujan yang turun dari awan. Kalau manusia mau menggunakan akalnya dan memikirkan dengan sungguh-sungguh tanda kekuasaan Allah seperti kejadian yang tersebut di atas, tentu ia akan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa Allah yang berkuasa menghidupkan tanah yang mati, tentunya kuasa pula menghidupkan manusia yang sudah mati sekalipun telah hancur dan tulang-belulangnya berserakan.

Diriwayatkan dari Abu Ruzain al-‘Uqaili bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang bagaimana cara Allah menghidupkan orang mati dan apa tanda-tandanya pada makhluk. Rasulullah saw menjawab, “Wahai Abu Ruzain, pernahkah engkau melalui suatu lembah kaummu yang gersang, kemudian kamu melaluinya kembali dalam keadaan subur dan menghijau?” Abu Ruzain menjawab, “Pernah.” Rasulullah bersabda, “Begitulah Allah menghidupkan orang yang sudah mati.”.

Tafsir Quraish Shihab: Hanya Allahlah yang dapat mengirimkan angin untuk menggerakkan awan yang terbentuk dari sekumpulan uap-uap air. Kemudian Kami halau awan ke suatu negeri yang dilanda kekeringan sehingga tanahnya yang mati Kami hidupkan dengan tumbuh-tumbuhan.

Adanya tumbuh-tumbuhan yang Kami keluarkan dari tanah itu merupakan tamsil bagaimana Kami akan membangkitkan kembali, di hari kiamat nanti, sesuatu yang telah mati dari alam kuburnya(1). (1) Untuk komentar atas ayat ini, lihat catatan kaki tafsir surat al-A’râf ayat 57.

Surah Fatir Ayat 10
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُۥ وَٱلَّذِينَ يَمۡكُرُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ لَهُمۡ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكۡرُ أُوْلَٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ

Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 15-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.

Tafsir Jalalain: مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ جَمِيعًا (Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya) di dunia dan di akhirat, maka kemuliaan itu tidak akan dapat diraih melainkan dengan jalan taat kepada-Nya, oleh karenanya taatlah kepada-Nya. إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ (Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik) yang telah dipermaklumkan oleh-Nya, yaitu kalimat “Laa Ilaaha Illallaah”, artinya, “Tidak ada Tuhan selain Allah”, dan kalimat-kalimat yang baik lainnya وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُۥ (dan amal saleh dinaikkan-Nya) diterima oleh-Nya.

وَٱلَّذِينَ يَمۡكُرُونَ (Dan orang-orang yang merencanakan) membuat rencana makar ٱلسَّيِّـَٔاتِ (kejahatan) terhadap diri Nabi di Darun Nadwah, yaitu untuk mengikatnya, atau membunuhnya atau mengusirnya, sebagaimana keterangan yang telah disebutkan dalam surah Al-Anfal لَهُمۡ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكۡرُ أُوْلَٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ (bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur) yakni akan berantakan.

Tafsir Ibnu Katsir: firman Allah Ta’ala: مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ جَمِيعًا (“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya.” Yaitu barang siapa yang senang menjadi mulia di dunia dan di akhirat, maka hendaklah ia konsekuen mentaati Allah. Karena hal itulah yang dapat mencapai maksud dan tujuannya, dan karena Allah Ta’ala adalah pemilik dunia dan akhirat serta milik-Nyalah seluruh kemuliaan tersebut. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kemuliaan itu kepunyaan Allah.” (an-Nisaa’: 139) Mujahid berkata:

“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan.” Dengan menyembah berhala-berhala, فَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ جَمِيعًا (“Maka sesungguhnya semua kemuliaan itu kepunyaan Allah.”(an-Nisaa’: 139)

Firman Allah: إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ (“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik.”) yaitu dzikir, bacaan al-Qur’an dan doa, itulah yang dikatakan bukan hanya oleh satu ulama salaf.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa an-Nu’man bin Basyir berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang yang berdzikir kepada Allah dengan mengagungkan Allah, bertasbih, bertakbir, bertahmid dan bertahlil kepada-Nya, semua [bacaan dzikir] itu bertanggung di sekitar ‘Arsy, mereka memiliki gema di sekitar ‘Arsy seperti gema suara lebah yang mengingatkan kepada kawannya. Apakah salah seorang kalian tidak senang bahwa ada sesuatu yang akan mengingatnya di sisi Allah?” (demikian pula yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah).

Firman Allah: وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُۥ (“Dan amal yang shalih dinaikkan-Nya.”) ‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Perkataan-perkataan yang baik adalah dzikir kepada Allah Ta’ala, [dan] akan naik kepada Allah. Sedangkan amal shalih adalah menunaikan berbagai kewajiban-kewajiban-Nya. Maka amalnya itu akan dibawa naik oleh dzikir kepada Allah Ta’ala menuju Allah.

Dan barangsiapa yang berdzikir kepada Allah Ta’ala, akan tetapi tidak menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya, maka ucapannya itu akan dikembalikan kepada amalnya, karena amalnya lebih utama daripada ucapannya.” Begitu pula, Mujahid berkata: “Amal Shalih dapat menaikkan perkataan-perkataan yang baik.”

Itulah yang dikatakan oleh Abul ‘Aliyah, ‘Ikrimah, Ibrahim an-Nakha’i, adl-Dlahhak, as-Suddi, ar-Rabi bin Anas, Syahr bin Hausib dan selain mereka. Iyas bin Mu’awiyah dan al-Qadhi berkata: “Seandainya tidak ada amal shalih, niscaya perkataan itu tidak akan naik.” Al-Hasan dan Qatadah berkata: “Suatu perkataan tidak akan diterima kecuali dengan amal.”

Firman Allah Ta’ala: وَٱلَّذِينَ يَمۡكُرُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ (“Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan.”) Mujahid, Sa’id bin Jubair dan Syahr bin Hausib berkata: “Mereka adalah orang yang riya’ dalam amal-amal mereka. Yaitu mereka merencanakan kejahatan kepada manusia dengan menyamarkan bahwa mereka berada dalam ketaatan kepada Allah dan berbuat riya’ dengan amal-amal mereka. Walaa yadzkuruunallaaHa illaa qaliilan (“Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.”)(an-Nisaa’: 142)

‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata: “Mereka adalah orang-orang musyrik.” Pendapat yang tepat, bahwa mereka itu bersifat umum, dan orang-orang musyrik lebih utama untuk termasuk di dalamnya. Untuk itu, Allah berfirman:

لَهُمۡ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكۡرُ أُوْلَٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ (“Bagi mereka adzab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.”) yaitu rusak, bathil dan tampak kehancuran mereka dalam waktu dekat di mata orang-orang yang mempunyai mata hati dan akal. Karena tidak ada satu orangpun yang menyimpan rahasia, melainkan pasti Allah akan menampakkannya di raut wajahnya dan ungkapan lisannya.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 112-113; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan tidak ada seorangpun yang menyimpan rahasia melainkan Allah akan pakaikan pakaian kepadanya. Jika baik maka akan melahirkan kebaikan, dan jika buruk akan melahirkan keburukan. Sedangkan orang yang riya’ maka perkataannya tidak akan laku dan tidak akan konsisten kecuali bagi yang lemah akal [bodoh].

Sedangkan orang-orang Mukmin yang pandai, tidak akan tertipu oleh mereka, bahkan akan tersingkap dari mereka dalam waktu dekat. Allah-lah Yang Mahamengetahui yang ghaib, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa barang siapa ingin mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat, hendaklah ia senantiasa taat kepada Allah karena semua kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat adalah kepunyaan-Nya.

Dialah yang menerima perkataan-perkataan yang baik seperti kalimat tauhid, zikir, membaca Al-Qur’an, dan lainnya, begitu pula amal-amal yang baik yang disertai dengan keikhlasan akan diberi pahala oleh Allah.

Sesuatu amal, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang dilakukan tanpa keikhlasan tidak akan berpahala, bahkan akan mendapat azab karena dianggap mendustakan agama. Ibadah salat, zakat, dan amal-amal baik yang lain apabila dilakukan dengan ria, yakni dikerjakan bukan untuk mencari keridaan Allah, tetapi mencari pujian atau ketenaran di masyarakat, tidak akan diterima oleh Allah. Firman Allah:

Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan. (al-Ma’un/107: 4-7)

Orang-orang yang merencanakan kejahatan terhadap orang-orang Islam, seperti merencanakan suatu hal yang akan menyebabkan mundurnya Islam atau kurang mendapat perhatian dari masyarakat dan lain-lain, akan mendapat siksa yang pedih di hari Kiamat dan rencana buruknya akan hancur tidak mencapai sasarannya seperti yang dialami orang-orang kafir Quraisy.

Mereka dulu merencanakan akan menangkap Rasulullah saw lalu membunuh atau mengasingkannya di suatu tempat yang jauh dari tumpah darahnya, agar Islam menjadi lemah bahkan akan hilang lenyap di permukaan bumi.

Tafsir Quraish Shihab: Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan dan kekauatan, hendaknya ia mencarinya dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Sebab seluruh kemuliaan dan kekuatan itu ada pada Allah. Kepada- Nyalah perkataan-perkataan yang baik akan naik dan amal saleh pun akan diangkat untuk diterima.

Adapun orang-orang yang merencanakan makar untuk mencelakakan orang-orang Mukmin, mereka berhak mendapatkan azab. Di sisi lain, rencana makar mereka pun akan hancur dan tidak menghasilkan apa-apa.

Surah Fatir Ayat 11
وَٱللَّهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمۡ أَزۡوَٰجًا وَمَا تَحۡمِلُ مِنۡ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلۡمِهِۦ وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنۡ عُمُرِهِۦٓ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Terjemahan: Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.

Tafsir Jalalain: وَٱللَّهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ (Dan Allah menciptakan kalian dari tanah) yaitu menciptakan Adam dari tanah liat ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ (kemudian dari air mani) lalu Dia menciptakan anak cucunya dari air mani ثُمَّ جَعَلَكُمۡ أَزۡوَٰجًا (kemudian Dia menjadikan kalian berpasang-pasang) terdiri dari kaum pria dan wanita.

وَمَا تَحۡمِلُ مِنۡ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلۡمِهِۦ (Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya) lafal Bi’ilmihi berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, yakni telah diketahui oleh-Nya.

وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ (Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang) tidak diperpanjang وَلَا يُنقَصُ مِنۡ عُمُرِهِۦٓ (dan tidak pula dikurangi umurnya) yakni orang yang diberi umur panjang itu إِلَّا فِى كِتَٰبٍ (melainkan tercatat dalam Kitab) di Lohmahfuz إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ (Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah) amat gampang.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَٱللَّهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ (“Dan Allah menciptakanmu dari tanah kemudian dari air mani.”) Dia pertama kali menciptakan nenek moyang kalian, Adam dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari pancaran air yang hina.

ثُمَّ جَعَلَكُمۡ أَزۡوَٰجًا (“Kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan.”) laki-laki dan perempuan. Sebagai kasih sayang dari-Nya, Dia menjadikan kalian berpasang-pasangan dari jenis kalian sendiri, agar kalian tenteram padanya [berumah tangga].

Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 38-39; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: وَمَا تَحۡمِلُ مِنۡ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلۡمِهِۦ (“Dan tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan tidak [pula] melahirkan melainkan dengan pengetahuan-Nya.”) yaitu Dia Mahamengetahui tentang semua itu dan tidak ada yang tersembunyi sedikitpun dari-Nya. Masalah ini telah dibicarakan dalam firman Allah yang artinya:

“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha besar lagi Maha tinggi.” (ar-Ra’du: 8-9)

Firman Allah: وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنۡ عُمُرِهِۦٓ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ (“Dan sekali-sekali tidak diperpanjang umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan [sudah ditetapkan] dalam Kitab [Lauhul Mahfuzh]”) yaitu apa yang diberikan-Nya kepada sebagian Nuthfah berupa umur panjang, dan Dia mengetahuinya dan hal itu semua ada di sisi-Nya di dalam catatan-Nya yang pertama.

وَلَا يُنقَصُ مِنۡ عُمُرِهِۦٓ (“Dan tidak pula dikurangi umurnya.”) dlamir “Hi” kembali kepada jenis [umur, secara umum] bukan kepada umur[nya]. Karena panjangnya umur di dalam kitab dak di dalam ilmu Allah tidaklah berkurang dari umurnya, dan kembalinya dlamir hanyalah kepada jenis. Ibnu Jarir berkata: “Hal ini adalah seperti perkataan mereka: ‘Aku memiliki satu baju dan setengahnya.’ Yaitu setengah baju yang lain.”

An-Nasa-i meriwayatkan mengenai tafsir ayat mulia ini, dari Anas bin Malik, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim.” (HR al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Firman Allah: إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ (“Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”) yaitu mudah dan ringan bagi-Nya. Dia memiliki ilmu tentang hal tersebut, serta rinciannya pada seluruh makhluk-Nya. Karena ilmu-Nya meliputi seluruhnya dan tidak ada yang tersembunyi sedikitpun dari-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan kejadian Adam yang menjadi nenek moyang manusia. Ia dijadikan oleh Allah langsung dari tanah, kemudian keturunannya dijadikan dari sperma yang pada hakikatnya juga berasal dari tanah karena berasal dari makanan berupa beras, sayur-sayuran dan lain-lain, yang berasal dari tanah.

Kemudian mereka dijadikan berpasang-pasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tidak ada seorang perempuan yang mengandung atau melahirkan kecuali semuanya diketahui oleh Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Sejalan dengan ayat ini Allah berfirman:

Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya. (Allah) Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang Mahabesar, Mahatinggi. (ar-Ra’d/13: 8-9)

Tidak seorang pun yang berumur panjang, kecuali telah ditetapkan Allah lebih dahulu dan tertulis di Lauh Mahfudh, tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang. Begitu pula orang yang telah ditetapkan berumur pendek, tidak akan lebih panjang dan tidak lebih pendek demi untuk menjaga keseimbangan di bumi supaya kemakmuran tertib jalannya. Hal demikian itu bagi Allah adalah mudah, karena Dia mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Allah menciptakan kalian dari tanah. Sebab Adam, bapak kalian, diciptakan dari tanah. Lalu Dia menciptakan kalian dari sperma (nutfah), suatu jenis cairan yang dikokohkan dalam rahim dan berasal dari makanan yang dekeluarkan oleh tanah. Kemudian dijadikanlah kalian sebagai laki-laki dan perempuan.

Seorang perempuan tidak akan mengandung dan melahirkan anak kecuali dengan sepengetahuan Allah. Seseorang diberikan umur panjang atau dikurangi, semua itu tercatat dalam sebuah kitab. Sesungguhnya bagi Allah semua itu adalah sangat mudah dan remeh.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fatir Ayat 9-11 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S