Surah Fussilat Ayat 1-5; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fussilat Ayat 1-5; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fussilat Ayat 1-5 ini, sebelum membahas kandungan ayat terlebih dahulu kita mengetahui isi surah Fussilat ini. Dalam surah ini diawali dengan huruf-huruf Arab yang dibaca secara eja–seperti banyak terdapat pada surah-surah lain dalam al-Qur’ân–pertama-tama disinggung masalah al-Qur’ân yang di antara isinya adalah kabar gembira dan ancaman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Disinggung pula, setelah itu, sikap orang musyrik yang berpaling dan memusuhi seruan al-Qur’ân, dan sikap Rasulullah yang tetap teguh menghadapi mereka dengan mengatakan, “Aku hanyalah seorang manusia seperti kalian yang, melalui wahyu, diberitahu bahwa Tuhan kalian adalah Mahaesa. Dari itu, luruslah kalian, dan mohonlah ampunan kepada-Nya!”

Pada bagian lain terdapat peringatan bagi orang-orang musyrik mengenai tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat dalam penciptaan langit dan bumi. Kemudian diikuti, secara berturut-turut, dengan ancaman azab yang meyiksa bangsa-bangsa yang terdekat dengan mereka, yaitu bangsa Ad dan Tsamûd, dan gambaran tentang hari kiamat.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fussilat Ayat 1-5

Surah Fussilat Ayat 1
حمٓ

Terjemahan: Haa Miim.

Tafsir Jalalain: حمٓ (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk Ayat-Ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.

golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Tafsir Kemenag: Penjelasan tentang arti “ha Mim” dapat dilihat pada Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid I, tentang keterangan arti dari fawatih as-suwar.

Tafsir Quraish Shihab: Dalam surah yang diawali dengan huruf-huruf Arab yang dibaca secara eja–seperti banyak terdapat pada surah-surah lain dalam al-Qur’ân–pertama-tama disinggung masalah al-Qur’ân yang di antara isinya adalah kabar gembira dan ancaman. Disinggung pula, setelah itu, sikap orang musyrik yang berpaling dan memusuhi seruan al-Qur’ân, dan sikap Rasulullah yang tetap teguh menghadapi mereka dengan mengatakan,

“Aku hanyalah seorang manusia seperti kalian yang, melalui wahyu, diberitahu bahwa Tuhan kalian adalah Mahaesa. Dari itu, luruslah kalian, dan mohonlah ampunan kepada-Nya!” Pada bagian lain terdapat peringatan bagi orang-orang musyrik mengenai tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat dalam penciptaan langit dan bumi. Kemudian diikuti, secara berturut-turut, dengan ancaman azab yang meyiksa bangsa-bangsa yang terdekat dengan mereka, yaitu bangsa Ad dan Tsamûd, dan gambaran tentang hari kiamat.

Pada hari itu, menurut surah ini, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan. Hari itu merupakan hari saat terjadi perdebatan antara orang musyrik itu dengan anggota-anggota badan mereka. Dan seperti tersebut dalam surat ini, selanjutnya para pengikut orang musyrik, pada hari itu akan mengatakan,

“Ya Tuhan kami, perlihatkanlah kepada kami para jin dan manusia yang telah menyesatkan kami. Mereka akan kami injak- injak di bawah telapak kaki kami hingga menjadi golongan yang paling rendah.” Pada bagian selanjutnya, setelah pembicaraan mengenai orang-orang musyrik di atas, surat ini berbicara tentang orang-orang Mukmin.

Hal itu sesuai dengan metode al-Qur’ân yang setiap kali berbicara mengenai ihwal orang-orang kafir selalu disertai dengan pembicaraan mengenai orang-orang Mukmin. Orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian beristikamah. Setelah pemaparan dua kelompok manusia itu–Mukmin dan kafir–surah ini kemudian mengadakan perbandingan antara yang baik dan yang buruk, yaitu bahwa “kebaikan tidak sama dengan keburukan”.

Pembicaraan kemudian beralih dengan mengarahkan pandangan kita kepada tanda-tanda kekuasaan Allah dalam membangkitkan dan menghidupkan orang mati; ancaman keras kepada orang yang menyelewengkan Ayat-Ayat Allah; keterangan bahwa al-Qur’ân, yang diturunkan oleh Sang Mahabijaksana dan Maha Terpuji, ini tidak pernah salah; dan keterangan bahwa misi yang dibawa Nabi Muhammad bukan merupakan hal baru.

Dalam surah ini, secara singkat disebut pula salah satu tabiat manusia, yaitu apabila mendapat nikmat dari Allah ia berpaling dari kebenaran, dan apabila mendapat kesusahan ia berdoa sangat panjang. Surat ini ditutup dengan dua hal penting.

Pertama, isyarat tentang kedudukan al-Qur’ân yang berisi kebenaran yang tak diragukan lagi. Hal ini dapat kita pahami melalui Ayat 53: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kemahakuasaan Kami, di segala ufuk dan pada diri mereka, sehingga akan jelas bagi mereka bahwa hal itu adalah benar.”

Kedua, bahwa sikap orang-orang kafir itu disebabkan oleh keragu-raguan akan kebangkitan yang terdapat pada Ayat 54: “Mereka sungguh- sungguh berada dalam keraguan tentang hari perteman mereka dengan Tuhan. Ingatlah, bahwa Allah Maha Meliputi segala sesuatu.”]]

Hâ, mîm merupakan dua huruf eja Arab yang banyak dipakai dalam pembukaan beberapa surat al-Qur’ân untuk menggugah perhatian orang yang mendengarnya, di samping sebagai salah satu bukti kemukjizatan al-Qur’ân.

Surah Fussilat Ayat 2
تَنزِيلٌ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 30-32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: تَنزِيلٌ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ (Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) kalimat Ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: تَنزِيلٌ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ (“diturunkan dari [Rabb] Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”) yaitu al-Qur’an diturunkan dari Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, diturunkan kepada rasul-Nya, Muhammad saw, dengan perantaraan Malaikat Jibril.

Pada Ayat ini dikatakan bahwa Al-Qur’an itu berasal dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada manusia sebagai tanda bahwa Allah Maha Pemurah dan Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya.

Al-Qur’an bagi manusia dapat diibaratkan sebagai obat bagi orang yang sakit guna menyembuhkan penyakitnya. Manusia sangat menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Mereka tidak mengetahui jalan yang harus ditempuh untuk mencapai keinginannya itu.

Karena sifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya itu, Allah menurunkan petunjuk ke jalan yang dimaksud sehingga manusia mencapai keinginannya itu. Petunjuk-petunjuk itu terdapat di dalam Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad.

Allah berfirman: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (al-Anbiya’/21: 107)

Maksud pernyataan bahwa Nabi Muhammad saw diutus ke dunia merupakan rahmat bagi semesta alam ialah Allah mengutusnya untuk menyampaikan agama Allah kepada manusia. Agama Allah itu merupakan rahmat bagi manusia, dan pokok-pokok agama Allah itu terdapat di dalam Al-Qur’an. Jadi yang menjadi rahmat utama itu ialah Al-Qur’an.

Firman Allah: Dan sungguh, (Al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam, yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. (asy-Syu’ara’/26: 192-197)

Tafsir Quraish Shihab: Kitab suci ini merupakan wahyu amat indah yang diturunkan oleh Sang Pemberi nikmat, besar dan kecil.

Surah Fussilat Ayat 3
كِتَٰبٌ فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥ قُرۡءَانًا عَرَبِيًّا لِّقَوۡمٍ يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: Kitab yang dijelaskan Ayat-Ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,

Tafsir Jalalain: كِتَٰبٌ (Kitab) lafal Ayat ini menjadi Khabar Mubtada فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥ (yang dijelaskan Ayat-Ayatnya) maksudnya, dijelaskan di dalamnya hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat قُرۡءَانًا عَرَبِيًّا (yakni bacaan dalam bahasa Arab) lafal Qur-aanan berikut sifatnya menjadi Haal atau kata keterangan keadaan dari lafal Kitaabun لِّقَوۡمٍ (untuk kaum) berta’alluq kepada lafal Fushshilat يَعۡلَمُونَ (yang mengetahui) artinya, bagi mereka yang mengerti, yaitu orang-orang Arab.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: كِتَٰبٌ فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥ (“Kitab yang dijelaskan Ayat-Ayatnya”) yaitu dijelaskan makna-maknanya dan dikokohkan hukum-hukumnya. قُرۡءَانًا عَرَبِيًّا (“Yakni bacaan dalam bahasa Arab”) dengan berbahasa Arab yang jelas dan tegas. Makna-maknanya terinci dan lafadz-lafadznya jelas tanpa kesulitan, serperti firman Allah Ta’ala:

“Suatu kitab yang Ayat-Ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi [Allah] Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu.” (Huud: 1). Artinya kitab ini mengandung mukjizat dari segi lafazh dan maknanya.

Firman Allah: لِّقَوۡمٍ يَعۡلَمُونَ (“Untuk kaum yang mengetahui.”) yaitu yang hanya mengetahui penjelasan dan penegasan ini adalah para ulama yang rasikh (mendalam) ilmunya.

Tafsir Kemenag: Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad terdiri atas Ayat-Ayat. Ayat-Ayat itu diterangkan satu per satu dengan jelas. Setiap Ayat dipisahkan dengan Ayat-Ayat yang lain, dengan tanda-tanda yang jelas pula.

Ada permulaan dan akhir dari tiap-tiap surah. Isinya bermacam-macam petunjuk, ada yang berhubungan dengan pelajaran, nasihat, akhlak yang mulia, mensucikan jiwa, kisah-kisah rasul yang terdahulu dengan umat-umatnya, petunjuk ke jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dan sebagainya.

Allah berfirman: (Inilah) Kitab yang Ayat-Ayatnya disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci, (yang diturunkan) dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana, Mahateliti. (Hud/11: 1)

Diterangkan pula bahwa Al-Qur’an diturunkan berbahasa Arab, bahasa ibu dari rasul yang menyampaikannya dan sesuai pula dengan bahasa yang digunakan oleh bangsa yang pertama kali menerimanya. Dengan demikian, Al-Qur’an itu mudah dipahami kandungan dan maksudnya oleh mereka dan dengan mudah pula mereka menyampaikan kepada bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, yang mempunyai bahasa ibu bukan bahasa Arab.

Allah berfirman: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. (Ibrahim/14: 4)

Pada akhir Ayat ini diterangkan bahwa Al-Qur’an itu berfaedah bagi yang mengetahui dan memahaminya. Maksudnya ialah bahwa Al-Qur’an itu akan berfaedah bagi orang-orang yang berpengetahuan, ingin mencari kebenaran yang hakiki, dan ingin memperoleh petunjuk yang benar yang dapat menghantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mereka mempelajari Al-Qur’an, membandingkannya dengan ajaran-ajaran yang lain serta menyerap ajarannya dengan pengetahuan yang telah ada pada diri mereka. Mereka itu yang dapat memahami dan menyelami rahasia dan petunjuk Al-Qur’an.

Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya tidak ingin mencari kebenaran, karena mereka telah terikat oleh agama atau kepercayaan yang telah mereka anut sebelumnya. Demikian juga dengan orang yang memperturutkan hawa nafsu, fanatik terhadap golongan, atau mengutamakan pangkat dan kedudukan, tidak akan dapat menyelami dan memahami isi Al-Qur’an, apalagi mendapat petunjuk darinya.

Baca Juga:  Surah Al-Furqan Ayat 63-67; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sebagian ahli tafsir ada yang menafsirkan Ayat ini dengan mengatakan bahwa Al-Qur’an akan dipahami oleh orang-orang yang mengetahui bahasa Arab, karena bahasa Arab itu adalah bahasa yang paling luas, lengkap, dan dalam maknanya, serta mudah memengaruhi jiwa.

Waktu itu orang-orang Arab mengetahui bahasa dengan baik, banyak di antara mereka menjadi ahli bahasa, sastrawan yang terkenal, dan banyak pula yang menjadi penyair. Bahasa Arab Al-Qur’an adalah bahasa Arab yang sangat tinggi nilainya, baik gaya bahasanya maupun gramatikanya. Oleh karena itu, orang yang dapat memahami Ayat-Ayatnya hanyalah orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab yang mendalam.

Tafsir Quraish Shihab: Sebuah kitab suci yang Ayat-Ayatnya–baik dari segi kata, frase, maupun maknanya–membedakan antara yang benar dan yang palsu, antara kabar gembira dan peringatan, pendidikan jiwa, pemberian tamsil, dan keterangan tentang hukum. Kitab suci ini merupakan bacaan dalam bahasa Arab yang mudah dipahami oleh orang-orang yang mengetahui.

Surah Fussilat Ayat 4
بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعۡرَضَ أَكۡثَرُهُمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ

Terjemahan: yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.

Tafsir Jalalain: بَشِيرًا (Yang membawa berita gembira) menjadi sifat dari lafal Qur-aanan وَنَذِيرًا فَأَعۡرَضَ أَكۡثَرُهُمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ (dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling darinya maka mereka tidak mau mendengarkan) dengan pendengaran yang terdorong oleh perasaan mau menerima apa yang didengarnya.

Tafsir Ibnu Katsir: بَشِيرًا وَنَذِيرًا (“Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan.”) yaitu, terkadang menggembirakan orang-orang beriman dan terkadang memperingatkan orang-orang kafir.

فَأَعۡرَضَ أَكۡثَرُهُمۡ فَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ (“Tetapi kebanyakan mereka berpaling [daripadanya]; maka mereka tidak [mau] mendengarkan.”) akan tetapi kebanyakan kaum Quraisy tidak memahaminya sedikitpun, padahal al-Qur’an ini terang dan jelas.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Al-Qur’an membawa berita gembira bagi orang-orang yang mengamalkan petunjuk-Nya. Ia juga membawa berita yang menakutkan bagi orang-orang yang mengingkarinya.

Orang yang mengikuti petunjuknya akan memperoleh kenikmatan hidup di dunia dan akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan di akhirat. Sedangkan orang yang mengingkarinya dan mendustakan Ayat-Ayatnya akan memperoleh kesengsaraan yang tidak terhingga di akhirat nanti.

Sekalipun demikian tujuan dan isi Al-Qur’an, namun orang-orang musyrik tetap tidak mengacuhkannya, bahkan mereka menyombongkan diri, tidak mau mendengarkan, apalagi mengikuti petunjuk-petunjuknya.

Tafsir Quraish Shihab: Sebuah kitab suci yang berperan sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang Mukmin yang mau beramal saleh bahwa mereka telah disediakan kesenangan, di samping sebagai pemberi ancaman bagi para pendusta bahwa mereka akan memperoleh siksa yang amat menyakitkan. Tetapi kebanyakan mereka berpaling dan tidak mau memanfaatkannya, hingga seolah-olah tidak mendengar.

Surah Fussilat Ayat 5
وَقَالُواْ قُلُوبُنَا فِىٓ أَكِنَّةٍ مِّمَّا تَدۡعُونَآ إِلَيۡهِ وَفِىٓ ءَاذَانِنَا وَقۡرٌ وَمِنۢ بَيۡنِنَا وَبَيۡنِكَ حِجَابٌ فَٱعۡمَلۡ إِنَّنَا عَٰمِلُونَ

Terjemahan: Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)”.

Tafsir Jalalain: وَقَالُواْ (Mereka berkata) kepada Nabi saw., قُلُوبُنَا فِىٓ أَكِنَّةٍ (“Hati kami berada dalam tutupan) tertutup dari مِّمَّا تَدۡعُونَآ إِلَيۡهِ وَفِىٓ ءَاذَانِنَا وَقۡرٌ (apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan) yakni penutup وَمِنۢ بَيۡنِنَا وَبَيۡنِكَ حِجَابٌ (dan di antara kami dan kamu ada dinding) pemisah dalam masalah agama فَٱعۡمَلۡ (maka bekerjalah kamu) sesuai dengan tuntunan agamamu إِنَّنَا عَٰمِلُونَ (sesungguhnya kami bekerja pula”) sesuai dengan tuntunan agama kami.

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالُواْ قُلُوبُنَا فِىٓ أَكِنَّةٍ (“Mereka berkata: ‘Hati kami berada dalam akinnah.”) yaitu tutupan yang menutupi. مِّمَّا تَدۡعُونَآ إِلَيۡهِ وَفِىٓ ءَاذَانِنَا وَقۡرٌ (“Apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada Waqr.”) yaitu sumbatan yang menghalangi dari apa yang engkau bawa kepada kami.

وَمِنۢ بَيۡنِنَا وَبَيۡنِكَ حِجَابٌ (“dan di antara kami dan kamu ada dinding.”) sehingga sesuatu yang engkau katakan tidak menjangkau kami. فَٱعۡمَلۡ إِنَّنَا عَٰمِلُونَ (“Maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja [pula].”) yaitu bekerjalah kamu menurut caramu, sedangkan kami menurut cara kami, kami tidak mengikutimu.

Imam Muhammad bin Ishaq bin Yasar dalam kitab Siirah menyebutkan bahwa Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata, telah diceritakan bahwa pada suatu hari, ‘Utbah bin Rabi’ah yang merupakan seorang pembesar saat duduk di tempat perkumpulan kaum Quraisy berkata, padahal saat itu Rasulullah sedang duduk sendiri di dalam masjid:

“Hai kaum Quraisy, bolehkah aku menemui Muhammad untuk membicarakan dan memperbincangkan beberapa hal, mudah-mudahan ia dapat menerima sebagiannya, lalu kita dapat memberikan apa saja yang dia inginkan dan dia pun menghentikan aksinya terhadap kita.”

Saat itu Hamzah telah masuk Islam dan mereka pun melihat bahwa para shahabat Rasulullah saw. semakin bertambah banyak. Merekapun berkata: “Tentu wahai Abul walid. Temui dan berbicaralah kepadanya.” Lalu ‘Utbah pun berdiri menemui Rasulullah saw. hingga duduk di hadapannya dan berkata:

“Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau berasal dari golongan kami, dimana aku tahu keluarga dan kedudukan keturunanmu. Sesungguhnya engkau telah membawa suatu perkara besar kepada kaummu, yang dengannya engkau memecah-belah kesatuan mereka, engkau bodoh-bodohkan akal fikiran mereka, engkau cela sesembahan mereka dan agama mereka serta engkau kafirkan nenek moyang mereka yang telah pergi. Dengarlah aku. Aku hendak mengajukan kepadamu beberapa hal yang perlu engkau tinjau kembali. mudah-mudahan engkau menerima sebagiannya.”

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 52-54; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Lalu Rasulullah saw. mejawab: “Katakanlah hai Abu Walid, aku mendengarkan.” Utbah melanjutkan perkataannya: “Hai anak saudaraku, jika dengan hal yang engkau bawa ini engkau menginginkan harta, kami akan menghimpun harta-harta kami hingga engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya.

Jika engkau menginginkan kemuliaan, kami ingin mengangkatmu sebagai pemimpin kami, hingga kami tidak memutuskan perkara tanpamu. Jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan mengangkatmu sebagai raja kami. Jika yang engkau alami ini adalah penyakit yang tidak mampu engkau tolak dari dirimu, maka kami akan mencarikan untukmu beberapa orang dokter (tabib) dan kami sumbangkan harta-harta kami, hingga engkau sembuh darinya.” Hingga ketika Utbah selesai dan didengarkan oleh Rasulullah saw., beliaupun bertanya: “Apakah engkau telah selesai wahai Abul Walid?” Dia menjawab: “Ya.” Nabi berkata: “Dengarlah dariku.” Dia menjawab: “Lakukanlah.”

Beliau menjawab: “Haamiim. Diturunkan dari (Rabb) Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang. Kitab yang dijelaskan Ayat-Ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.”

Kemudian beliau meneruskan bacaannya. Ketika Utbah mendengarkannya, dia diam dan meletakkan kedua tangannya ke belakang punggungnya sambil bersandar mendengarkannya, hingga Rasulullah sampai pada Ayat sajdah, beliau pun sujud. Kemudian beliau bersabda: “Engkau telah mendengar apa yang engkau dengar tadi, hai Abu Walid.”

Utbah lalu berdiri menemui para sahabatnya, maka sebagian mereka saling berkata kepada sebagian lainnya: “Kami bersumpah demi Allah, Abul Walid datang dengan wajah yang berbeda dari (tadi) saat dia pergi.” Ketika dia duduk, mereka berkata:

“Apa yang terjadi padamu hai Abul Walid?” Dia menjawab: “Aku telah mendengar suatu perkataan yang demi Allah belum pernah aku mendengar perkataan seperti itu sedikitpun. Demi Allah, itu bukanlah sihir, bukan pula syair dan bukan pula ramalan. Hai bangsa Quraisy, taatlah kepadaku dan jadikanlah ketaatan itu untukku. Biarkanlah laki-laki itu dengan apa yang disampaikannya. Jauhkanlah diri kalian darinya. Demi Allah, perkataan yang baru saja aku dengar akan mempunyai berita besar. Jika bangsa Arab mendapatkannya, maka cukuplah bagi kalian orang lain yang membereskannya. Dan jika ia menguasai bangsa Arab, maka kerajaannya berarti kerajaan kalian, kehormatannya berarti kehormatan kalian dan kalian akan menjadi manusia yang paling berbahagia.” Mereka berkata:

“Demi Allah, hai Abul Walid, engkau telah tersihir oleh lisannya.” Dia menjawab: “Ini pendapatkau. Silakan kalian lakukan apa saja yang kalian pandang (ingin) untuk kalian.” Dan konteks pembicaraan inilah yang lebih mendekati.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini disebutkan penyebab orang-orang musyrik mengingkari dan mendustakan Ayat-Ayat Al-Qur’an, yaitu:

  1. Mereka menyatakan bahwa hati mereka telah tertutup, tidak dapat dimasuki oleh seruan kepada iman, melaksanakan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an, dan yang disampaikan Muhammad saw.
  2. Mereka menyatakan bahwa telinga-telinga mereka telah tersumbat sehingga tidak dapat mendengar seruan Muhammad saw dan Ayat-Ayat Al-Qur’an yang dibacakan kepadanya.
  3. Mereka mengatakan bahwa antara mereka dan kaum Muslimin ada dinding pemisah yang menghalangi mereka menerima seruan itu.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang diterangkan Ayat ini merupakan gambaran keadaan orang-orang musyrik yang jiwa dan hati mereka tidak dapat lagi memahami seruan Rasulullah saw dan tidak mau mengikuti petunjuk Al-Qur’an.

Hati mereka diserupakan dengan benda yang terletak dalam suatu tempat yang tertutup, telinga mereka diserupakan dengan telinga orang tuli yang tidak dapat mendengar sesuatu pun, dan keadaan mereka diserupakan dengan orang yang berdiri di samping dinding tebal dan tinggi, sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi di balik dinding itu.

Karena seruan tidak berfaedah sedikit pun bagi orang-orang musyrik, mereka disuruh melakukan segala yang mereka inginkan, termasuk usaha tipu daya, menyiksa dan menyakiti orang-orang yang beriman, menjauhkan manusia dari Muhammad, dan menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Akan tetapi, Allah pun akan menjaga kaum Muslimin dari tindakan mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang kafir mengatakan kepada Rasulullah saw., “Hati kami terhalangi oleh penutup yang sangat tebal untuk menerima pengesaan Allah yang kamu serukan, telinga kami pun tuli sehingga kami tidak dapat mendengarkan hal-hal yang kamu serukan kepada kami. Dan di antara kami dan kamu terdapat tabir tebal yang menghalangi kami untuk menerima apa-apa yang kamu bawa. Oleh karena itu, berbuatlah sekehendak hatimu dan kami juga akan berbuat sekehendak hati kami.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fussilat Ayat 1-5 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S