Surah Fussilat Ayat 44-45; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fussilat Ayat 44-45

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fussilat Ayat 44-45 ini, menjelaskan jawaban dari sikap dan ucapan orang-orang musyrik yang terdapat pada Ayat-Ayat yang sebelumnya. Kepada mereka disampaikan bahwa seandainya Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dengan salah satu bahasa selain dari bahasa Arab, tentu orang-orang Quraisy Mekah akan berkata,

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan dalam bahasa Arab? Sehingga kami mudah memahami hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya.” Padahal dulunya mereka berkata, “Apakah Al-Qur’an yang diturunkan itu berbahasa selain Arab, sedang rasul yang diutus itu berbahasa Arab.”

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fussilat Ayat 44-45

Surah Fussilat Ayat 44
وَلَوۡ جَعَلۡنَٰهُ قُرۡءَانًا أَعۡجَمِيًّا لَّقَالُواْ لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥٓ ءَا۬عۡجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدًى وَشِفَآءٌ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٌ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًى أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ

Terjemahan: Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan Ayat-Ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah:

“Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”.

Tafsir Jalalain: وَلَوۡ جَعَلۡنَٰهُ (Dan jika Kami jadikan ia) yakni Alquran itu قُرۡءَانًا أَعۡجَمِيًّا لَّقَالُواْ لَوۡلَا (suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentu mereka mengatakan, “Mengapa tidak) kenapa tidak فُصِّلَتۡ (dijelaskan) diterangkan ءَايَٰتُهُۥٓ (Ayat-Ayatnya?) sehingga kami dapat memahaminya. (Apakah) patut Alquran ءَا۬عۡجَمِىٌّ (dalam bahasa asing sedangkan) nabi وَعَرَبِىٌّ (adalah orang Arab) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna ingkar, yakni menunjukkan keingkaran mereka. Dan lafal A’jamiyyun ini dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil.

قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدًى (Katakanlah, “Alquran ini bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk) dari kesesatan وَشِفَآءٌ (dan penawar) dari kebodohan. وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٌ (Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan) penutup, sehingga mereka tidak dapat mendengar وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًى (sedangkan Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka) karena itu mereka tidak dapat memahaminya.

أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ (Mereka itu adalah seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”) karenanya mereka tidak dapat mendengar dan tidak dapat memahami panggilan yang ditujukan kepadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Tatkala Allah menyebutkan tentang al-Qur’an, kefashihan, keindahan dan kerapihan dalam lafazh dan maknanya, namun demikian orang-orang musyrik tetap tidak mengimaninya, maka Allah mengingatkan bahwa kekufuran mereka merupakan kufur pembangkangan dan kesombongan.

Demikian pula seandainya al-Qur’an seluruhnya diturunkan dengan bahasa ‘ajam, niscaya mereka dengan penuh kesombongan dan pembangkangan akan berkata:

لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥٓ ءَا۬عۡجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ (“Mengapa tidak dijelaskan Ayat-Ayatnya? Apakah [patut al-Qur’an] dalam bahasa asing sedang [Rasul adalah orang] Arab?”) yakni niscaya mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan secara rinci dengan bahasa Arab.” Dan niscaya merekapun mengingkarinya.

Mereka mengatakan: ءَا۬عۡجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ artinya, bagaimana al-Qur’an diturunkan dengan bahasa ‘ajam, sementara pihak yang menerimanya adalah orang Arab yang tidak dapat memahaminya.” Demikianlah makna ini diriwAyatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, as-Suddi dan lain-lain.

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 37-39; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perkataan mereka: لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥٓ ءَا۬عۡجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ; yaitu apakah sebagiannya diturunkan dengan bahasa ‘ajam, sedangkan sebagian lainnya diturunkan dalam bahasa Arab?” ini adalah penafsiran al-Hasan al-Bashri dan beliaupun membacanya demikian, tanpa kalimat tanya dalam firman-Nya: ءَا۬عۡجَمِىٌّ ini juga merupakan satu riwAyat pendapat dari Sa’id bin Jubair. Hal tersebut lebih menunjukkan kesombongan dan pembangkangan.

Kemudian firman Allah: قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدًى وَشِفَآءٌ (“Katakanlah: ‘Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.”) yakni, katakanlah wahai Muhammad: “Al-Qur’an ini bagi orang yang mengimaninya adalah petunjuk qalbunya dan obat penawar keraguan yang terdapat di dalam dadanya.”

وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٌ (“Dan orang-orang yang tidak beriman, pada telinganya ada sumbatan.”) maksudnya mereka tidak dapat memahami isi kandungannya. وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًى (“Sedang al-Qur’an itu kegelapan bagi mereka.”) yakni mereka tidak dapat meraih petunjuk dari penjelasan kandungannya.

أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ (“Mereka itu adalah [seperti] orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”) Mujahid berkata: “Yakni, jauh dari hati-hati mereka.” Sedangkan Ibnu Jarir berkata: “Seakan-akan orang yang mengajaknya bicara, menyeru mereka dari tempat yang jauh, hingga mereka tidak dapat memahami apa yang diucapkannya. Menurutku ini firman Allah Ta’ala:

“Dan perumpamaan [orang yang menyeru] orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. mereka tuli, bisu, dan buta, maka [oleh sebab itu] mereka tidak mengerti.”)(al-Baqarah: 171)

Adh-Dhahhak berkata: “Pada hari kiamat, mereka dipanggil dengan nama-nama mereka yang paling buruk.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini merupakan jawaban dari sikap dan ucapan orang-orang musyrik yang terdapat pada Ayat-Ayat yang sebelumnya. Kepada mereka disampaikan bahwa seandainya Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dengan salah satu bahasa selain dari bahasa Arab, tentu orang-orang Quraisy Mekah akan berkata,

“Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan dalam bahasa Arab? Sehingga kami mudah memahami hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya.” Padahal dulunya mereka berkata, “Apakah Al-Qur’an yang diturunkan itu berbahasa selain Arab, sedang rasul yang diutus itu berbahasa Arab.”

Allah memerintahkan agar Rasulullah menjawab pertanyaan orang-orang musyrik yang tidak mau percaya kepada Al-Qur’an itu dengan berkata kepada mereka, “Al-Qur’an ini bagi orang-orang yang percaya kepadanya, meyakini bahwa ia berasal dari Allah Yang Mahakuasa, dan percaya kepada rasul yang menyampaikannya, merupakan petunjuk ke jalan kebahagiaan, penawar hati, dan menghilangkan keragu-raguan. Ayat ini sejalan dengan firman Allah:

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Yunus/10: 57)

Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, rasul-Nya, dan Al-Qur’an, pada telinga mereka ada sumbatan yang menutup pendengaran mereka dari mendengar Ayat-Ayat Al-Qur’an. Mereka buta sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan Allah dan tidak dapat menerima pelajaran yang disampaikan rasul.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 46; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Orang-orang yang tidak mendengar Ayat-Ayat Allah dan tidak dapat melihat bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya diserupakan dengan orang yang diseru dari suatu tempat yang jauh, ia hanya dapat mendengar suara yang tidak jelas, sehingga ia tidak mengerti maksud suara itu.

Tafsir Quraish Shihab: Apabila al-Qur’ân Kami turunkan dalam bahasa selain bahasa Arab, sebagaimana diusulkan oleh para pembangkang itu, pasti mereka, dengan sikap ingkar, akan mengatakan, “Mengapa Ayat-Ayat al-Qur’ân tidak diterangkan dengan bahasa yang dapat kami mengerti? Mengapa al-Qur’ân tidak berbahasa Arab padahal diturunkan di kalangan bangsa Arab?”

Katakan kepada mereka, wahai Muhammad, “Al-Qur’ân itu hanya dapat dijadikan petunjuk, penyembuh, dan penyelamat dari kebingungan dan keragu-raguan bagi orang-orang Mukmin saja, bukan yang lain. Sedang orang-orang yang tidak mempercayainya, seolah-olah menjadi tuli dan buta karena hanya melihat bagian al-Qur’ân yang, menurut mereka, dapat dijadikan bahan fitnah. Mereka ini bagaikan orang yang diseru kepada keimanan dari tempat yang jauh dan tidak bisa mendengarnya.”

Surah Fussilat Ayat 45
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ فَٱخۡتُلِفَ فِيهِ وَلَوۡلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ وَإِنَّهُمۡ لَفِى شَكٍّ مِّنۡهُ مُرِيبٍ

Terjemahan: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan.

Tafsir Jalalain: وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ (Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Kitab) yakni Taurat فَٱخۡتُلِفَ فِيهِ (lalu diperselisihkan tentang Taurat itu) ada yang mempercayainya dan ada pula yang mendustakannya, sama dengan apa yang dialami oleh Alquran.

وَلَوۡلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ (Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabbmu) yang telah memutuskan untuk menangguhkan hisab dan pembalasan bagi semua makhluk sampai hari kiamat nanti لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ (tentulah telah diputuskan di antara mereka) di dunia ini tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

وَإِنَّهُمۡ (Dan sesungguhnya mereka) yaitu orang-orang yang mendustakan terhadap Alquran لَفِى شَكٍّ مِّنۡهُ مُرِيبٍ (benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan terhadap Alquran) mereka benar-benar ragu terhadapnya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ فَٱخۡتُلِفَ فِيهِ (“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat, lalu diperselisihkan tentang Taurat itu.”) yaitu didustakan dan disakiti.
فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ (“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul yang telah bersabar.”)(al-Ahqaaf: 35)

وَلَوۡلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ (“Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu.”) untuk menunda hingga hari kebangkitan. لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ (“tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan.”) yakni, niscaya hukuman akan disegerakan kepada mereka, bahkan bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-sekali tidak akan menemukan tempat berlindung darinya.

وَإِنَّهُمۡ لَفِى شَكٍّ مِّنۡهُ مُرِيبٍ (“Dan sesungguhnya mereka terhadap al-Qur’an benar-benar berada dalam keragu-raguan yang membingungkan.”) maksudnya, pendustaan mereka terhadap al-Qur’an bukan berdasarkan pengetahuan mereka tentang apa yang mereka katakan, akan tetapi mereka berada dalam keraguan, maka apa yang mereka ucapkan tidak dapat memperkuat kondisi yang mereka alami. Demikian alasan yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir, meskipun hal itu masih mungkin. wallaaHu a’lam.

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 6-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Allah menyampaikan kepada Nabi Muhammad agar tidak menyusahkan diri karena orang-orang Mekah itu berselisih pendapat tentang Al-Qur’an. Hal yang seperti itu telah dilakukan pula oleh umat-umat yang dahulu terhadap rasul-rasul yang diutus kepada mereka.

Allah mengatakan bahwa Dia telah menurunkan Taurat kepada Musa, untuk disampaikan kepada Bani Israil. Mereka pun telah berselisih pendapat pula tentang Taurat itu. Ada yang membenarkan dan ada pula yang mendustakan. Ada yang beriman kepada Musa dan ada pula yang kafir kepadanya.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad diperintahkan untuk tidak berputus asa dalam menyampaikan agama Allah, dan bersabar menghadapi tindakan orang-orang kafir itu. Nabi saw juga diperintahkan untuk mengikuti jejak para rasul yang menyampaikan agama-Nya.

Kemudian Allah menyampaikan bahwa orang-orang kafir itu tidak segera menerima azab karena perbuatannya itu, karena azab itu ditangguhkan pelaksanaannya sampai kepada waktu yang ditentukan.

Hal itu adalah sesuai dengan ketetapan-Nya bahwa Dia menangguhkan azab bagi orang-orang kafir sampai hari Kiamat. Seandainya tidak ada ketetapan yang demikian itu, tentu telah diputuskan Allah perselisihan mereka dengan orang-orang yang beriman.

Allah berfirman:Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (al-Qamar/54: 46)

Dan firman Allah: Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim/14: 42)

Allah menerangkan bahwa sebab-sebab kehancuran dan azab yang menimpa orang-orang musyrik adalah karena mereka sangat ragu-ragu dan bingung tentang Al-Qur’an. Karena bingung dan ragu, mereka mengingkarinya dan tidak mengindahkan dakwah Rasulullah.

Tafsir Quraish Shihab: Kami bersumpah bahwa Kami telah memberikan kitab Tawrât kepada Mûsâ yang kemudian diperselisihkan oleh kaumnya. Dan kalau bukan karena ketentuan untuk menunda azab sampai pada waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, niscaya Allah akan memutuskan permasalahan yang terjadi antara kalian dan mereka dengan cara memusnahkan orang-orang yang melakukan pendustaan itu. Sesungguhnya kaummu yang kafir meragukan al-Qur’ân. Karenanya, jiwa mereka menjadi cemas dan goncang.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fussilat Ayat 44-45 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S