Surah Fussilat Ayat 52-54; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fussilat Ayat 52-54

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fussilat Ayat 52-54 ini, menerangkan keragu-raguan mereka tentang adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan. orang-orang musyrik yang ragu-ragu kepada Al-Qur’an dan Rasulullah itu akan melihat dengan mata kepala mereka bukti-bukti kebenaran ayat-ayat Allah di segenap penjuru dunia dan pada diri mereka sendiri.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fussilat Ayat 52-54

Surah Fussilat Ayat 52
قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كَانَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ ثُمَّ كَفَرۡتُم بِهِۦ مَنۡ أَضَلُّ مِمَّنۡ هُوَ فِى شِقَاقٍۭ بَعِيدٍ

Terjemahan: “Katakanlah: “Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?”

Tafsir Jalalain: قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كَانَ (Katakanlah, “Bagaimana pendapat kalian jika ia) yakni Alquran itu مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ (datang dari sisi Allah) sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi saw. ثُمَّ كَفَرۡتُم بِهِۦ مَنۡ (kemudian kalian mengingkarinya. Siapakah) yakni tiada seorang pun أَضَلُّ مِمَّنۡ هُوَ فِى شِقَاقٍۭ (yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan) yakni perselisihan بَعِيدٍ (yang jauh?”) dari kebenaran. Lafal Ba’iidun ini menduduki tempatnya lafal Minkum sebagai penjelasan tentang keadaan mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: قُلۡ (“Katakanlah”) wahai Muhammad, kepada orang-orang musyrik yang mendustakan al-Qur’an ini, أَرَءَيۡتُمۡ إِن كَانَ (“Bagaimana pendapatmu jika.”) al-Qur’an itu; مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ ثُمَّ كَفَرۡتُم بِهِ (“datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya.”) yaitu bagaimana kalian melihat kondisi kalian terhadap Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya? untuk itu Allah berfirman:

مَنۡ أَضَلُّ مِمَّنۡ هُوَ فِى شِقَاقٍۭ بَعِيدٍ (“Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?”) yaitu dalam kekufuran, pembangkangan dan penentangan terhadap kebenaran serta berada pada jalan yang jauh dari hidayah.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa sebenarnya orang-orang musyrik itu dalam keadaan ragu-ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an dan terhadap Muhammad saw sebagai utusan Allah. Keadaan mereka antara membenarkan dan mengingkari.

Mereka mengakui Muhammad saw sebagai seorang terpercaya serta disegani dan pemimpin yang dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul di kalangan suku Quraisy. Demikian pula, mereka mengagumi isi dan ketinggian gaya bahasa Al-Qur’an yang menurut mereka mustahil bagi seorang manusia dapat membuatnya. Tetapi, mereka masih dipengaruhi oleh kepercayaan nenek moyang mereka di samping khawatir akan timbulnya sikap antipati dari kaum mereka sendiri.

Jika mereka menyatakan apa yang terkandung dalam hati mereka, tentu mereka tidak lagi dijadikan pemimpin oleh kaumnya; mereka akan kehilangan pengaruh. Sikap ragu-ragu inilah yang selalu berkecamuk dalam pikiran mereka.

Dalam keadaan yang demikian itulah, Allah memerintahkan Rasul-Nya menanyakan kepada orang-orang musyrik yang sesat itu. “Wahai orang-orang musyrik, bagaimana pendapatmu seandainya Al-Qur’an itu benar-benar dari Allah, sedangkan kamu mengingkari kebenarannya? Jika demikian halnya, tentulah kamu semua termasuk orang-orang yang sesat dan menjauhkan diri dari kebenaran?”

Seakan-akan dengan pertanyaan itu Allah menyatakan dengan tegas bahwa sikap ragu-ragu itulah nanti yang akan membawa mereka ke dalam lembah kesesatan dan penyesalan yang tidak habis-habisnya di akhirat nanti.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan kepada mereka, wahai Muhammad, “Perlihatkanlah kepadaku, jika al-Qur’ân ini benar-benar datang dari Allah kemudian kalian ingkari, siapakah yang lebih jauh dari kebenaran daripada orang yang selalu menyimpang jauh dari kebenaran?”

Surah Fussilat Ayat 53
سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِى ٱلۡءَافَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيدٌ

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 67-69; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Terjemahan: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Tafsir Jalalain: سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِى ٱلۡءَافَاقِ (Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap penjuru) di segenap penjuru langit dan bumi, yaitu berupa api, tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan وَفِىٓ أَنفُسِهِمۡ (dan pada diri mereka sendiri) yaitu berupa rapihnya ciptaan Allah dan indahnya hikmah yang terkandung di dalam penciptaan itu وَفِىٓ أَنفُسِهِمۡ (sehingga jelaslah bagi mereka bahwa ia) yakni Alquran itu ٱلۡحَقُّ (adalah benar) diturunkan dari sisi Allah yang di dalamnya dijelaskan masalah hari berbangkit, hisab dan siksaan; maka mereka akan disiksa karena kekafiran mereka terhadap Alquran dan terhadap orang yang Alquran diturunkan kepadanya, yaitu Nabi saw.

أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ (Dan apakah Rabbmu tidak cukup bagi kamu) lafal Birabbika adalah Fa’il dari lafal Yakfi أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيدٌ (bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?) lafal ayat ini menjadi Mubdal Minhu yakni, apakah tidak cukup sebagai bukti tentang kebenaranmu bagi mereka, yaitu bahwasanya Rabbmu tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِى ٱلۡءَافَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِهِمۡ (“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda [kekuasaan] Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri.”) yakni akan Kami tampakkan kepada mereka tanda-tanda dan bukti-bukti Kami yang menunjukkan bahwa al-Qur’an itu adalah kebenaran yang diturunkan dari sisi Allah kepada Rasulullah dengan tanda-tanda luar. فِى ٱلۡءَافَاقِ (“di segenap ufuk”) berupa penaklukan dan kemenangan Islam atas berbagai negeri dan agama yang lain.

Mujahid, al-Hasan dan as-Suddi berkata: “Bukti-bukti pada diri mereka sendiri adalah perang Badar, pembebasan kota Makkah dan kejadian-kejadian lainnya yang menampakkan pertolongan Allah kepada Muhammad saw. dan para shahabatnya serta menghinakan kebathilan dan golongannya.

Boleh jadi yang dimaksud adalah kondisi fisik manusia, struktur dan susunannya berupa bahan-bahan, campuran dan bentuk-bentuk aneh yang terdapat dalam dirinya, sebagaimana yang diuraikan dalam ilmu anatomi yang menunjukkan kebijakan Sang Mahapencipta Tabaaraka wa Ta’ala.

Demikian pula akhlak-akhlak yang saling berbeda yang tercipta pada diri mereka, berupa baik, buruk dan lain-lain, serta seluruh aktifitas yang berada di bawah ketentuan takdir yang tidak mampu dilakukan dengan kemampuan, kekuatan dan kehebatannya, serta kekhawatirannya. Sebagaimana yang didendangkan oleh Ibnu Abid Dun-ya dalam kitabnya at-Tafakkur wa al-I’tibaar dari gurunya, Abu Ja’far al-Qurasyi, dia berkata:

“Jika engkau memandang karena ingin mengambil pelajaran, Pandanglah dirimu. Karena pada dirimu terdapat pelajaran. Engkau yang hidup pagi dan petang di dalam dunia, semuanya Mengandung pelajaran. Engkau yang dibina di waktu kecil kemudian mandiri di waktu besar. Engkaulah makhluk yang kematiannya diberitahukan oleh bentuk Kejadiannya, diberitahukan oleh rambut dan kulit kasar. Engkau yang diberi dan ditolak, tidak ada yang dapat Menyelamatkannya walaupun penuh waspada. Engkau yang tidak berhak memiliki sesuatu sedikitpun dan yang paling dimiliki adalah takdir.”

Firman Allah: حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيدٌ (“Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup [bagimu], bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.”) yakni cukuplah Allah sebagai saksi atas segala perbuatan dan perkataan hamba-Nya. dan Dia pun menjadi saksi, bahwa Muhammad adalah jujur dalam apa yang diberitahukannya tentang Kitab ini, sebagaimana Dia berfirman:

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 61; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

“Tetapi Allah mengakui al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya.” (an-Nisaa’: 166)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang musyrik yang ragu-ragu kepada Al-Qur’an dan Rasulullah itu akan melihat dengan mata kepala mereka bukti-bukti kebenaran ayat-ayat Allah di segenap penjuru dunia dan pada diri mereka sendiri. Mereka melihat dan menyaksikan sendiri kaum Muslimin dalam keadaan lemah dan tertindas selama berada di Mekah kemudian Rasulullah dan para sahabatnya hijrah ke Medinah meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai.

Rasulullah saw selama di Medinah bersama kaum Muhajirin dan Ansar membentuk dan membina masyarakat Islam. Masyarakat baru itu semakin lama semakin kuat dan berkembang. Hal ini dirasakan oleh orang-orang musyrik di Mekah, karena itu mereka pun selalu berusaha agar kekuatan baru itu dapat segera dipatahkan.

Kekuatan Islam dan kaum Muslimin pertama kali dirasakan oleh orang musyrik Mekah adalah ketika Perang Badar dan kemudian ketika mereka dicerai-beraikan dalam Perang Khandak. Yang terakhir ialah di waktu Rasulullah saw dan kaum Muslimin menaklukkan kota Mekah tanpa perlawanan dari orang-orang musyrik. Akhirnya mereka menyaksikan manusia berbondong-bondong masuk Islam, termasuk orang-orang musyrik, keluarga, dan teman mereka sendiri. Semuanya itu merupakan bukti-bukti kebenaran ayat-ayat Allah.

Allah berfirman: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat. (an-Nasr/110: 1-3)

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan lagi bahwa Dia menyaksikan segala perilaku hamba-hamba-Nya, baik berupa perkataan, perbuatan atau tingkah laku, dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati manusia. Dia menyatakan bahwa Muhammad saw adalah seorang yang benar, tidak pernah berbohong, semua yang disampaikannya sungguh benar, Allah berfirman:

Tetapi Allah menjadi saksi atas (Al-Qur’an) yang diturunkan-Nya kepadamu (Muhammad). Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya. (an-Nisa’/4: 166) Banyak orang mengatakan bahwa dengan mempelajari alam, termasuk diri kita sendiri, dapat membawa kepada pemahaman tentang adanya Tuhan.

Alam adalah buku yang menanti untuk dipelajari. Akan tetapi, harapan Tuhan dalam menurunkan ayat di atas tidak selalu dipahami manusia. Surah Yunus/10: 101 adalah salah satu di antara banyak ayat yang memberitahu kita bahwa hanya ilmuwan yang memiliki keimananlah yang dapat memahami Tuhan dengan mempelajari alam.

Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (Yunus/10: 101).

Tafsir Quraish Shihab: Dalam waktu dekat, Kami akan menunjukkan kepada mereka bukti-bukti yang membenarkanmu, baik melalui benda-benda yang ada di belahan langit dan bumi maupun yang ada di dalam diri mereka, agar tampak kepada mereka bahwa yang kamu bawa itu adalah satu-satunya kebenaran. Apakah hal itu mereka ingkari juga, dan tidak cukup bahwa Tuhanmu Mahatahu segala sesuatu?

Surah Fussilat Ayat 54
أَلَآ إِنَّهُمۡ فِى مِرۡيَةٍ مِّن لِّقَآءِ رَبِّهِمۡ أَلَآ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىۡءٍ مُّحِيطٌۢ

Terjemahan: “Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.

Tafsir Jalalain: أَلَآ إِنَّهُمۡ فِى مِرۡيَةٍ (Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan) yakni keragu-raguan مِّن لِّقَآءِ رَبِّهِمۡ (tentang pertemuan dengan Rabb mereka) karena mereka ingkar kepada adanya hari berbangkit. أَلَآ إِنَّهُ (Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. بِكُلِّ شَىۡءٍ مُّحِيطٌۢ (Maha Meliputi segala sesuatu) yaitu ilmu dan kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu, maka dari itu Dia akan membalas mereka disebabkan kekafiran mereka.

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 30-32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: أَلَآ إِنَّهُمۡ فِى مِرۡيَةٍ مِّن لِّقَآءِ رَبِّهِمۡ (“Ingatlah, bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Rabb mereka.”) yaitu dalam keraguan tentang terjadinya kiamat. Karena itu mereka tidak memikirkannya, tidak beramal untuk menghadapinya, padahal hal tersebut merupakan kejadian yang tidak mustahil dan tidak diragukan lagi pasti akan terjadi.

Ibnu Abid Dun-ya meriwayatkan bahwa Muhammad bin Ibrahim berkata dari Khalaf bin Tamim, dari Abdullah bin Muhammad, dari Sa’id al-Anshari, bahwa Umar bin Abdul Aziz menaiki mimbar. Setelah memuji dan mengagungkan Allah, dia berkata:

“Adapun setelah itu, wahai manusia! Aku tidak menghimpun kalian untuk suatu hal yang aku akan ceritakan tentang kalian. Akan tetapi aku memikirkan tentang perkara yang akan kalian tuju. Lalu aku tahu bahwa orang yang membenarkannya adalah orang yang bodoh dan orang yang mendustakannya adalah orang yang binasa.” Lalu beliau turun.

Makna perkataan beliau: “Orang yang membenarkannya adalah orang yang bodoh.” Yaitu karena dia tidak mempersiapkan amalannya, tidak mewaspadainya dan tidak takut dengan huru-haranya. Meskipun dia membenarkan dan meyakini akan terjadinya, akan tetapi di samping itu dia tetap terlena dalam permainan, kelalaian, hawa nafsu dan dosa-dosanya. Maka dia itu adalah orang bodoh dengan pengertian ini.

Al-ahmaq menurut bahasa adalah lemah akal. Sedangkan perkataannya: “Dan orang yang mendustakannya adalah orang yang binasa.” Adalah cukup jelas. wallaaHu a’lam.

Kemudian Allah Ta’ala menetapkan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Dia Mahameliputi segala sesuatu. Sedangkan terjadinya hari kiamat, bagi-Nya amat mudah dan ringan. أَلَآ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىۡءٍ مُّحِيطٌۢ (“Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Mahameliputi segala sesuatu.”) yaitu seluruh makhluk berada di bawah kekuasaan-Nya, di dalam genggaman-Nya dan di atas ilmu-Nya.

Dia Maha mengatur seluruhnya dengan hukum-Nya. apa saja yang dikehendaki-Nya, pasti ada dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak terwujud. Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan keragu-raguan mereka tentang adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, karena menurut mereka, mustahil orang yang telah mati dapat hidup kembali dan mustahil pula tubuh-tubuh yang telah hancur-luluh bersama tanah itu dapat dikumpulkan, dikembalikan seperti semula dan dapat hidup kembali.

Karena keragu-raguan itulah mereka menjadi tidak mampu memperhatikan kebenaran Al-Qur’an dan kerasulan Muhammad saw. Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan orang-orang musyrik dengan peringatan yang keras bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesautu. Tidak ada satu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Karena itu Dia akan memberikan balasan dengan seadil-adilnya kepada hamba-hamba-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Ketahuilah, bahwa orang-orang kafir itu benar-benar meragukan pertemuan dengan Tuhan karena menganggap kecil kemungkinan terjadinya kebangkitan. Tetapi, ketahuilah, Allah meliputi segala sesuatu dengan ilmu dan kekuasaan-Nya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fussilat Ayat 52-54 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S