Surah Maryam Ayat 24-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Maryam Ayat 24-26

Pecihitam.org – Kandungan Surah Maryam Ayat 24-26 ini, merupakan suatu rahmat bagi Maryam karena di tempat itu pada mulanya kering tidak ada air yang mengalir, tetapi kemudian terdapat aliran air yang bersih.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Selanjutnya, berpesan bahwa Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Maryam Ayat 24-26

Surah Maryam Ayat 24
فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

Terjemahan: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

Tafsir Jalalain: فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا (Maka Jibril menyerunya dari tempat yang lebih rendah,) pada saat itu malaikat Jibril berada di tempat yang lebih rendah dari tempat Maryam أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (“Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu”) yaitu sebuah sungai yang dahulunya kering kini berair kembali, berkat kekuasaan Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: Sebagian ulama membaca: “مِن تَحْتِهَا” dengan makna yang berada di bawahnya. Sedangkan yang lain membaca: “min tahtiHaa” sebagai huruf jar. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud oleh ayat itu?

Al-Aufi dan lain-lain berkata dari IbnuAbbas: فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا (“Maka ada yang menyerunya dari tempat yang rendah”) yaitu Jibril. Sedangkan `Isa as tidak dapat berbicara kecuali setelah menemui kaumnya.

Demikian pendapat Sa’id bin Jubair, adh-Dhahhak, ‘Amr bin Maimun, as-Suddi dan Qatadah yang mengatakan: “Dia adalah Jibril as menyeru dari bawah wadi (lembah).”

Mujahid berkata: fanaadaaHaa min tahtiHaa (“Maka ada yang menyerunya dari tempat yang rendah”) yaitu Isa bin Maryam.Abdurrazzaq berkata dari Ma’mar bahwa Qatadah berkata, al-Hasan berkata: “Dia adalah puteranya.”

Itulah salah satu pendapat di antara dua riwayat dari Said bin Jubair bahwa dia adalah puteranya. Dia berkata: “Apakah engkau tidak mendengar Allah swt berfirman: fa asyarat ilaiHi (“Maka Maryam menunjukkan kepada anaknya.”) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Zaid dan Ibnu Jarir dalam tafsirnya.

Firman-Nya: أَلَّا تَحْزَنِي (“Janganlah kamu bersedih hati,”) yaitu dia menyerunya dengan berkata: “Janganlah kamu bersedih.”
قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (“Sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”) Sufyan ats-Tsauri dan Syu’bah berkata dari Abu Ishaq dari al-Barra’ bin ‘Azib berkata:

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 75; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

سَرِيًّا” artinya selokan.”Ali bin Abi Thalhah berkata: “Sungai untuk minum.” Sedangkan yang lain berkata: “As-Saariy adalahIsa as.” Itulah pendapat al-Hasan, ar-Rabi’ bin Anas, Muhammad bin Ibad bin Ja’far dan salah satu riwayat dari pendapat Qatadah serta perkataanAbdurrahman bin Zaid bin Aslam. Sedangkan pendapat pertama lebih jelas.

Tafsir Kemenag: Maka datanglah Jibril dan berseru dari suatu tempat yang rendah, “Janganlah kamu bersedih hati, karena sesungguhnya Tuhanmu telah mengalirkan sebuah anak sungai di bawahmu.” Ini merupakan suatu rahmat bagi Maryam karena di tempat itu pada mulanya kering tidak ada air yang mengalir, tetapi kemudian terdapat aliran air yang bersih.

Surah Maryam Ayat 25
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

Terjemahan: Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,

Tafsir Jalalain: وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ (Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu) yang pada saat itu kering. Huruf Ba dalam lafal Bijidz’i adalah Zaidah atau tambahan تُسَاقِطْ (niscaya pohon itu akan menggugurkan) asal kata Tusaaqith adalah Tatasaaqath kemudian Ta yang kedua diganti menjadi Sin, selanjutnya diidgamkan pada Sin yang kedua.

Menurut qiraat yang lain tetap dibaca seperti lafal asalnya عَلَيْكِ (buah kurma kepadamu) lafal Ruthaban adalah Tamyiz رُطَبًا جَنِيًّا (yang masak-masak) lafal Janiyyan menjadi sifat dari lafal Ruthaban.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman sesudahnya: وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ (“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,”) yaitu raihlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu. Satu pendapat mengatakan bahwa pohon itu kering, itulah pendapat Ibnu Abbas. Dan pendapat lain, pohon itu berbuah. Sedangkan Mujahid berkata: “Pohon itu adalah kurma ‘Ajwah.”

Dia berfirman: تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ( niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,)

Tafsir Kemenag: Jibril kemudian menyuruh Maryam untuk menggoyang pohon kurma dan nanti pohon itu akan menjatuhkan buah kurma yang telah masak kepadanya. Dan ini adalah rahmat yang lain untuk Maryam karena pada mulanya pohon kurma itu telah kering, dengan kehendak Allah menjadi hijau dan subur kembali serta berbuah sebagai rezeki untuk Maryam.

Surah Maryam Ayat 26
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamumelihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.

Tafsir Jalalain: فَكُلِي (Maka makanlah) dari buah kurma yang masak itu وَاشْرَبِي (dan minumlah) dari air sungai kecil itu وَقَرِّي عَيْنًا (serta bersenang hatilah kamu) dengan anakmu itu. Lafal ‘Ainan berfungsi sebagai Tamyiz yang dipindahkan dari Fa’ilnya, maksudnya selamat bersenang hati dengan anakmu itu. Atau dengan kata lain, kamu menjadi tenang dengan adanya anakmu itu sehingga kamu tidak memikirkan hal-hal yang lain.

فَإِمَّا (Jika) lafal Immaa ini pada asalnya terdiri dari In Syarthiyah dan Ma Zaidah yang kemudian diidgamkan menjadi satu hingga menjadi Immaa تَرَيِنَّ (kamu melihat) dan lafal تَرَيِنَّ terbuang huruf Lam Fi’il dan ‘Ain Fi’ilnya, kemudian harakat ‘Ain Fi’ilnya dipindahkan pada huruf Ra, selanjutnya Ya Dhamir dikasrahkan karena bertemu dua sukun, sehingga jadilah

تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ (seorang manusia) kemudian ia menanyakan kepadamu tentang anakmu itu فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ (maka katakanlah, “Sesungguhnya aku bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pemurah) dengan menahan diri untuk tidak berbicara, baik mengenai perihal anaknya atau orang-orang lainnya, hal ini terbukti dengan perkataan selanjutnya صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا (maka aku tidak akan berkata dengan seorang manusia pun pada hari ini)” sesudah kejadian ini.

Tafsir Ibnu Katsir: فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا (“Niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak padamu. Makan, minum dan bersenang hatilah kamu,”) yaitu tenangkanlah jiwamu. Untuk itu, ‘Amr bin Maimun berkata: “Tidak ada sesuatu yang lebih baik bagi orang-orang yang nifas kecuali kurma kering dan kurma basah.” Kemudian dia membaca ayat yang mulia ini.

Firman Allah: فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا (” Jika kamu melihat seorang manusia”) yaitu kapan saja engkau melihai seseorang: فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا (“Maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Rabb yang Mahapemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini,’”)

maksud ucapan ini adalah memberikan isyarat kepada orang itu bukan dengan ucapan lisan, agar tidak ada penolakan dengan firman-Nya: فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا (“Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.”)

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 7; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Anas bin Malik berkata tentang firman-Nya: إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا (“Aku telah bernadzar berpuasa untuk [Rabb] yang Mahapemurah,”) puasa artinya diam. Demikian perkataan Ibnu `Abbas dan adh-Dhahhak. Dalam riwayat lain dari Anas: “puasa dan diam.” Demikian perkataan Qatadah dan lain-lain.

Maksudnya adalah bahwa mereka, jika berpuasa dalam syari’at mereka berarti diharamkan makan dan berbicara. Hal ini dinashkan oleh as-Suddi, Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid.Abdurrahman bin Zaid berkata bahwa ketika Isa berkata kepada Maryam,

“Janganlah engkau berduka,” Maryam menjawab: “Bagaimana aku tidak berduka, padahal engkau bersamaku bukan sebagai suami dan bukan sebagai budak, mana lagi alasanku di sisi manusia? Aduhai, alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti dan dilupakan.” Maka,Isa pun berkata kepadanya: “Cukup, aku yang akan bicara untukmu.”

فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا (“Jika kamu melihat seorang manusia maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Rabb yang Mahapemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini,’”) ‘semua ini adalah perkataan Isa’ kepada ibunya, demikian Wahb berkata.

Tafsir Kemenag: Maka Jibril menyuruh Maryam supaya makan, minum dan ber-senang hati karena mendapat rezeki itu dan menghilangkan kesedihan hatinya karena Allah berkuasa untuk membersihkannya dari segala tuduhan yang tidak pantas, sehingga Maryam tetap dianggap sebagai wanita yang suci tidak pernah ternoda.

Jika kamu melihat seorang manusia yang bertanya tentang persoalannya dan persoalan anaknya, maka isyaratkanlah kepadanya, “Sesungguhnya aku telah bernazar atas diriku untuk berpuasa semata-mata untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, dan aku tidak akan berbicara langsung dengan seorang manusia pun pada hari ini, karena ucapanku itu mungkin ditolak dan tidak dipercayai.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Maryam Ayat 24-26 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S