Surah Maryam Ayat 96-98; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Maryam Ayat 96-98

Pecihitam.org – Kandungan Surah Maryam Ayat 96-98 ini, menjelaskan bahwa Allah akan menanamkan rasa kasih sayang dalam hati sesama hamba-hamba-Nya yang mukmin, bertakwa dan tetap mengerjakan amal saleh. Ini berarti bahwa setiap orang yang benar-benar beriman dan selalu mengerjakan perbuatan yang baik pasti akan mendapat tempat yang baik dalam hati setiap muslim.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad dan kaumnya gunanya adalah agar mudah bagi Nabi untuk menyampaikan isi dan maksudnya dan mudah pula dipahami oleh kaumnya, karena kepada merekalah pertama kali seruan Islam disampaikan kemudian baru kepada manusia seluruhnya dari berbagai jenis suku dan bahasanya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an surah maryam Ayat 96-98

Surah Maryam Ayat 96
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.

Tafsir Jalalain: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang) di antara sesama mereka; mereka saling kasih-mengasihi dan sayang-menyayangi dan Allah swt. mencintai mereka semuanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah mengabarkan bahwa Dia mananamkan kepada hamba-hamba-Nya kaum mukminin yang beramal shalih, yaitu amal-amal yang diridhai Allah; dengan mengikuti syari’at Muhammad saw. Dia akan menanamkan bagi mereka di dalam hati hamba-hamba-Nya yang shalih, perasaan cinta dan kasih sayang. Ini suatu perkara yang mesti dan harus.

Penjelasan hal tersebut terdapat dalam hadits-hadits shahih dari Rasulullah dalam beberapa segi. Imam Ahmad berkata dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah, jika mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman:

Hai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Lalu Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil seluruh penghuni langit dan berkata:Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia,” lalu seluruh penghuni langit pun akan mencintainya.

Kemudian, diletakkanlah baginya penerimaan di muka bumi. Sesungguhnya Allah, jika membenci seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman: Hai Jibril, Aku membenci si fulan, maka bencilah dia.’ Lalu Jibril pun membencinya dan memanggil penghuni langit sambil berkata:

Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia,’ lalu penghuni langit pun membencinya. Kemudian, diletakkan baginya kemurkaan di muka bumi.”(HR. Muslim dari Suhail, Ahmad dan al-Bukhari, dari hadits Ibnu Juraij, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw)

Ali bin Abi Thalhah berkata dari IbnuAbbas tentang firman-Nya: سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا (“Kelak ar-Rahmaan akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang”) ia berkata: “Perasaan cinta.”

Mujahid berkata dari Ibnu Abbas, “Kelak ar-Rahmaan akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang,” ia berkata: “Perasaan cinta di dalam hati manusia di dunia.” Sa’id bin Jubair berkata dari IbnuAbbas:

“Ia mencintai mereka dan menanamkan rasa cinta kepada mereka, yaitu kepada makhluk-Nya yang beriman.” Demikian yang dikatakan Mujahid, adh-Dhahhak dan selain keduanya.

Qatadah berkata: “Dahulu, ‘Ustman bin ‘Affan berkata: ‘Tidak ada seorang hamba pun yang mengamalkan satu kebaikan atau satu keburukan, kecuali Allah memakaikan selendang amalnya itu.’”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan menanamkan rasa kasih sayang dalam hati sesama hamba-hamba-Nya yang mukmin, bertakwa dan tetap mengerjakan amal saleh. Ini berarti bahwa setiap orang yang benar-benar beriman dan selalu mengerjakan perbuatan yang baik pasti akan mendapat tempat yang baik dalam hati setiap muslim.

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 38-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Walaupun orang yang beriman itu tidak pernah berusaha menarik hati orang lain namun orang itu pasti tertarik kepadanya, karena tertanamnya rasa simpati dan kasih sayang kepada orang mukmin itu bukan hanya berupa mulut manis dan tutur kata yang baik tetapi karena Allah sendiri yang menanamkan rasa kasih sayang itu ke dalam dada hamba-hamba-Nya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya Allah bila mengasihi seorang hamba-Nya. Dia panggil Malaikat Jibril lalu Dia berkata kepadanya, “Sesungguhnya Aku mengasihi si fulan maka hendaknya engkau mengasihi dia pula.” Maka diserukanlah (hal itu) di langit kemudian turunlah kepadanya kasih sayang di bumi. (Riwayat al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi)

Mengenai ayat ini Ibnu Mardawaih dan ad-Dailami meriwayatkan dari al-Bara` ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Ali Karramallahu wajhah:

Katakanlah, “Ya Allah berikanlah kepadaku janji Engkau (agar aku diselamatkan di akhirat nanti) dan tanamkanlah dalam hati orang-orang yang beriman rasa cinta kepadaku.” Maka turunlah ayat ini. (Riwayat Ibnu Mardawaih dan ad-Dailami)

Memang apabila kita perhatikan kehidupan manusia dalam masyarakat akan terbukti kebenaran ayat ini. Setiap orang yang benar-benar beriman, benar-benar ikhlas dalam amal baiknya, benar-benar bekerja untuk kepentingan masyarakatnya tidak mengharapkan uang, pangkat atau kedudukan, dan semata-mata mengharapkan keridaan Ilahi,

pastilah orang itu dicintai masyarakatnya walaupun dia sendiri tidak berusaha ke arah itu. Bila ada orang yang benci atau marah kepadanya pastilah orang yang marah itu orang yang tidak baik niatnya, tidak berakhlak mulia dan tergoda oleh tipu daya setan dan Iblis.

Surah Maryam Ayat 97
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِ قَوْمًا لُّدًّا

Terjemahan: Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.

Tafsir Jalalain: فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ (Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan dia) Alquran itu بِلِسَانِكَ (dengan bahasamu) bahasa Arab لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ (agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Alquran itu kepada orang-orang yang bertakwa) yaitu orang-orang yang beruntung memperoleh iman

وَتُنذِرَ (dan agar kamu memberi peringatan) menakut-nakuti بِهِ قَوْمًا لُّدًّا (dengannya kepada kaum yang membangkang). Lafal Luddan adalah bentuk jamak dari lafal Aladdun artinya banyak membantah dengan kebatilan, mereka adalah orang-orang kafir Mekah.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ (“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan”) yaitu al-Qur’an; بِلِسَانِكَ (“Dengan bahasamu”) hai Muhammad, yaitu bahasa Arab yang jelas, fashih dan sempurna.

لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ (“Agar kamu memberi kabar gembira dengan itu kepada orang-orang yang bertakwa,”) yaitu orang-orang yang menyambut seruan Allah dan membenarkan Para Rasul-Nya,”)

وَتُنذِرَ بِهِ قَوْمًا لُّدًّا (“Dan memberi peringatan kepada kaum yang membangkang”) yaitu kaum yang berpaling dari kebenaran dan cenderung ke arah kebathilan.

Ulama lain berkata: “Telinga-telinga hati yang tuli.” Al-‘Aufi berkata dari Ibnu `Abbas: qaumal luddan (“Kaum yang membangkang,”) yaitu orang-orang yang durhaka. Demikian riwayat al-Laits bin Abi Sulaim dari Mujahid. Ibnu Zaid berkata:

“Al-aladdu adalah orang-orang yang dhalim, dan ia membaca firman-Nya: wa Huwa aladdul khishaam (“Padahal ia adalah penantang yang paling keras.”) (QS. Al-Baqarah: 204)

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 1; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad dan kaumnya gunanya adalah agar mudah bagi Nabi untuk menyampaikan isi dan maksudnya dan mudah pula dipahami oleh kaumnya, karena kepada merekalah pertama kali seruan Islam disampaikan kemudian baru kepada manusia seluruhnya dari berbagai jenis suku dan bahasanya.

Al-Qur’an yang berisi peringatan dan kabar gembira, perintah dan larangan, bertujuan memberi hidayah kepada manusia agar bertakwa kepada Allah yaitu beriman kepada-Nya tanpa mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun dan menaati perintahNya, menghentikan larangan-Nya dan selalu mencari keridaan-Nya. Orang-orang yang demikian sifatnya akan dikaruniai Allah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Adapun orang-orang yang ingkar kepada-Nya dan mendustakan Rasul-Nya, mereka akan menerima balasan yang setimpal atas keingkaran dan kedurhakaannya itu baik di dunia maupun di akhirat kelak. Keingkaran umat-umat yang dahulu mendapat balasan di dunia ini dengan menghancurkan dan membinasakan mereka dengan berbagai macam siksa,

ada yang berupa gempa yang dahsyat, angin topan, suara keras yang mengguntur dan lain sebagainya, seperti yang ditimpakan kepada kaum Ad, samud dan kaum Nabi Nuh. Sedangkan bagi umat Muhammad siksaan di dunia ini tidaklah berupa penghancuran dan pembinasaan tetapi dengan menurunkan cobaan dan malapetaka, dengan harapan mereka akan sadar dan insaf lalu kembali kepada kebenaran.

Pembalasan di akhirat ialah dengan melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang mukmin yang bertakwa dengan memasukkan mereka ke dalam surga Jannatun Na’im yang penuh nikmat dan kesenangan serta mendapat kasih sayang dan keridaan-Nya.

Bagi orang-orang yang ingkar dan kafir disediakan azab yang pedih yaitu neraka. Sebagai bukti kebenaran ancaman-Nya. Allah menerangkan bahwa telah banyak umat-umat dahulu yang durhaka yang dimusnahkan dan bekas-bekas peninggalan mereka ada yang masih dapat dilihat dan disaksikan sampai sekarang dan ada pula yang tidak ada bekasnya sama sekali.

Tetapi yang jelas umat-umat itu telah hancur binasa tiada seorang pun yang tersisa sampai masa kini yang ada hanya beritanya yang dihikayatkan orang secara turun temurun. Berita tentang mereka diceritakan dalam Al-Qur’an dengan jelas, maka kita wajib meyakininya karena sumbernya adalah wahyu Allah.

Surah Maryam Ayat 98
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُم مِّنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا

Terjemahan: Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorangpun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?

Tafsir jalalain: وَكَمْ (Dan berapa banyak) banyak sekali أأَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ (telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka) umat-umat di masa silam disebabkan kedustaan mereka terhadap Rasul هَلْ تُحِسُّ (Adakah kamu melihat) menemukan

مِنْهُم مِّنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا (seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?) Tentu saja tidak. Sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat di masa silam maka niscaya pula Kami akan membinasakan mereka, disebabkan kekafiran mereka itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ (“Dan berapa banyak yang telah Kami binasakan kurun-kurun,”) yaitu umat-umat yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan Para Rasul-Nya:

هَلْ تُحِسُّ مِنْهُم مِّنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا (“Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar”) yaitu apakah engkau melihat salah seorang di antara mereka atau mendengar samar-samar dari mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 63-65; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ibnu Abbas, AbulAliyah, Ikrimah, al-Hasan al-Bashri, Sa’id bin Jubair, adh-Dhahhak dan Ibnu Zaid berkata: “Yaitu mendengar suara.” Al-Hasan dan Qatadah berkata: “Apakah engkau melihat seorang atau mendengar suara?” Ar-rikzu menurut asal bahasa adalah suara yang pelan.

Penyair berkata: Watawajjasat rikzul aniisi faraa’aHaa ‘an dhaHri ghaibin wal aniisu saqaamuHaa “Ia mendengar suara halus yang lembut membuatnya terperanjat. Suara dari balik yang tak nampak, dan yang lembut itulah penyakitnya.”

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad dan kaumnya gunanya adalah agar mudah bagi Nabi untuk menyampaikan isi dan maksudnya dan mudah pula dipahami oleh kaumnya, karena kepada merekalah pertama kali seruan Islam disampaikan kemudian baru kepada manusia seluruhnya dari berbagai jenis suku dan bahasanya.

Al-Qur’an yang berisi peringatan dan kabar gembira, perintah dan larangan, bertujuan memberi hidayah kepada manusia agar bertakwa kepada Allah yaitu beriman kepada-Nya tanpa mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun dan menaati perintahNya, menghentikan larangan-Nya dan selalu mencari keridaan-Nya. Orang-orang yang demikian sifatnya akan dikaruniai Allah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Adapun orang-orang yang ingkar kepada-Nya dan mendustakan Rasul-Nya, mereka akan menerima balasan yang setimpal atas keingkaran dan kedurhakaannya itu baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Keingkaran umat-umat yang dahulu mendapat balasan di dunia ini dengan menghancurkan dan membinasakan mereka dengan berbagai macam siksa, ada yang berupa gempa yang dahsyat, angin topan, suara keras yang mengguntur dan lain sebagainya, seperti yang ditimpakan kepada kaum Ad, samud dan kaum Nabi Nuh.

Sedangkan bagi umat Muhammad siksaan di dunia ini tidaklah berupa penghancuran dan pembinasaan tetapi dengan menurunkan cobaan dan malapetaka, dengan harapan mereka akan sadar dan insaf lalu kembali kepada kebenaran.

Pembalasan di akhirat ialah dengan melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang mukmin yang bertakwa dengan memasukkan mereka ke dalam surga Jannatun Na’im yang penuh nikmat dan kesenangan serta mendapat kasih sayang dan keridaan-Nya.

Bagi orang-orang yang ingkar dan kafir disediakan azab yang pedih yaitu neraka. Sebagai bukti kebenaran ancaman-Nya. Allah menerangkan bahwa telah banyak umat-umat dahulu yang durhaka yang dimusnahkan dan bekas-bekas peninggalan mereka ada yang masih dapat dilihat dan disaksikan sampai sekarang dan ada pula yang tidak ada bekasnya sama sekali.

Tetapi yang jelas umat-umat itu telah hancur binasa tiada seorang pun yang tersisa sampai masa kini yang ada hanya beritanya yang dihikayatkan orang secara turun temurun. Berita tentang mereka diceritakan dalam Al-Qur’an dengan jelas, maka kita wajib meyakininya karena sumbernya adalah wahyu Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Maryam Ayat 96-98 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S