Surah Muhammad Ayat 14-15; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Muhammad Ayat 14-15

Pecihitam.org – Kandungan Surah Muhammad Ayat 14-15 ini, menjelaskan perbandingan antara orang-orang yang beriman dengan orang kafir dengan mengatakan, “Apakah sama orang yang mau berpikir sehingga ia mempunyai pengertian, pemahaman, dan keyakinan terhadap agama Allah,

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

dan Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad saw dengan orang-orang yang tidak mau menggunakan pikirannya, sehingga ia tidak percaya bahwa Allah akan memberi balasan yang setimpal kepada orang-orang yang menuruti hawa nafsunya dan godaan setan? Tentu saja kedua macam orang itu tidak sama, bahkan perbedaan keduanya sangat besar.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Muhammad Ayat 14-15

Surah Muhammad Ayat 14
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِۦ كَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُم

Terjemahan: Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?

Tafsir Jalalain: أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ (Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan) yakni hujah dan argumentasi مِّن رَّبِّهِۦ (yang datang dari Rabbnya) mereka adalah orang-orang mukmin كَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ (sama dengan orang yang dihiasi oleh keburukan amal perbuatannya) karena itu lalu ia memandangnya sebagai perbuatan yang baik, mereka adalah orang-orang kafir Mekah وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُم (dan mengikuti hawa nafsunya?) dalam menyembah berhala-berhala, maksudnya tentu saja tidak ada persamaan di antara keduanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِۦ (“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabb-nya.”) yakni berdasarkan bashirah [petunjuk di atas ilmu] dan keyakinan pada perintah dan agama Allah Ta’ala yang telah diturunkan-Nya melalui kitab-Nya, baik berupa petunjuk maupun ilmu serta fitrah yang lurus, yang telah Dia ciptakan dalam dirinya.

كَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُم (“Sama dengan orang yang [syaitan] menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?”) maksudnya, yang pertama sama sekali tidak sama dengan yang lainnya. Hal itu seperti firman Allah:

أَفَمَن يَعۡلَمُ أَنَّمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ ٱلۡحَقُّ كَمَنۡ هُوَ أَعۡمَىٰٓ (“Adakah orang yang mengetahui bahwasannya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itu benar sama dengan orang yang buta?”)(ar-Ra’du: 19).

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan perbandingan antara orang-orang yang beriman dengan orang kafir dengan mengatakan, “Apakah sama orang yang mau berpikir sehingga ia mempunyai pengertian, pemahaman, dan keyakinan terhadap agama Allah dan Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad saw dengan orang-orang yang tidak mau menggunakan pikirannya, sehingga ia tidak percaya bahwa Allah akan memberi balasan yang setimpal kepada orang-orang yang menuruti hawa nafsunya dan godaan setan? Tentu saja kedua macam orang itu tidak sama, bahkan perbedaan keduanya sangat besar.

Pada ayat yang lain Allah berfirman: Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (ar-Ra’d/13: 19)

Dan firman Allah: Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. (al-hasyr/59: 20)

Tafsir Quraish Shihab: Apakah balasan kedua golongan itu sama? Apakah mereka yang mengetahui Pencipta dan Pemeliharanya dengan jelas lalu menaati-Nya itu sama dengan mereka yang dihiasi dengan perbuatan buruk dan mengikuti hawa nafsu setiap kali melakukan atau tidak melakukan sesuatu?

Baca Juga:  Surah Asy Syu'ara Ayat 111-115; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Muhammad Ayat 15
مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَ فِيهَآ أَنۡهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٍ وَأَنۡهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُۥ وَأَنۡهَٰرٌ مِّنۡ خَمۡرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنۡهَٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمۡ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغۡفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمۡ كَمَنۡ هُوَ خَٰلِدٌ فِى ٱلنَّارِ وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ

Terjemahan: (Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?

Tafsir Jalalain: مَّثَلُ (Perumpamaan) gambaran tentang ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَ (surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa) dan yang menjadi milik bersama bagi orang-orang yang memasukinya. Lafal ayat ini menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya ialah فِيهَآ أَنۡهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٍ (yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya) dapat dibaca Aasinin atau Asinin, jika dibaca Aasinin wazannya sama dengan lafal Dhaaribin, jika dibaca Asinin Wazannya sama dengan lafal Hadzirun. Artinya, airnya tidak berubah atau tidak berbeda dengan air dunia yang dapat berubah karena ada sesuatu yang mencampurinya,

وَأَنۡهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُۥ (sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya) berbeda dengan air susu di dunia, karena air susu di dunia keluar dari susu وَأَنۡهَٰرٌ مِّنۡ خَمۡرٍ لَّذَّةٍ (sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya) sangat lezat rasanya لِّلشَّٰرِبِينَ (bagi peminumnya) berbeda halnya dengan khamar di dunia, khamar dunia rasanya tidak enak bila diminum,

وَأَنۡهَٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّى (dan sungai-sungai dari madu yang disaring) berbeda dengan madu di dunia, karena madu di dunia keluar dari perut tawon kemudian bercampur dengan lilin dan lain sebagainya وَلَهُمۡ فِيهَا (dan mereka memperoleh di dalamnya) berbagai macam jenis مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغۡفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمۡ (dari aneka ragam buah-buahan, dan ampunan dari Rabb mereka) Rabb mereka rela terhadap mereka di samping kebaikan-Nya yang terus melimpah bagi mereka tanpa henti-hentinya, yaitu berupa kenikmatan-kenikmatan yang telah disebutkan tadi.

Berbeda halnya dengan perihal seorang tuan atau pemilik hamba sahaya di dunia, karena sesungguhnya sekalipun majikan dari hamba sahaya itu berbuat baik kepadanya hal itu dibarengi dengan amarahnya, yakni terkadang sang majikan memarahinya كَمَنۡ هُوَ خَٰلِدٌ فِى ٱلنَّارِ (sama dengan orang yang kekal dalam neraka) lafal ayat ini menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya yakni, apakah orang yang berada dalam kenikmatan tersebut sama dengan orang yang kekal di dalam neraka,

وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمًا (dan diberi minuman dengan air yang mendidih) yakni air yang sangat panas فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ (sehingga memotong-motong ususnya?) artinya, minuman itu menghancurkan dan mencabik-cabik isi perutnya. Lafal Am’aa adalah bentuk jamak dari lafal Mi’a, sedangkan huruf Alifnya adalah ganti dari huruf Ya, karena sebagian dari mereka ada yang mengatakan Mi’yaani.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَ (“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa.” Mengenai firman-Nya: مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ (“Perumpamaan surga”) ‘Ikrimah mengemukakan: “Yaitu sifatnya.”

Baca Juga:  Surah Muhammad 32-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

فِيهَآ أَنۡهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٍ (“Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah warnanya dan baunya.”) Ibnu ‘Abbas, al-Hasan al-Bashri, dan Qatadah mengatakan: “Yakni tidak berubah.” Sedangkan Qatadah, adl-Dlahhak dan ‘Atha’ al-Khurasani mengemukakan: “Tidak berbau busuk.” Masyarakat Arab akan mengatakan: “asanal maa’” jika air itu berubah baunya.

وَأَنۡهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُۥ (“Sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya.”) bahkan benar-benar berwarna putih, manis dan kental. وَأَنۡهَٰرٌ مِّنۡ خَمۡرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ (“Dan sungai-sungai dari khamr [arak] yang lezat rasanya bagi peminumnya.”) maksudnya bukan minuman yang berbau tidak enak seperti khamr yang ada di dunia, melainkan ia adalah minuman yang menyenangkan untuk dipandang, rasanya enak dan berbau harum, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala dalam surat yang lain:

لَا فِيهَا غَوۡلٌ وَلَا هُمۡ عَنۡهَا يُنزَفُونَ (“Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tidak mabuk karenanya.”)(ash-Shaaffaat: 47)

Firman Allah: وَأَنۡهَٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّى (“Dan sungai-sungai dari madu yang disaring.”) artinya, madu-madu itu benar-benar jernih, berwarna sangat indah, mempunyai rasa yang sangat nikmat, dan berbau sangat harum.

Imam Ahmad meriwayatkan, Yazid bin Harun memberitahu kami, al-Jariri memberitahu kami, dari Hakim bin Mu’awiyah, dari ayahnya, ia bercerita: aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Di dalam surga itu terdapat lautan susu, lautan air, lautan madu, dan lautan khamr. Dan sungai-sungai itu mengalir darinya.” Hadits ini diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi dalam masalah sifat surga. Dan ia mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih.

Dalam sebuah haditst yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika kalian memohon kepada Allah, mohonlah surga firdaus kepada-Nya, karena Firdaus adalah surga paling tengah dan surga paling tinggi. Darinya bersumber sungai-sungai di surga dan di atasnya terdapat ‘Arsy Rabb Yang Mahapemurah.”

Firman Allah: وَلَهُمۡ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ (“Dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan.”) sama seperti firman Allah: يَدۡعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَٰكِهَةٍ ءَامِنِينَ (“Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman [dari segala kekhawatiran]”)(ad-Dukhaan: 55). Firman-Nya lebih lanjut: وَمَغۡفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمۡ (“Dan ampunan dari Rabb mereka.”) maksudnya beserta semua itu.

Firman-Nya: وَمَغۡفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمۡ (“Sama dengan orang yang kekal dalam neraka?”) maksudnya, apakah orang-orang yang telah Kami sebutkan kedudukannya tersebut sama seperti orang yang berada kekal di dalam neraka? Mereka sama sekali tidak sama. Orang-orang yang berkedudukan pada derajat tinggi itu sama sekali tidak sama dengan orang-orang yang berada di neraka di bagian paling bawah.

وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمًا (“Dan diberi minuman dari air yang mendidih.”) artinya, benar-benar panas yang tidak mampu disentuh manusia. فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ (“Sehingga memotong-motong ususnya.”) maksudnya apa yang ada di dalam perut mereka, yaitu usus-usus dan juga pencernaan menjadi terpotong-potong. Semoga Allah melindungi kita dari semua itu.

Tafsir Kemenag: Tidak sama ganjaran yang akan diperoleh oleh orang yang beriman di akhirat dengan ganjaran yang akan diperoleh oleh orang yang tidak beriman. Ayat ini melukiskan keadaan surga dan neraka dalam bentuk simbolis yang menarik sekali. Di mulai dengan kata “perumpamaan”(matsalul jannati). Pertama “surga”, dan “perumpamaan” kedua, “samakah” (kaman) yang dirangkum dalam nada tanya. Kata az-Zamakhsyari (dalam al-Kasysyaf), ungkapan ini dalam bentuk afirmasi, tetapi hakikatnya penyangkalan, suatu negasi.

Baca Juga:  Surah Yasin ayat 26-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sifat-sifat surga yang dijelaskan dalam ayat ini di antaranya: pertama, di dalamnya mengalir sungai yang banyak dan setiap sungai mempunyai air yang berbagai macam jenis dan rasanya serta enak diminum oleh para penghuni surga. Di antara jenis air itu ialah:

  1. Ada yang airnya jernih lagi bersih, tidak dikotori oleh suatu apa pun. Oleh karena itu, tidak akan berubah rasa, warna, dan baunya.
  2. Ada sungai yang mengalirkan air susu yang baik diminum. Susu itu tetap baik dan enak, tidak akan berubah rasanya karena rusak atau busuk.
  3. Ada sungai yang mengalirkan khamar yang enak diminum, menyehatkan, dan menyegarkan tubuh dan perasaan peminumnya. Tidak seperti khamar di dunia. Sekali pun enak diminum oleh pecandunya, tetapi dapat merusak tubuh, akal, dan pikiran. Oleh karena itu, khamar di surga halal diminum, sedangkan khamar di dunia haram.
  4. Ada sungai yang mengalirkan madu yang bersih, seperti madu yang telah disaring, enak, dan menyehatkan badan peminumnya.

Diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidhi, dan lain-lain dari Mu’awiyah bin haidah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Di surga ada lautan susu, lautan air, lautan madu, dan lautan khamar, kemudian mengalirlah sungai-sungai dari lautan-lautan itu.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmidhi, dan lain-lain dari Mu’awiyah bin haidah)

Kedua, di dalam surga terdapat buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya, berbeda warna, bentuk, dan rasanya. Semuanya merupakan makanan yang enak bagi setiap penghuni surga.

Ketiga, penduduk surga itu adalah orang-orang bersih dari segala noda dan dosa, karena mereka itu telah diampuni Allah Tuhan Yang Maha Penyayang, Pelindung mereka.

Kemudian Allah menerangkan keadaan orang-orang yang hidup dalam neraka. Mereka meminum air yang sangat panas yang menghancurkan usus-ususnya dan api neraka yang membakar hangus muka mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Surga yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa memiliki sungai yang airnya tak pernah berubah, sungai susu yang rasanya tak pernah rusak, sungai khamar yang rasanya lezat saat diminum, dan sungai madu yang telah disaring. Mereka akan memperoleh berbagai macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan.

Apakah surga mereka itu sama dengan balasan orang yang kekal di dalam neraka dan diberi minum dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?(1).

(1) Ayat di atas menjelaskan bahwa air yang tidak mengalir dan berubah adalah air yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian, ayat ini telah menjelaskan hal itu jauh beberapa abad sebelum ditemukannya mikroskop. Kini, setelah ditemukan mikroskop, orang dapat mengetahui bahwa pada air yang tidak mengalir dan berubah terdapat jutaan bakteri yang dan virus yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan melalui berbagai macam penyakit.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Muhammad Ayat 14-15 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S