Surah Saba Ayat 12-13; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Saba Ayat 12-13

Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 12-13 ini, diterangkan bahwa Allah menundukkan angin untuk Nabi Sulaiman sehingga dapat membawanya ke tempat-tempat yang diingininya dengan cepat sekali. Nabi Sulaiman juga ditundukkan baginya para jin yang bekerja setia kepadanya. Mereka membuat segala apa yang nabi Sulaiman inginkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 12-13

Surah Saba Ayat 12
وَلِسُلَيۡمَٰنَ ٱلرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهۡرٌ وَرَوَاحُهَا شَهۡرٌ وَأَسَلۡنَا لَهُۥ عَيۡنَ ٱلۡقِطۡرِ وَمِنَ ٱلۡجِنِّ مَن يَعۡمَلُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ بِإِذۡنِ رَبِّهِۦ وَمَن يَزِغۡ مِنۡهُمۡ عَنۡ أَمۡرِنَا نُذِقۡهُ مِنۡ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ

Terjemahan: Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.

Tafsir Jalalain: وَ (Dan) Kami tundukkan لِسُلَيۡمَٰنَ ٱلرِّيحَ (bagi Sulaiman angin) menurut qiraat yang lain lafal Ar Riiha dibaca Ar Riihu yaitu dengan memperkirakan keberadaan lafal Taskhiirun غُدُوُّهَا (yang perjalanannya di waktu pagi) perjalanannya mulai dari pagi hingga waktu tergelincir matahari شَهۡرٌ وَرَوَاحُهَا (sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore hari) yaitu mulai dari tergelincir matahari sampai terbenam شَهۡرٌ (sama dengan perjalanan sebulan) maksudnya sama dengan perjalanan selama itu وَأَسَلۡنَا (dan Kami alirkan) Kami leburkan لَهُۥ عَيۡنَ ٱلۡقِطۡرِ (cairan tembaga baginya) sehingga tembaga itu menjadi lebur selama tiga hari tiga malam, sebagaimana air mengalir dan umat manusia sampai sekarang dapat mengeksploitasinya berkat ilmu yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman.

وَمِنَ ٱلۡجِنِّ مَن يَعۡمَلُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ بِإِذۡنِ (Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di bawah kekuasaannya dengan izin) yakni berdasarkan perintah رَبِّهِۦ وَمَن يَزِغۡ (Rabbnya. Dan siapa yang menyimpang) menyeleweng مِنۡهُمۡ عَنۡ أَمۡرِنَا (di antara mereka dari perintah Kami) yang menyuruhnya untuk taat kepada Nabi Sulaiman نُذِقۡهُ مِنۡ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ (Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala) di akhirat nanti. Menurut suatu pendapat azab tersebut terjadi di dunia, yaitu malaikat memukulnya dengan cambuk api, yang setiap pukulan dapat membakar dan menghanguskannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah Allah menyebutkan tentang kenikmatan yang diberikan-Nya kepada Dawud, Dia melanjutkannya dengan menyebutkan nikmat yang diberikannya kepada puteranya Dawud, yaitu Sulaiman as. berupa ditundukkannya angin bagi beliau guna mengantarkan tempat duduknya yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan pula.

Firman Allah: وَأَسَلۡنَا لَهُۥ عَيۡنَ ٱلۡقِطۡرِ (“Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Atha’ al-Khurasani, Qatadah, as-Suddi dan Malik berkata, dari Zaid bin Aslam, ‘Abdurrahman bin Zaid dan lain-lain berkata: “Al-Qithr adalah tembaga.”

Qatadah berkata: “Itu adalah kota Yaman. Maka setiap apa saja yang dibuat oleh manusia adalah bagian yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman.”
As-Suddi berkata: “Cairan tembaga itu dialirkan baginya selama tiga hari.”

Firman Allah: وَمِنَ ٱلۡجِنِّ مَن يَعۡمَلُ بَيۡنَ يَدَيۡهِ بِإِذۡنِ رَبِّهِۦ (“Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Rabbnya.”) yaitu Kami tundukkan baginya bangsa jin yang bekerja di hadapannya membuat bangunan-bangunan dan sebagainya dengan izin rabbnya, yakni dengan kekuasaan-Nya menundukkan mereka serta kehendak-Nya.

وَمَن يَزِغۡ مِنۡهُمۡ عَنۡ أَمۡرِنَا (“Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami.”) yaitu barang siapa di antara mereka yang menyimpang dan keluar dari ketaatan. نُذِقۡهُ مِنۡ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ (“Kami rasakan kepadanya adzab neraka yang apinya menyala-nyala.”) yakni yang membakar.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini diterangkan bahwa Allah menundukkan angin untuk Nabi Sulaiman sehingga dapat membawanya ke tempat-tempat yang diingininya dengan cepat sekali. Dalam waktu setengah hari saja angin dapat membawanya ke tempat yang jaraknya sebulan perjalanan, baik perjalanan itu pada waktu pagi sampai zuhur maupun pada waktu siang mulai dari zuhur sampai terbenamnya matahari.

Qatadah dalam menafsirkan Ayat ini menyatakan, “Angin dapat membawa Sulaiman dari pagi sampai tergelincirnya matahari sejauh sebulan perjalanan dan dari tergelincirnya matahari sampai terbenamnya sejauh sebulan perjalanan pula. Dalam hal ini, al-hasan al-Bashri berkata,

“Sulaiman pernah berangkat dengan mengendarai angin, dari Damaskus ke Isthakhr lalu dia turun di sana untuk makan siang, kemudian dia berangkat lagi ke Kabul untuk bermalam di sana. Padahal jarak antara Damaskus dan Isthakhr adalah sebulan perjalanan bagi orang yang berjalan cepat dan jarak antara Isthakhr dan Kabul adalah sebulan perjalanan pula.

Karunia lainnya yang diberikan Allah kepada Sulaiman ialah melunakkan tembaga seperti lilin sehingga mudah dibentuk menurut keinginan orang yang mengolahnya. Hal ini sama dengan karunia yang diberikan kepada Nabi Daud yaitu melunakkan besi.

Di antara karunia itu pula ialah menundukkan jin untuk bekerja membuat apa saja yang diingini Sulaiman. Jin-jin itu selalu taat dan patuh mengikuti perintahnya, karena mereka diancam oleh Allah dengan azab yang pedih apabila tidak memenuhi perintah Sulaiman.

Tafsir Quraish Shihab: Kami telah menundukan angin bagi Sulaimân. Kecepatan gerak angin itu di pagi hari sama jauhnya dengan jarak yang dapat ditempuh oleh orang yang berjalan kaki sebulan lamanya. Demikian pula di sore hari. Kami buat cairan tambang tembaga terus mengalir dengan deras untuknya.

Kami tundukkan pula bangsa jin yang selalu bekerja padanya. Jika ada salah satu dari mereka yang menyalahi perintah Kami untuk berbakti kepada Sulaimân, Kami akan menjerumuskannya ke dalam api neraka yang membakar.

Surah Saba Ayat 13
يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٍ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَٰتٍ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرًا وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ

Terjemahan: Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.

Tafsir Jalalain: يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ (Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi) bangunan-bangunan tinggi yang memakai tangga untuk orang yang mau memasukinya وَتَمَٰثِيلَ (dan patung-patung) lafal Tamaatsiil adalah bentuk jamak dari lafal Timtsaalun, yaitu segala sesuatu yang dibuat menurut gambaran objek yang dipahatnya. Maksudnya adalah patung-patung yang terbuat dari tembaga, ada pula yang terbuat dari kaca serta batu pualam. Perlu diketahui bahwa membuat patung atau gambar tidak diharamkan menurut syariat Nabi Sulaiman,

وَجِفَانٍ (dan piring-piring besar) lafal Jifaanin bentuk jamak dari lafal Jafnah كَٱلۡجَوَابِ (yang besarnya seperti kolam) lafal Jawaabii bentuk jamak dari lafal Jaabiyah artinya kolam yang besar; piring besar itu dapat dipakai untuk makan seribu orang وَقُدُورٍ رَّاسِيَٰتٍ (dan periuk yang tetap) berada di atas tungkunya serta tidak bergerak dari tempatnya karena saking besarnya. Periuk tersebut terbuat dari bukit negeri Yaman dan bagi orang yang memasak harus menaiki tangga, demikian pula bagi orang yang mau mengambil makanan daripadanya. Dan Kami berfirman,

Baca Juga:  Surat al Muawidzatain, Namanya Jarang yang Tahu, Namun Khasiatnya Luar Biasa

ٱعۡمَلُوٓاْ (“Bekerjalah kalian) hai ءَالَ دَاوُۥدَ (keluarga Daud) untuk taat kepada Allah شُكۡرًا (sebagai tanda syukur) kepada-Nya atas apa yang telah Dia limpahkan kepada kalian berupa nikmat-nikmat. وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ (Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.”) yang mau bekerja untuk taat kepada-Ku sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada-Ku atas nikmat-nikmat yang telah Kuberikan kepadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ (“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung.”) mahaariib adalah gedung yang indah, yaitu tempat terhormat dan utama di sebuah tempat tinggal.

Adl-Dlahhak berkata: “Yaitu masjid-masjid.” Sedangkan at-Tamaatsiil, ‘Athiyah al-‘Aufi, adl-Dlahhak dan as-Suddi berkata: “at-Tamaatsiil adalah patung-patung.” Mujahid berkata: “Dibuat dari tembaga.” Qatadah berkata: “Terbuat dari tanah dan kaca.”

Firman Allah: وَجِفَانٍ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَٰتٍ (“Dan piring-piring yang [besarnya] seperti kolam dan periuk yang tetap.”) aljawaaba adalah jamak dari jabiyaH, yaitu sebuah telaga yang menghimpun air di dalamnya. Sebagaimana al-A’sya Maimun bin Qais berkata: “Keluarga Muhallaq memiliki sebuah periuk besar yang penuh air, seperti telaga orang tua bangsa Irak.” Al-‘Aufi darinya berkata: “Seperti telaga.” Demikian yang dikatakan oleh Mujahid, al-Hasan, Qatadah, adl-Dlahhak dan selain mereka.

Sedangkan وَقُدُورٍ رَّاسِيَٰتٍ artinya “Periuk-periuk yang tetap di tempatnya, tidak bergerak dan tidak berubah dari tempatnya itu, karena begitu besarnya.” Demikian yang dikatakan oleh Mujahid, adl-Dlahhak dan selain keduanya. Sedang menurut ‘Ikrimah: “Kaki-kaki periuk itu berupa gunung-gunung.”

Firman Allah: ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرًا (“Bekerjalah hai keluarga Dawud untuk bersyukur.”) yaitu Kami katakan kepada mereka: “Bekerjalah kalian, sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan kepada kalian dalam agama dan dunia. Syukran; adalah bentuk mashdar dari bukan fi’il atau menjadi maf’ul laHu.

Atas dasar kedua asumsi itu terkadang petunjuk bahwa, syukur dapat dilakukan dengan perbuatan dan dapat pula dilakukan dengan perkataan dan niat. Sebagaimana seorang penyair berkata: “Nikmat-nikmat itu memberikan manfaat bagi kalian dari-Ku dengan tiga hal; tanganku, lisanku dan hati yang terhijab oleh dada.”

Abu ‘Abdirrahman as-Salami berkata: “Shalah adalah syukur, shaum adalah syukur dan setiap kebaikan yang dikerjakan karena Allah adalah syukur. Seutama-utama syukur adalah pujian.” (HR Ibnu Jarir)
Dia dan Ibnu Hatim meriwAyatkan pula, bahwa Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata:

“Syukur adalah takwa kepada Allah Ta’ala dan beramal shalih.” Ini dikatakan bagi orang yang bergelut dengan perbuatan. Demikian pula keluarga Dawud (bagi mereka salam sejahtera) mereka menegakkan rasa syukur kepada Allah dengan perkataan dan perbuatan.

Di dalam ash-Shahihain dinyatakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Dawud, beliau tidur setengah malam, bangun [shalat] malam sepertiganya dan tidur lagi seperenamnya. Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud, beliau puasa pada satu hari dan berbuka satu hari serta tidak lari jika berjumpa [dengan musuh].”

Abu ‘Abdillah bin Majah meriwAyatkan, bahwa Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ibnu Nabi Sulaiman bin Dawud berkata kepada Sulaiman: ‘Hai anakku, janganlah engkau memperbanyak tidur di waktu malam, karena banyak tidur malam membiarkan seseorang pada hari kiamat dalam keadaan fakir.’” Firman Allah: وَقَلِيلٌ مِّنۡ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ (“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.”) adalah kabar tentang kenyataan.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 21-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Oleh sebab itu, mereka dengan giat sekali melaksanakan apa yang diperintahkan Sulaiman, seperti membangun tempat-tempat beribadah, arca-arca yang indah yang terbuat dari kayu, tembaga, kaca, dan batu pualam, serta belanga-belanga besar untuk memasak makanan yang cukup untuk berpuluh-puluh orang. Karena besar dan luasnya, bejana-bejana itu kelihatan seperti kolam-kolam air.

Mereka juga membuatkan untuk Sulaiman periuk yang besar pula yang karena besarnya tidak dapat diangkat dan dipindahkan. Karena jin mempunyai kekuatan yang dahsyat, dengan mudah mereka membuat semua yang dikehendaki Sulaiman seperti membangun istana yang megah dan mewah, serta menggali selokan-selokan untuk irigasi sehingga kerajaan Sulaiman menjadi masyhur sebagai suatu kerajaan besar dan paling makmur, tidak ada suatu kerajaan pun di waktu itu yang dapat menandinginya. Hal ini ialah sebagai realisasi dari doanya yang dikabulkan Tuhan seperti tersebut dalam firman-Nya.

Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.” Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam. (shad/38: 35-37)

Kemudian Allah memerintahkan kepada Sulaiman sebagai keluarga Daud supaya bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah itu bukanlah sekadar mengucapkan, tetapi harus diiringi dengan amal saleh dan mempergunakan nikmat itu untuk hal-hal yang diridai-Nya.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Nabi Muhammad naik ke atas mimbar lalu membaca Ayat ini. Lalu beliau bersabda, “Ada tiga sifat bila dipunyai oleh seseorang berarti dia telah diberi karunia seperti karunia yang diberikan kepada keluarga Daud.” Kami bertanya kepada beliau,

“Sifat-sifat apakah itu?” Rasulullah menjawab, “Pertama: Berlaku adil, baik dalam keadaan marah maupun dalam keadaan senang. Kedua: Selalu hidup sederhana baik di waktu miskin maupun kaya. Ketiga: Selalu takut kepada Allah baik di waktu sendirian maupun di hadapan orang banyak.

Allah mengiringi perintah-Nya supaya Sulaiman bersyukur atas nikmat yang diterimanya dengan menjelaskan bahwa sedikit sekali di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar bersyukur kepada-Nya. Bagaimana seorang hamba bersyukur kepada Tuhannya dapat dilihat dari cara bersyukur Nabi saw kepada Allah.

Dari ‘aisyah bahwa Rasulullah salat di malam hari sampai kedua telapak kakinya bengkak, maka aku (‘Aisyah), berkata kepadanya, “Mengapa engkau berbuat seperti ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang sekarang dan dosamu yang akan datang?” Rasulullah menjawab, “Bukankah aku ini seorang hamba yang bersyukur?” (RiwAyat Muslim)

Tafsir Quraish Shihab: Bangsa jin itu bekerja menurut perintah Sulaimân. Mereka membangun rumah-rumah peribadatan, bermacam-macam arca, bejana-bejana raksasa seperti kolam air dan perabot-perabot memasak yang tidak dapat dipindah-pindah karena ukurannnya yang sangat besar. Kami perintahkan kepada para pengikut Dâwûd, “Berbuatlah sesuatu sebagai cara kalian untuk bersyukur kepada Allah.” Tetapi, sedikit sekali hamba-Ku yang mau mengingat dan bersyukur kepada-Ku.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Saba Ayat 12-13 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S