Surah Saba Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Saba Ayat 22-23

Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 22-23 ini, menjelaskan Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya menantang kaum musyrik Mekah, kalau berhala-berhala dan sembahan mereka benar-benar mempunyai kekuasaan walaupun sedikit, cobalah mereka buktikan hal itu dengan memberikan contoh tentang apa yang telah diciptakan atau yang mereka miliki.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Oleh sebab itu, Allah menegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak memiliki kekuasaan sedikit pun (walau sebesar zarrah sekalipun) terhadap langit, bumi, dan apa yang terdapat dalam keduanya, dan tidak ada kemampuan sama sekali untuk menolong mereka.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 22-23

Surah Saba Ayat 22
قُلِ ٱدۡعُواْ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ وَمَا لَهُمۡ فِيهِمَا مِن شِرۡكٍ وَمَا لَهُۥ مِنۡهُم مِّن ظَهِيرٍ

Terjemahan: “Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.

Tafsir Jalalain: قُلِ (Katakanlah) hai Muhammad kepada orang-orang kafir Mekah, ٱدۡعُواْ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُم (“Serulah mereka yang kalian anggap) sebagai tuhan-tuhan مِّن دُونِ ٱللَّهِ (selain Allah) untuk memberi manfaat kepada diri kalian sesuai dengan dugaan dan sangkaan kalian. Maka Allah berfirman mengenai yang dipertuhankan mereka itu.

لَا يَمۡلِكُونَ مِثۡقَالَ (mereka tidak memiliki seberat) walau hanya seberat ذَرَّةٍ (zarah) kebaikan atau keburukan فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ وَمَا لَهُمۡ فِيهِمَا (di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam penciptaan langit dan bumi) tidak ikut andil وَمَا لَهُۥ (dan tidak ada bagi-Nya) yakni bagi Allah swt. مِنۡهُم (dari mereka) yang dianggap sebagai tuhan-tuhan itu مِّن ظَهِيرٍ (seorang pembantu pun”) yaitu yang membantu-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah menjelaskan bahwa Dia-lah Ilah Yang Mahaesa, Mahatunggal, Rabb tempat meminta yang tidak memiliki tandingan dan sekutu. Hanya Dia-lah yang mengatur segala urusan, tidak ada yang mencampuri-Nya ataupun menandingi dan menyaingi-Nya.

Allah berfirman: قُلِ ٱدۡعُواْ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ (“Katakanalah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap [sebagai ilah] selain Allah.”) yaitu ilah-ilah yang disembah selain Allah. يَمۡلِكُونَ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ (“Mereka tidak memiliki [kekuasaan] seberat dzarrah pun di langit dan di bumi.”

Firman Allah: وَمَا لَهُمۡ فِيهِمَا مِن شِرۡكٍ (“Dan mereka tidak mempunyai satu saham pun dalam [penciptaan] langit dan bumi.”) yaitu mereka tidak memiliki apapun, baik secara mandiri maupun sebagai sekutu.

وَمَا لَهُۥ مِنۡهُم مِّن ظَهِيرٍ (“Dan sekali-sekali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.”) yaitu Allah tidak memiliki penolong dari tandingan-tandingan ini yang membantu-Nya dalam segala urusan. Bahkan seluruh makhluk-Nya sangat membutuhkan-Nya dan menghamba-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya menantang kaum musyrik Mekah, kalau berhala-berhala dan sembahan mereka benar-benar mempunyai kekuasaan walaupun sedikit, cobalah mereka buktikan hal itu dengan memberikan contoh tentang apa yang telah diciptakan atau yang mereka miliki.

Apakah berhala itu dapat memberikan pertolongan kepada mereka atau menolak bahaya yang mengancam mereka. Tentu saja mereka tidak dapat memberikan bukti-bukti seperti itu, karena tidak mungkin benda mati yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri akan dapat membuat sesuatu atau dapat menolong serta menolak kemudaratan dari mereka.

Baca Juga:  Surah As-Sajdah Ayat 10-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Oleh sebab itu, Allah menegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak memiliki kekuasaan sedikit pun (walau sebesar zarrah sekalipun) terhadap langit, bumi, dan apa yang terdapat dalam keduanya, dan tidak ada kemampuan sama sekali untuk menolong mereka. Bagaimanakah mereka sampai menyembahnya kalau mereka mempergunakan akal pikiran mereka.

Dalam ayat lain, Allah menegaskan pula hal ini dengan firman-Nya: Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Fathir/35: 13) Mereka tidak memiliki apa pun secara sendiri atau secara berserikat dengan yang lain dan tidak ada suatu apa pun yang bekerja sama dengan mereka dalam menciptakan atau memiliki sesuatu. Hal ini adalah fakta yang kita lihat di dunia.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan kepada orang-orang musyrik, “Mohonlah kepada tuhan-tuhan yang kalian anggap secara tidak benar sebagai tandingan Allah, agar mereka mendatangkan kebaikan atau menjauhkan marabahaya dari diri kalian. Mereka pasti tidak akan mempedulikan permintaan itu, karena tuhan-tuhan itu tidak memiliki apa- apa, baik yang ada di langit maupun di bumi, meskipun sekecil biji atom.

Mereka bukanlah sekutu Allah dalam penciptaan atau pemilikan alam. Tidak satu pun dari mereka yang memberikan bantuan kepada Allah dalam mengatur segala urusan makhluk-Nya.

Surah Saba Ayat 23
وَلَا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ عِندَهُۥٓ إِلَّا لِمَنۡ أَذِنَ لَهُۥ حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمۡ قَالُواْ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمۡ قَالُواْ ٱلۡحَقَّ وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ ٱلۡكَبِيرُ

Terjemahan: “Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?” Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar”, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Tafsir Jalalain: وَلَا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ عِندَهُۥٓ (Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah) Maha Tinggi Allah, ayat ini merupakan sanggahan terhadap perkataan mereka, bahwa sesungguhnya tuhan-tuhan sesembahan mereka akan dapat memberikan syafaat kepada mereka di sisi-Nya إِلَّا لِمَنۡ أَذِنَ لَهُ (melainkan bagi orang yang telah diizinkan) dapat dibaca Adzina atau Udzina (baginya) untuk memberi syafaat itu حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ (sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan) dapat dibaca Fazza’a atau Fuzzi’a عَن قُلُوبِهِمۡ (dari hati mereka) karena ada orang yang diizinkan untuk memberi syafaat قَالُواْ (mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain karena mendapat berita gembira itu,

مَاذَا قَالَ رَبُّكُمۡ (“Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?”) mengenai syafaat itu. قَالُواْ (Mereka menjawab) “Perkataan ٱلۡحَقَّ (yang benar”) yakni Dia telah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ (dan Dialah Yang Maha Tinggi) di atas semua makhluk-Nya dengan mengalahkan mereka semuanya ٱلۡكَبِيرُ (lagi Maha Besar) yakni Maha Agung.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَلَا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ عِندَهُۥٓ إِلَّا لِمَنۡ أَذِنَ لَهُ (“Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu.”) yaitu karena kebesaran, keagungan dan kemurkaan-Nya, tidak ada seorang pun yang berani memberikan syafaat di sisi Allah kecuali setelah mendapat izin untuk memberi syafaat. Sebagaimana firman Allah: (“Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?”)(al-Baqarah: 255)

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 12-13; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Untuk itu tercantum dalam ash-shahihain, dari beberapa jalan, dari Rasulullah saw. bahwa beliau adalah pemimpin anak Adam dan pemberi syafaat terbesar di sisi Allah, ketika dia menempati tempat terpunji untuk memberikan syafaat kepada seluruh makhluk dengan mendatangi Rabb mereka untuk memutuskan perkara. Beliau bersabda:

“Kemudian aku bersimpuh dan bersujud kepada Rabb-ku, sebagaimana yang Dia kehendaki. Dan Dia membukakan berbagai puja dan puji, yang pada saat ini aku tidak dapat menyebutkannya. Kemudian dikatakan: ‘Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah, niscaya engkau akan didengar. Mintalah, engkau pasti akan diberi dan berilah syafaat, niscaya akan dikabulkan syafaatmu.” (Bacalah hadits secara sempurna).

Firman Allah: حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمۡ قَالُواْ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمۡ قَالُواْ ٱلۡحَقَّ (“Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb-mu,’ mereka menjawab: ‘Perkataan yang benar.’”) ini merupakan kedudukan tinggi dalam keagungan. Yaitu jika Allah berfirman dengan wahyu, lalu mendengarlah penghuni langit firman-Nya itu, maka merekapun bergetar karena merasa takut, sehingga mereka seperti jatuh pingsan.

Hal itu dikatakan oleh Ibnu Mas’ud, Masruq dan lain-lain. حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمۡ (“Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka.”) yaitu lenyapnya rasa takut.

Ibnu ‘Abbas, Ibnu Umar, Abu Abdirrahman as-Sulami, asy-Sya’bi, Ibrahim an-Nakha-i, adl-Dlahhak, al-Hasan dan Qatadah berkata tentang firman-Nya: حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمۡ قَالُواْ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمۡ قَالُواْ ٱلۡحَقَّ (“Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb-mu,’ mereka menjawab: ‘Perkataan yang benar.’”) maksudnya dikosongkan hati-hati mereka [dari rasa takut]. Jika seperti itu maka sebagian mereka bertanya kepada sebagian lain: “Apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?”

Malaikat pembawa ‘Arsy memberitahukan hal itu kepada malaikat yang ada di bawahnya, kemudian mereka sampaikan lagi kepda yang lebih bawah, sehingga berita itu sampai kepada malaikat penghuni langit terendah.

Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: قَالُواْ ٱلۡحَقَّ (“Mereka menjawab: ‘[Perkataan] yang benar.’ Yaitu mereka mengabarkan apa yang difirmankan-Nya, tanpa menambah dan tanpa pengurangan.

وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ ٱلۡكَبِيرُ (“Dan Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”) al-Bukhari berkata ketika menafsirkan ayat mulia ini di dalam Shahihnya, dari al-Humaidi, dari Sufyan, bahwa ‘Amr berkata, aku mendengar ‘Ikrimah berkata, aku mendengar Abu Hurairah berkata, sesungguhnya Nabiyyullah saw. bersabda:

“Jika Allah telah memutuskan urusan di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, seakan-akan suara yang didengar itu bagaikan sebuah rantai yang ditarik di atas batu keras.

Jika telah dihilangkan rasa takut dalam hati mereka, mereka pun saling menanyakan: ‘Apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?’ Mereka menjawab: ‘Apa yang dikatakan-Nya adalah kebenaran, dan Dia Mahatinggi dan Mahabesar.’ Lalu syaitan mencuri pendengaran mendengar hal tersebut.

Mereka, para syaitan pencuri pendengaran itu keadaannya demikian, sedangkan di antara mereka menaiki sebagian yang lain seperti ini –Sufyan menggambarkan dengan tangannya dengan memiringkan tangan dan melebarkan jari-jarinya- ketika yang di atas mendengar kalimat itu, segera ia sampaikan kepada yang berada di bawahnya.

Baca Juga:  Surah Adz-Dzariyat Ayat 47-51; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kemudian yang lainnya memberikannya kepada yang berada di bawahnya lagi, sehingga disampaikan melalui ucapan tukang sihir atau dukun. Kemungkinan di atara setan itu ada yang terkena meteor sebelum menyampaikan kalimat tersebut dan kemungkinan pula sempat menyampaikannya sebelum terkena meteor. Lalu dia buat bersamanya seratus kedustaan.

Maka dikatakan, bukankah telah dikatakan kepada kita hari ini demikian, demikian. Maka dia dipercayai [tukang sihir/ dukun] karena kalimat yang didengarnya dari langit.” Ditakhrij secara sendiri oleh al-Bukhari tanpa Muslim dari jalur ini. Serta diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits Sufyan bin ‘Uyainah. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Di akhirat berhala itu tidak dapat menolong mereka dari kesulitan. Juga tidak mungkin memberi syafaat karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafaat, kecuali dengan izin Allah. Apakah mungkin Allah akan mengizinkan berhala-berhala yang menjadi sebab bagi kesesatan hamba-Nya untuk memberi syafaat? Syafaat tidak akan diberikan Allah kecuali kepada para nabi, malaikat, dan hamba-Nya yang dianggap berhak untuk diberi syafaat.

Firman Allah: Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. (al-Baqarah/2: 255) Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridai. (an-Najm/53: 36)

Pada hari itu, hamba-hamba Allah menunggu dengan perasaan gelisah dan tidak sabar, siapakah di antara mereka yang akan diizinkan-Nya untuk memberi syafaat dan yang akan mendapat syafaat. Ketika itu, mereka berdiam semuanya karena ketakutan telah hilang dari hati mereka dan Allah akan memberi ketetapan-Nya.

Mereka menunggu sambil berharap-harap dan bertanya-tanya antara sesama mereka apa yang difirmankan Tuhan. Semua menjawab, “Yang difirmankan Allah ialah perkataan yang benar yaitu syafaat-Nya akan diberikan kepada siapa yang diridai-Nya karena Dia Mahatinggi dan Mahabesar.” Pada waktu itu, sadarlah orang-orang kafir bahwa mereka tidak akan mendapat syafaat dan tahulah mereka nasib apa yang harus mereka alami.

Tafsir Quraish Shihab: Tidak seorang pun dapat menggunakan syafaat di sisi Allah kecuali orang yang benar-benar dipersiapkan untuk memberikan syafaat. Sehingga, ketika rasa takut telah lenyap dari diri mereka karena izin Allah kepada mereka untuk mendapatkan syafaat, mereka saling bertanya dengan perasaan gembira, “Apa kata Tuhan kalian?”

Dikatakan kepada mereka, “Allah berkata benar. Dia memberikan izin bagi orang yang dikehendaki-Nya. Hanya Allah yang berhak merasa besar dan sombong. Allah mengizinkan dan melarang siapa saja sesuai dengan kehendak-Nya.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Saba Ayat 22-23 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S