Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 51-54 ini, dijelaskan bahwa andaikata Rasulullah menyaksikan bagaimana orang-orang kafir itu nanti ketakutan di depan Allah, maka beliau akan menyaksikan peristiwa yang hebat sekali.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa mereka tidak mungkin lagi mencari keselamatan di tempat yang jauh itu karena semasa hidup di dunia mereka ingkar sekali. Mereka tidak mau mengimani Allah, para rasul-Nya, Al-Qur’an, dan hari kemudian.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 51-54
Surah Saba Ayat 51
وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذۡ فَزِعُواْ فَلَا فَوۡتَ وَأُخِذُواْ مِن مَّكَانٍ قَرِيبٍ
Terjemahan: Dan (alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka),
Tafsir Jalalain: وَلَوۡ تَرَىٰٓ (Dan jika kamu melihat) hai Muhammad إِذۡ فَزِعُواْ (ketika mereka terperanjat ketakutan) sewaktu mereka dibangkitkan, niscaya kamu akan melihat perkara yang hebat فَلَا فَوۡتَ (maka mereka tidak dapat melepaskan diri) dari kekuasaan Kami yang dimaksud adalah dari azab Kami وَأُخِذُواْ مِن مَّكَانٍ قَرِيبٍ (dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat) yaitu dari kubur mereka secara langsung.
Tafsir Ibnu Katsir: Bahwa Allah berfirman: “Seandainya engkau hai Muhammad, melihat ketika orang-orang yang mendustakan [Ayat-Ayat-Nya] itu terperanjat ketakutan pada hari kiamat, maka mereka tidak dapat melepaskan diri, yaitu tidak ada tempat melarikan diri, tempat berpaling dan jalan keluar bagi mereka.
وَأُخِذُواْ مِن مَّكَانٍ قَرِيبٍ (“Mereka ditangkap dari tempat yang dekat [untuk dibawa ke neraka].”) yaitu mereka tidak mungkin menjaga diri dengan melarikan diri, bahkan mereka akan ditangkap sejak pertama kali.
Al-Hasan al-Bashri berkata: “Ketika mereka keluar dari kubur-kubur mereka.” Mujahid, ‘Athiyyah al-‘Aufi dan Qatadah berkata: “Yaitu dari bawah telapak kaki mereka.” Pendapat yang benar bahwa yang dimaksud adalah pada hari kiamat, yaitu pada hari malapetaka yang sangat besar.
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini dijelaskan bahwa andaikata Rasulullah menyaksikan bagaimana orang-orang kafir itu nanti ketakutan di depan Allah, maka beliau akan menyaksikan peristiwa yang hebat sekali. Pada waktu itu, orang-orang kafir itu dihadapkan kepada siksa Allah.
Tempat melarikan diri tidak ada, begitu juga kemungkinan adanya pertolongan, atau tempat untuk berlindung. Oleh karena itu, gemparlah mereka dalam ketakutan yang luar biasa. Pada waktu itulah mereka dibekuk dengan mudah tanpa berkutik karena sudah terpojok di Padang Mahsyar yang menyesakkan.
Tafsir Quraish Shihab: Jika kamu melihat, wahai orang yang melihat dengan cermat, tatkala orang-orang kafir itu ketakutan di saat kebenaran datang, mereka tidak mendapatkan tempat pelarian lagi. Lalu mereka digiring ke neraka dari tempat yang dekat.
Surah Saba Ayat 52
وَقَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِهِۦ وَأَنَّىٰ لَهُمُ ٱلتَّنَاوُشُ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ
Terjemahan: dan (di waktu itu) mereka berkata: “Kami beriman kepada Allah”, bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu.
Tafsir Jalalain: وَقَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِهِۦ (Dan di waktu itu mereka berkata, “Kami beriman kepada-Nya) yakni kepada Nabi Muhammad, atau kepada Alquran وَأَنَّىٰ لَهُمُ ٱلتَّنَاوُشُ (bagaimanakah mereka dapat mencapai) meraih keimanan; dapat dibaca Tanaawusy atau huruf Wau diganti menjadi Hamzah, sehingga bacaannya menjadi Tanaa-usy maksudnya amat mustahillah mereka dapat mencapai keimanan مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ (dari tempat yang jauh itu”) dari tempatnya yang sekarang, karena mereka sekarang berada di alam akhirat dan tempat keimanan itu ada di dunia.
Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالُوٓاْ ءَامَنَّا (“Dan [di waktu itu] mereka berkata: ‘Kami beriman kepada Allah.’”) yaitu pada hari kiamat mereka berkata: “kami beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya.” Sebagaimana firman Allah:
“Dan [alangkah ngerinya], jika Sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan Kami, Kami telah melihat dan mendengar, Maka kembalikanlah Kami (ke dunia), Kami akan mengerjakan amal saleh, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang yakin.” (as-Sajdah: 12)
Karena itu Allah berfirman: بِهِۦ وَأَنَّىٰ لَهُمُ ٱلتَّنَاوُشُ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيد (“Bagaimanakah mereka dapat mencapai [keimanan] dari tempat yang jauh itu.”) yaitu bagaimana mereka meraih keimanan, padahal mereka jauh dari tempat penerimanya dan mereka berada di negeri akhirat, suatu negeri balasan, bukan negeri ujian.
Seandainya dahulu mereka beriman di dunia, niscaya hal tersebut bermanfaat bagi mereka. Akan tetapi setelah mereka berada di negeri akhirat, tidak ada jalan lagi bagi mereka untuk diterimanya keimanan, sebagaimana tidak ada jalan untuk mencapai sesuatu bagi orang yang hendak meraihnya dari tempat yang jauh.
Mujahid berkata: وَأَنَّىٰ لَهُمُ ٱلتَّنَاوُشُ (“Bagaimanakah mereka dapat mencapai [keimanan].”) yaitu meraih hal tersebut. Az-Zuhri berkata: “At tanaawusyu; adalah mereka mencoba meraih keimanan, padahal mereka berada di negeri akhirat dan telah terputus dari dunia.”
Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka menuntuk kembali ke dunia, serta bertaubat dari apa yang mereka lakukan selama ini. Padahal pada saat itu tidak ada lagi kesempatan untuk kembali dan taubat.” Demikian pula yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi.
Tafsir Kemenag: Pada waktu itulah mereka bertobat dengan mengikrarkan iman mereka kepada Allah, para rasul-Nya, dan Al-Qur’an. Mereka mengikrarkan iman yang tulus sekali karena semua bukti yang tadinya mereka ragukan telah nyata dan telah terbukti. Ikrar iman seperti itu dilukiskan dalam Ayat lain:
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin.” (as-Sajdah/32: 12)
Mengikrarkan iman untuk bertobat pada waktu itu tidak mungkin lagi mencapai maksud yang diharapkan, karena mereka sudah berada di tempat yang sangat jauh yaitu akhirat. Di tempat yang sangat jauh seperti itu tidak mungkin lagi mencari keselamatan.
Tempat mencari keselamatan dengan beriman dan beramal saleh adalah di dunia, tetapi masa itu sudah berlalu dan mereka tidak mungkin lagi dikembalikan ke sana. Oleh karena itu, tobat dan ikrar iman mereka itu tidak berguna dan tidak mungkin diterima.
Tafsir Quraish Shihab: Di saat menyaksikan azab, mereka berkata, “Kami beriman kepada kebenaran itu.” Apakah semudah itu mereka mengucapkan keimanan, padahal mereka kini berada di tempat yang jauh dari dunia–sebagai tempat diterimanya keimanan–yang telah berlalu masanya?
Surah Saba Ayat 53
وَقَدۡ كَفَرُواْ بِهِۦ مِن قَبۡلُ وَيَقۡذِفُونَ بِٱلۡغَيۡبِ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ
Terjemahan: Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu; dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh.
Tafsir Jalalain: وَقَدۡ كَفَرُواْ بِهِۦ مِن قَبۡلُ (Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu) sewaktu mereka hidup di dunia وَيَقۡذِفُونَ (dan mereka menduga-duga) meramal-ramal بِٱلۡغَيۡبِ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ (tentang yang gaib dari tempat yang jauh) yaitu terhadap hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan mereka, karena mereka sewaktu di dunia mengatakan terhadap Nabi, bahwa Dia adalah penyihir, tukang syair dan tukang ramal. Mereka mengatakan tentang Alquran, bahwa itu adalah sihir, syair, dan ramalan.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَقَدۡ كَفَرُواْ بِهِۦ مِن قَبۡلُ (“Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu.”) yaitu bagaimana mereka dapat mencapai keimanan di akhirat, padahal mereka telah mengingkari kebenaran di dunia, serta telah mendustakan para Rasul? وَيَقۡذِفُونَ بِٱلۡغَيۡبِ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ (“Dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh.”)
Malik berkata dari Zaid bin Aslam berkata: وَيَقۡذِفُونَ بِٱلۡغَيۡبِ yaitu menduga-duga. Ibnu Katsir berkata: sebagaimana firman Allah: رَجۡمًۢا بِٱلۡغَيۡبِ terkadang mereka mengatakan, “dia ahli sya’ir.” Terkadang mengatakan, “dia dukun.”,”dia tukang sihir.”,”dia orang gila.” Dan perkataan-perkataan bathil lainnya. Dan merekapun mendustakan hari berbangkit, hari berkumpul dan hari kembali.
Mereka mengatakan: إِن نَّظُنُّ إِلَّا ظَنًّا وَمَا نَحۡنُ بِمُسۡتَيۡقِنِينَ (“kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-sekali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-sekali tidak meyakini [nya].”)(al-Jaatsiyah: 32) Qatadah dan Mujahid berkata: “Mereka melempar praduga, bahwa tidak ada kebangkitan, tidak ada surga dan tidak ada neraka.
Tafsir Kemenag: Dijelaskan lebih lanjut bahwa mereka tidak mungkin lagi mencari keselamatan di tempat yang jauh itu karena semasa hidup di dunia mereka ingkar sekali. Mereka tidak mau mengimani Allah, para rasul-Nya, Al-Qur’an, dan hari kemudian. Sebab mereka tidak mau beriman adalah karena mereka melontarkan dugaan-dugaan yang tidak beralasan sama sekali.
Mereka menyangka yang lain dari Allah sebagai Tuhan, menuduh Nabi Muhammad saw. penyair, dukun, penyihir, gila, dan sebagainya, menyatakan Al-Qur’an dongeng, mimpi, atau sihir, dan menyangka bohong adanya hari kemudian beserta surga dan neraka.
Semua itu mereka nyatakan tanpa dasar pengetahuan, tetapi hanya berdasarkan dugaan. Dugaan itu diibaratkan orang yang melempar sesuatu yang tidak jelas secara serampangan dari tempat yang jauh. Ia tidak tahu apakah lemparan itu mengenai sasaran atau tidak. Dalam al-Kahf/18: 22 tindakan itu dilukiskan dengan ungkapan: rajman bil-gaib, yaitu membidik sesuatu yang tidak jelas secara serampangan atau menerka-nerka sesuatu tanpa dasar sama sekali.
Tafsir Quraish Shihab: Sebelum datangnya hari kiamat ini, mereka sungguh telah mengingkari kebenaran. Mereka pun selalu melontarkan praduga-praduga batil yang jauh dari kebenaran.
Surah Saba Ayat 54
وَحِيلَ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ مَا يَشۡتَهُونَ كَمَا فُعِلَ بِأَشۡيَاعِهِم مِّن قَبۡلُ إِنَّهُمۡ كَانُواْ فِى شَكٍّ مُّرِيبٍۭ
Terjemahan: Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam.
Tafsir Jalalain: وَحِيلَ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ مَا يَشۡتَهُونَ (Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini) yakni ingin beriman, maksudnya iman mereka tidak diterima lagi, karena waktunya sudah habis كَمَا فُعِلَ بِأَشۡيَاعِهِم (sebagaimana dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka) yakni golongan-golongan mereka dalam hal kekafiran مِّن قَبۡلُ (pada masa dahulu) sebelum mereka.
إِنَّهُمۡ كَانُواْ فِى شَكٍّ مُّرِيبٍۭ (Sesungguhnya mereka dahulu di dunia dalam keraguan yang mendalam) tentang hal-hal yang sekarang mereka imani; disebabkan sewaktu di dunia mereka tidak mau menganggap dalil-dalil yang menunjuk ke arahnya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَحِيلَ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ مَا يَشۡتَهُونَ (“Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan.”) al-Hasan al-Bashri, adl-Dlahhak mengatakan: “Yaitu keimanan.” Sedang menurut as-Suddi: “Yaitu taubat.” Pendapat kedua inilah yang dipilih Ibnu Jarir.
Mujahid berkata: وَحِيلَ بَيۡنَهُمۡ وَبَيۡنَ مَا يَشۡتَهُونَ (“Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan.”) dari dunia ini, berupa harta perhiasan dan keluarga.” Pendapat senada diriwAyatkan dari Ibnu Umar, Ibnu ‘Abbas dan ar-Rabi’ bin Anas dan juga menjadi pendapat al-Bukhari dan jama’ah.
Pendapat yang benar adalah, tidak ada pertentangan di antara dua pendapat tersebut. Karena mereka dihalangi dari keinginan mereka terhadap dunia dan dari apa yang mereka cari di akhirat, sehingga mereka terhalang darinya.
Firman Allah: كَمَا فُعِلَ بِأَشۡيَاعِهِم مِّن قَبۡلُ (“Sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu.”) yaitu sebagaimana telah berlalu kepada umat-umat masa lalu yang mendustakan para Rasul ketika bencana Allah datang kepada mereka, mereka berangan-angan seandainya mereka beriman, akan tetapi hal itu tidak lagi diterima dari mereka.
“Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan Kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah Kami persekutukan dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami. Itulah sunnah Allah yang telah Berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” (Mukmin: 84-85)
Firman Allah: إِنَّهُمۡ كَانُواْ فِى شَكٍّ مُّرِيبٍۭ (“Sesungguhnya mereka dahulu [di dunia] dalam keraguan yang mendalam.”) yaitu dahulu mereka di dunia berada dalam keraguan dan kebimbangan. Untuk itu, keimanan mereka tidak diterima lagi saat mereka menyaksikan adzab (siksaan).
Qatadah berkata: “Jauhilah keraguan dan kebimbangan. Karena barangsiapa yang mati dalam keraguan, dia akan dibangkitkan dalam keadaan seperti itu. Dan barangsiapa mati dalam keadaan yakin, maka dia akan dibangkitkan dalam keadaan seperti itu pula.”
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini dijelaskan bahwa antara orang itu dengan harapannya untuk bertobat dan terlepas dari siksa terganjal total, tidak mungkin terjadi sama sekali, seakan-akan di antara keduanya telah terbangun tembok tebal yang besar. Dambaan itu sama halnya dengan apa yang diharapkan umat-umat sebelum mereka.
Umat-umat itu semenjak awal selalu membangkang dan baru beriman ketika bencana sebagai hukuman sudah di depan mata. Tentu saja tobat dan iman pada waktu sudah terpaksa seperti itu tidak diterima, sebagaimana dinyatakan dalam Ayat lain:
Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.” Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah ketentuan Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir. (al-Mu’min/40: 84-85)
Mereka tidak beriman di dunia karena selalu sangsi mengenai kebenaran Al-Qur’an dan ragu untuk menerima kebenarannya. Padahal, Al-Qur’an tidak perlu diragukan lagi oleh manusia, karena merupakan wahyu Allah, disampaikan oleh Jibril, diterima Nabi Muhammad, dan isinya benar. Keraguan hanya akan menghasilkan kekafiran, dan kekafiran hanya akan membuahkan kesengsaraan di akhirat.
Tafsir Quraish Shihab: Sebagaimana nasib orang-orang sebelum mereka yang menyatakan keimanan setelah lewat masanya, keinginan mereka untuk memanfaatkan keimanan itu pun kini terhalang sudah. Mereka semua adalah orang-orang yang meragukan kebenaran dan kini duduk sebagai pesakitan (terdakwa).
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Saba Ayat 51-54 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020