Surah Saba Ayat 7-9; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Saba Ayat 7-9

Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 7-9 ini, Allah menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap terjadinya hari kebangkitan dan bagaimana hebatnya cemoohan dan olok-olok mereka terhadap Nabi Muhammad yang memberitakannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memberikan peringatan kepada orang-orang yang tidak percaya akan terjadinya hari Kiamat dan menyuruh mereka memperhatikan kejadian-kejadian alam yang mereka saksikan sendiri.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 7-9

Surah Saba Ayat 7
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ هَلۡ نَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٍ يُنَبِّئُكُمۡ إِذَا مُزِّقۡتُمۡ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّكُمۡ لَفِى خَلۡقٍ جَدِيدٍ

Terjemahan: “Dan orang-orang kafir berkata (kepada teman-temannya). “Maukah kamu kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki yang memberitakan kepadamu bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya, sesungguhnya kamu benar-benar (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru?

Tafsir Jalalain: وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ (Dan orang-orang kafir berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain dengan nada yang penuh keheranan, هَلۡ نَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٍ (“Maukah kalian kami tunjukkan kepada kalian seorang laki-laki) yang mereka maksud adalah Nabi Muhammad يُنَبِّئُكُمۡ (yang memberitakan kepada kalian) yang membawa berita kepada kalian, bahwasanya,

إِذَا مُزِّقۡتُمۡ (apabila badan kalian telah hancur) telah berantakan كُلَّ مُمَزَّقٍ (sehancur-hancurnya) menjadi berkeping-keping إِنَّكُمۡ لَفِى خَلۡقٍ جَدِيدٍ (sesungguhnya kalian akan dibangkitkan kembali dalam ciptaan yang baru?”).

Tafsir Ibnu Katsir: Ini adalah kabar dari Allah tentang orang-orang kafir pembangkang yang menganggap mustahil terjadinya hari kiamat, serta ejekan mereka kepada Rasulullah saw. ketika beliau memberitahu hal tersebut: وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ هَلۡ نَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٍ يُنَبِّئُكُمۡ إِذَا مُزِّقۡتُمۡ كُلَّ مُمَزَّقٍ (“Dan orang-orang kafir berkata [kepada teman-temannya]: ‘Maukah kamu kami tunjukkan seorang laki-laki yang memberitakan kepadamu, bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya.”) yaitu jazad-jasad kalian berserakan di bumi, lenyap tak bersisa dan hancur lebih.

إِنَّكُمۡ (“sesungguhnya kamu”), yaitu setelah kondisi ini, لَفِى خَلۡقٍ جَدِيدٍ (“Benar-benar [akan dibangkitkan kembali] dalam ciptaan yang baru.”) yaitu akan kembali hidup dalam keadaan diberi rizky setelah itu.”)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap terjadinya hari kebangkitan dan bagaimana hebatnya cemoohan dan olok-olok mereka terhadap Nabi Muhammad yang memberitakannya.

Mereka saling bertanya tentang seorang laki-laki yang mengatakan bahwa apabila mereka telah mati dan dikuburkan kemudian tubuh dan tulang-belulang mereka telah hancur luluh, sesudah itu akan hidup kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Orang yang mengatakan hal itu adalah Muhammad yang mendakwahkan bahwa dia menerima wahyu dari Tuhannya. Mereka menganggap bahwa ini adalah suatu peluang besar bagi mereka untuk mempengaruhi pendapat umum dan mendiskreditkan Nabi serta mengatakan bahwa dia telah gila atau mengada-adakan suatu kebohongan besar terhadap Allah dengan mengatakan bahwa berita itu adalah wahyu yang diturunkan kepadanya.

Mungkin kebanyakan orang awam akan terpengaruh oleh cemoohan dan olok-olok itu sehingga mereka memandang rendah dan hina terhadap Nabi. Oleh sebab itu, Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat akan mendapat siksaan dan berada dalam kesesatan yang nyata.

Mereka akan mendapat siksaan baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia mereka akan menjadi orang-orang yang sesat di tengah perjalanan hidupnya, tidak mengetahui arah yang akan dituju, serta selalu dalam kegelisahan dan keragu-raguan.

Orang-orang yang tidak mempunyai akidah dan tidak percaya kepada keadilan Allah dan hari akhirat akan selalu terombang-ambing dalam kebingungan. Ia tidak mempunyai harapan untuk mendapat keadilan Allah karena apa yang ditemui dan dilihatnya di dunia ini penuh dengan kepincangan dan kezaliman.

Orang yang lemah menjadi mangsa bagi yang kuat. Sedangkan orang-orang yang beriman yang percaya sepenuhnya akan keadilan Allah dan adanya perhitungan perbuatan manusia di akhirat nanti, tentu akan yakin sepenuhnya bahwa bila ia teraniaya, Allah akan membalas orang yang menganiayanya dengan balasan yang setimpal. Kalau tidak di dunia ini, di akhirat nanti pasti pembalasan itu akan terlaksana.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Bahkan di akhirat nanti Allah akan memberi balasan yang berlipat ganda atas kesabaran dan ketawakalannya. Kepercayaan kepada adanya hari akhirat adalah suatu rahmat bagi seorang hamba Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Dengan maksud mencemooh berita tentang hari kebangkitan, orang-orang kafir itu saling mengatakan, “Maukah kalian kutunjukkan pada orang yang mengatakan bahwa jika kalian mati dan jasad kalian telah dicerai-beraikan sehancur-hancurnya, kalian akan dibangkitkan dan hidup kembali seperti sediakala?

Surah Saba Ayat 8
أَفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَم بِهِۦ جِنَّةٌۢ بَلِ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡءَاخِرَةِ فِى ٱلۡعَذَابِ وَٱلضَّلَٰلِ ٱلۡبَعِيدِ

Terjemahan: “Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila?” (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.

Tafsir Jalalain: أَفۡتَرَىٰ (Apakah dia mengada-adakan) lafal Aftaraa pada asalnya adalah A-iftaraa, kemudian Hamzah Washalnya tidak dibutuhkan lagi karena Hamzah Istifham sudah difathahkan, sehingga menjadi Aftaraa عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا (kebohongan terhadap Allah) dalam hal tersebut أَم بِهِۦ جِنَّةٌۢ (ataukah ada padanya penyakit gila?) yakni gangguan pada otaknya hingga ia mengkhayal yang bukan-bukan.

Maka, Allah berfirman menyanggah mereka, بَلِ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡءَاخِرَةِ (“Tidak, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat) yang di dalamnya terdapat hari berbangkit dan azab pembalasan ٱلۡعَذَابِ (berada dalam siksaan) di akhirat nanti وَٱلضَّلَٰلِ ٱلۡبَعِيدِ (dan kesesatan yang jauh.) dari kebenaran dalam kehidupan dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: Dalam pemberitaan mereka itu tidak lepas dari dua kemungkinan: mungkin dia sengaja berdusta atas nama Allah, bahwa dia telah diberi wahyu. Atau kemungkinan kedua, dia tidak sengaja berdusta, tetapi karena sambet sebagaimana orang yang kesurupan atau orang gila. Untuk itu mereka berkata:

أَفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَم بِهِۦ جِنَّةٌۢ (“Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, ataukah ada padanya penyakit gila?”) Allah berfirman menjawab tuduhan mereka: بَلِ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡءَاخِرَةِ فِى ٱلۡعَذَابِ وَٱلضَّلَٰلِ ٱلۡبَعِيدِ (“[tidak], tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.”) urusannya tidak seperti yang mereka duga dan bukan pula sebagaimana yang mereka tuduhkan. Akan tetapi Muhammad adalah jujur, berbakti dan pemberi petunjuk yang membawa kebenaran. Sedangkan mereka adalah pendusta, bodoh dan dungu.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap terjadinya hari kebangkitan dan bagaimana hebatnya cemoohan dan olok-olok mereka terhadap Nabi Muhammad yang memberitakannya.

Mereka saling bertanya tentang seorang laki-laki yang mengatakan bahwa apabila mereka telah mati dan dikuburkan kemudian tubuh dan tulang-belulang mereka telah hancur luluh, sesudah itu akan hidup kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.

Orang yang mengatakan hal itu adalah Muhammad yang mendakwahkan bahwa dia menerima wahyu dari Tuhannya. Mereka menganggap bahwa ini adalah suatu peluang besar bagi mereka untuk mempengaruhi pendapat umum dan mendiskreditkan Nabi serta mengatakan bahwa dia telah gila atau mengada-adakan suatu kebohongan besar terhadap Allah dengan mengatakan bahwa berita itu adalah wahyu yang diturunkan kepadanya.

Mungkin kebanyakan orang awam akan terpengaruh oleh cemoohan dan olok-olok itu sehingga mereka memandang rendah dan hina terhadap Nabi. Oleh sebab itu, Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat akan mendapat siksaan dan berada dalam kesesatan yang nyata.

Mereka akan mendapat siksaan baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia mereka akan menjadi orang-orang yang sesat di tengah perjalanan hidupnya, tidak mengetahui arah yang akan dituju, serta selalu dalam kegelisahan dan keragu-raguan.

Orang-orang yang tidak mempunyai akidah dan tidak percaya kepada keadilan Allah dan hari akhirat akan selalu terombang-ambing dalam kebingungan. Ia tidak mempunyai harapan untuk mendapat keadilan Allah karena apa yang ditemui dan dilihatnya di dunia ini penuh dengan kepincangan dan kezaliman.

Baca Juga:  Surah At-Thalaq Ayat 6-7; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Orang yang lemah menjadi mangsa bagi yang kuat. Sedangkan orang-orang yang beriman yang percaya sepenuhnya akan keadilan Allah dan adanya perhitungan perbuatan manusia di akhirat nanti, tentu akan yakin sepenuhnya bahwa bila ia teraniaya, Allah akan membalas orang yang menganiayanya dengan balasan yang setimpal. Kalau tidak di dunia ini, di akhirat nanti pasti pembalasan itu akan terlaksana.

Bahkan di akhirat nanti Allah akan memberi balasan yang berlipat ganda atas kesabaran dan ketawakalannya. Kepercayaan kepada adanya hari akhirat adalah suatu rahmat bagi seorang hamba Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Orang itu membuat-buat kebohongan dengan mengatakan bahwa Allah kelak akan membangkitkan kembali semua makhluk yang telah mati. Jika tidak, bukankah ia telah menjadi orang gila yang mengatakan sesuatu di luar kesadaran?” Persoalannya tidaklah seperti yang mereka tuduhkan. Akan tetapi sebenarnya orang-orang yang tidak beriman pada hari akhir akan terjerumus ke dalam siksa dan terperangkap dalam jurang kesesatan yang teramat jauh dari kebenaran.

Surah Saba Ayat 9
أَفَلَمۡ يَرَوۡاْ إِلَىٰ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ إِن نَّشَأۡ نَخۡسِفۡ بِهِمُ ٱلۡأَرۡضَ أَوۡ نُسۡقِطۡ عَلَيۡهِمۡ كِسَفًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّكُلِّ عَبۡدٍ مُّنِيبٍ

Terjemahan: “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).

Tafsir Jalalain: أَفَلَمۡ يَرَوۡاْ (Maka, apakah mereka tidak melihat) tidak memperhatikan إِلَىٰ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُم (kepada apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka) maksudnya apa yang ada di atas dan di bawah mereka مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ إِن نَّشَأۡ نَخۡسِفۡ بِهِمُ ٱلۡأَرۡضَ أَوۡ نُسۡقِطۡ عَلَيۡهِمۡ كِسَفًا (yaitu langit dan bumi? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan) dapat dibaca Kisfan atau Kisafan artinya gumpalan-gumpalan مِّنَ ٱلسَّمَآءِ (dari langit) menurut qiraat yang lain lafal Nasya’, Nakhsif, dan Nusqith dibaca Yasya’, Yakhsif dan Yusqith.

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ (Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal-hal yang terlihat itu لَءَايَةً لِّكُلِّ عَبۡدٍ مُّنِيبٍ (benar-benar terdapat tanda bagi setiap hamba yang kembali.”) kepada Rabbnya, yaitu tanda yang menunjukkan akan kekuasaan Allah yang mampu membangkitkan hidup kembali dan menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: أَفَلَمۡ يَرَوۡاْ إِلَىٰ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ (“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka.”) yaitu kemana saja mereka mengarah dan menuju, maka langit menaungi mereka dan bumi berada di bawah mereka, sebagaimana Allah berfirman: yang artinya (“Dan langit itu Kami bangun. Dan bumi itu Kami haparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan [adalah Kami].”)(adz-Dzaariyaat: 47-48)

‘Abd bin Humaid berkata: “Abdurrazzaq bercerita kepada kami dari Ma’mar, dari Qatadah, أَفَلَمۡ يَرَوۡاْ إِلَىٰ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ (“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka.”) ia mengatakan:

“Sesungguhnya jika engkau memandang ke arah kananmu atau ke kirimu atau ke hadapanmu atau ke belakangmu niscaya engkau melihat langit dan bumi.”

Firman Allah: إِن نَّشَأۡ نَخۡسِفۡ بِهِمُ ٱلۡأَرۡضَ أَوۡ نُسۡقِطۡ عَلَيۡهِمۡ كِسَفًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ (“Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka ke bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit.”) yaitu seandainya Kami menghendaki, niscaya Kami akan lakukan hal itu kepada mereka disebabkan kedzaliman mereka dan Kami mampu untuk mengadzab mereka, akan tetapi Kami menangguhkan hal tersebut karena kesabaran dan kelembutan Kami.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 12-13; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kemudian Dia berfirman: إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّكُلِّ عَبۡدٍ مُّنِيبٍ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda [kekuasaan Rabb] bagi setiap hamba yang kembali [kepada-Nya].”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah memberikan peringatan kepada orang-orang yang tidak percaya akan terjadinya hari Kiamat dan menyuruh mereka memperhatikan kejadian-kejadian alam yang mereka saksikan sendiri.

Betapa banyaknya bencana alam yang terjadi di beberapa negeri seperti gempa dahsyat yang menghancurkan bangunan, menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang tak ternilai, banjir besar yang menghanyutkan rumah, manusia, binatang, dan tanaman.

Menurut kajian ilmiah, karena langit berbentuk bola, maka di mana pun manusia menginjak bumi maka langit akan selalu berada di depan dan di belakangnya, serta di atas dan di bawahnya. Penggalan ayat ini juga menunjukkan bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Gumpalan dari langit dapat ditafsirkan sebagai pecahan benda langit (planet, bintang, komet, dan lain-lain) setelah mengalami benturan satu sama lain. Pecahan-pecahan ini dikenal dengan nama asteroid, meteorit, dan lain sebagainya.

Setiap hari permukaan bumi dihujani oleh bom-bom batuan pecahan, yang bisa mengakibatkan kerusakan bumi dan penghuninya. Karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Ia melindungi bumi dengan pelindung berupa lapisan udara yang disebut atmosfer.

Lapisan udara itu bagaikan rem yang meredam gerakan bom-bom ini dengan gesekan yang terjadi pada saat bersinggungan dengan asteroid atau meteorit. Bahkan bisa langsung memusnahkannya karena asteroid atau meteorit hancur atau terbakar habis akibat panas yang ditimbulkan oleh gesekan dengan atmosfer bumi.

Perisai pelindung lain adalah lapisan ozon, medan magnit bumi yang mengerem pecahan-pecahan yang bermuatan. Jika lapisan ozon ini terkoyak karena pencemaran udara, pecahan benda langit itu akan jatuh menghunjam ke bumi, dan bisa saja menimpa manusia atau membenamkannya ke permukaan bumi.

Sejarah mencatat bagaimana Allah menghancurkan beberapa umat terdahulu, dan sisa peninggalan mereka masih dapat dilihat sampai sekarang. Apakah semua ini tidak menginsafkan mereka bahwa bila Allah menghendaki, Ia dapat membenamkan negeri mereka ke dalam tanah, dan dapat pula mengirimkan benda langit seperti meteor atau planet, untuk membentur bumi, dan dengan demikian terjadilah malapetaka yang tidak dapat dibayangkan bagaimana dahsyatnya.

Tidakkah mereka mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian alam itu atau dari kejadian yang tertulis dalam sejarah dan sisa-sisa peninggalan yang masih dapat mereka saksikan sendiri? Bagi orang yang hatinya disinari cahaya iman, berbagai kejadian itu menambah keimanan mereka dan menjadikan mereka meyakini bahwa Allah Mahakuasa, dan bahwa mereka pada hakikatnya akan kembali kepada Allah Pemilik dan Penguasa langit dan bumi Yang Mahabijaksana dan Mahaadil.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah pandangan mereka buta dan tidak memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi, di dapan dan di belakang mereka agar dapat melihat dengan jelas kekuasaan Kami untuk berbuat segala sesuatu? Jika Kami berkehendak, Kami dapat saja memerintahkan bumi untuk menelan mereka.

Kami sanggup menjatuhkan langit di atas kepala mereka. Apa yang telah Kami terangkan merupakan bukti nyata bagi orang yang mau kembali kepada Tuhan dalam setiap urusan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Saba Ayat 7-9 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S