Pecihitam.org – Kandungan Surah Sad Ayat 12-16 ini, Allah menjelaskan enam kaum yang mendustakan rasul-rasul Allah, serta akibat yang mereka derita, dengan maksud agar menjadi pelajaran bagi kaum musyrik Mekah, sehingga mereka terlepas dari kesesatan, dan mau menerima tuntunan hidayah.
Allah menjelaskan penyebab mereka mendapat siksa dan mengalami kehancuran, yaitu karena umat-umat terdahulu itu mendustakan seruan para rasul Allah, maka sepantasnyalah mereka mendapat siksa dan mengalami kehancuran.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Sad Ayat 12-16
Surah Sad Ayat 12
كَذَّبَتۡ قَبۡلَهُمۡ قَوۡمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَفِرۡعَوۡنُ ذُو ٱلۡأَوۡتَادِ
Terjemahan: Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, ‘Aad, Fir’aun yang mempunyai tentara yang banyak,
Tafsir Jalalain: كَذَّبَتۡ قَبۡلَهُمۡ قَوۡمُ نُوحٍ (Telah mendustakan pula sebelum mereka itu kaum Nuh) lafal Qaum dianggap sebagai muannats karena ditinjau dari segi maknanya وَعَادٌ وَفِرۡعَوۡنُ ذُو ٱلۡأَوۡتَادِ (Ad dan Firaun yang mempunyai patok yang banyak) disebutkan bahwa Firaun selalu mematok atau memasung setiap orang yang menentangnya, lalu kedua kaki dan tangan orang yang menentangnya itu diikatkan pada empat patok, kemudian disiksa. Oleh karenanya ia dijuluki sebagai Dzul Autaad.
Tafsir Ibnu Katsir: كَذَّبَتۡ قَبۡلَهُمۡ قَوۡمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَفِرۡعَوۡنُ ذُو ٱلۡأَوۡتَادِ (Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, ‘Aad, Fir’aun yang mempunyai tentara yang banyak,) Kisah-kisah mereka telah dijelaskan sebelumnya di berbagai tempat.
Tafsir Kemenag: Pada kedua Ayat ini, Allah menjelaskan enam kaum yang mendustakan rasul-rasul Allah, serta akibat yang mereka derita, dengan maksud agar menjadi pelajaran bagi kaum musyrik Mekah, sehingga mereka terlepas dari kesesatan, dan mau menerima tuntunan hidayah. Mereka itu adalah:
Pertama, kaum Nuh yang menuduh Nabi Nuh telah memberikan nasihat dan peringatan yang dibuat-buat. Oleh karena itu, mereka memperolok-olok, bahkan mengatakan bahwa Nabi Nuh gila. Meskipun Nabi Nuh telah berulang kali menyeru kepada mereka dengan lemah-lembut agar mereka beragama tauhid tetapi tantangan mereka tidak berkurang juga, bahkan bertambah-tambah, akhirnya Nabi Nuh berdoa kepada Allah.
Firman Allah: Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur. (Nuh/71: 26-27)
Kaum Nuh tetap mendustakan seruannya, bahkan tenggelam dalam kesesatan. Allah membinasakan mereka dengan perantaraan badai, topan, dan banjir sebagai balasan dari kejahatan yang mereka lakukan. Akan tetapi, Nuh dan pengikut-pengikutnya diselamatkan Allah dari siksaan itu.
Allah berfirman: Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak, yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan) Kami sebagai balasan bagi orang yang telah diingkari (kaumnya). (al-Qamar/54: 11-14)
Kedua, kaum ‘Ad yang mendustakan seruan Hud yang mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan sembahan-sembahan yang mereka persekutukan dengan Allah. Akan tetapi, kaum ‘Ad menentang seruan itu, bahkan mereka memperolok-olokkan Hud dan mengatakannya gila. Itulah sebabnya mereka dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang.
Allah berfirman: Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? (al-haqqah/69: 6-8)
Ketiga, Fir’aun yang mempunyai tentara yang besar. Di samping itu, ia mempunyai tempat penyiksaan khusus guna menyiksa musuh-musuhnya dan bangunan yang tinggi dan kokoh. Allah telah mengutus Musa kepada Fir’aun dan para pengikutnya agar menghentikan kesesatannya dan menyembah Allah Yang Maha Esa.
Kebenaran seruan Musa itu dikuatkan pula dengan mukjizat. Akan tetapi Fir’aun dan para pengikutnya tetap berkeras hati menolak seruan Musa, bahkan bersikap sombong dan menghinanya dengan menyatakan bahwa dialah tuhan yang maha tinggi.
Maka Allah memerintahkan Musa untuk mengungsikan kaumnya agar selamat dari kekejaman Fir’aun. Dengan begitu, selamatlah Musa dan kaum Bani Israil dari pengejaran Fir’aun sedang dia dengan bala tentaranya tenggelam ditelan gelombang laut.
Allah berfirman: Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).” Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.
Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Yunus/10: 90-92)
Makna autad yang lain adalah pasung-pasung yang digunakan Fir’aun untuk menyiksa. Ada juga yang mengatakan bahwa Fir’aun mempunyai istana yang megah dan kokoh.
Keempat, kaum Samud yang mendustakan seruan Nabi Saleh yang diutus untuk mereka. Mereka telah berbuat kesalahan yang melampaui batas. Mereka telah menyembelih unta yang seharus dipelihara. Sebagai balasan atas kedurhakaan mereka, Allah telah menimpakan suara keras yang mengguntur, hingga mereka musnah seperti rumput-rumput kering.
Allah berfirman: Kaum samud pun telah mendustakan peringatan itu. Maka mereka berkata, “Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? Sungguh, kalau begitu kita benar-benar telah sesat dan gila. Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (Saleh) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong.” Kelak mereka akan mengetahui siapa yang sebenarnya sangat pendusta (dan) sombong itu.
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah mereka dan bersabarlah (Saleh). Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa air itu dibagi di antara mereka (dengan unta betina itu); setiap orang berhak mendapat giliran minum.
Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! Kami kirimkan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti batang-batang kering yang lapuk. (al-Qamar/54: 23-31)
Kelima, Nabi Lut juga didustakan kaumnya. Berulang kali dia memperingatkan kaumnya agar bertakwa kepada Allah dan meninggalkan perbuatan keji, melakukan homoseksual, namun mereka tetap tidak menghiraukannya. Allah lalu memerintahkan Lut dan keluarganya meninggalkan Sodom karena mereka akan diazab dengan siksa yang membinasakan.
Allah berfirman: Kaum Lut pun telah mendustakan peringatan itu. Sesungguhnya Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing. (al-Qamar/54: 33-34)
Keenam, A.shhabul Aikah, yang merupakan kaum Nabi Syuaib, juga mendustakan nabinya. Nabi Syuaib mengajak mereka agar menyembah Allah Yang Maha Esa, melarang mempersekutukan-Nya, dan tidak mengurangi timbangan. Akan tetapi, kaumnya bukan saja menolak seruan itu, bahkan mereka bersekutu menentangnya. Itulah sebabnya mereka dibinasakan dengan kilat yang menyambar mereka dalam keadaan gelap gulita.
Allah berfirman: Maka jatuhkanlah kepada kami gumpalan dari langit, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” Dia (Syuaib) berkata, “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Kemudian mereka mendustakannya (Syuaib), lalu mereka ditimpa azab pada hari yang gelap. Sungguh, itulah azab pada hari yang dahsyat. (asy-Syu’ara’/26: 187-189).
Tafsir Quraish Shihab: Sebelum mereka, kaum Nûh, bangsa ‘Ad, Fir’aun yang memiliki gedung-gedung megah dan kuat bagai gunung, demikian pula Tsamûd, kaum Nabi Lûth dan kaum Nabi Syu’aib, pemilik pepohonan yang rindang, semuanya telah mendustakan para rasul. Mereka bersekongkol melawan rasul-rasul mereka seperti halnya kaummu.
Surah Sad Ayat 13
وَثَمُودُ وَقَوۡمُ لُوطٍ وَأَصۡحَٰبُ لۡـَٔيۡكَةِ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡأَحۡزَابُ
Terjemahan: dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul).
Tafsir Jalalain: وَثَمُودُ وَقَوۡمُ لُوطٍ وَأَصۡحَٰبُ لۡـَٔيۡكَةِ (Dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah) yakni penduduk kota Al-Ghidhah, mereka adalah kaum Nabi Syuaib a.s. أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡأَحۡزَابُ (Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu menentang rasul-rasul).
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أُوْلَٰٓئِكَ ٱلۡأَحۡزَابُ (“Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu [menentang para Rasul].”) yaitu, mereka lebih banyak daripada kalian, lebih kuat dan harta serta anak mereka lebih banyak. Semua itu tidak dapat membela mereka dari adzab Allah sedikitpun ketika perintah Allah itu telah tiba.
Tafsir Kemenag: Pada kedua Ayat ini, Allah menjelaskan enam kaum yang mendustakan rasul-rasul Allah, serta akibat yang mereka derita, dengan maksud agar menjadi pelajaran bagi kaum musyrik Mekah, sehingga mereka terlepas dari kesesatan, dan mau menerima tuntunan hidayah. Mereka itu adalah:
Pertama, kaum Nuh yang menuduh Nabi Nuh telah memberikan nasihat dan peringatan yang dibuat-buat. Oleh karena itu, mereka memperolok-olok, bahkan mengatakan bahwa Nabi Nuh gila. Meskipun Nabi Nuh telah berulang kali menyeru kepada mereka dengan lemah-lembut agar mereka beragama tauhid tetapi tantangan mereka tidak berkurang juga, bahkan bertambah-tambah, akhirnya Nabi Nuh berdoa kepada Allah.
Firman Allah: Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur. (Nuh/71: 26-27)
Kaum Nuh tetap mendustakan seruannya, bahkan tenggelam dalam kesesatan. Allah membinasakan mereka dengan perantaraan badai, topan, dan banjir sebagai balasan dari kejahatan yang mereka lakukan. Akan tetapi, Nuh dan pengikut-pengikutnya diselamatkan Allah dari siksaan itu.
Allah berfirman: Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak, yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan) Kami sebagai balasan bagi orang yang telah diingkari (kaumnya). (al-Qamar/54: 11-14)
Kedua, kaum ‘Ad yang mendustakan seruan Hud yang mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan sembahan-sembahan yang mereka persekutukan dengan Allah. Akan tetapi, kaum ‘Ad menentang seruan itu, bahkan mereka memperolok-olokkan Hud dan mengatakannya gila. Itulah sebabnya mereka dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang.
Allah berfirman: Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? (al-haqqah/69: 6-8)
Ketiga, Fir’aun yang mempunyai tentara yang besar. Di samping itu, ia mempunyai tempat penyiksaan khusus guna menyiksa musuh-musuhnya dan bangunan yang tinggi dan kokoh. Allah telah mengutus Musa kepada Fir’aun dan para pengikutnya agar menghentikan kesesatannya dan menyembah Allah Yang Maha Esa.
Kebenaran seruan Musa itu dikuatkan pula dengan mukjizat. Akan tetapi Fir’aun dan para pengikutnya tetap berkeras hati menolak seruan Musa, bahkan bersikap sombong dan menghinanya dengan menyatakan bahwa dialah tuhan yang maha tinggi.
Maka Allah memerintahkan Musa untuk mengungsikan kaumnya agar selamat dari kekejaman Fir’aun. Dengan begitu, selamatlah Musa dan kaum Bani Israil dari pengejaran Fir’aun sedang dia dengan bala tentaranya tenggelam ditelan gelombang laut.
Allah berfirman: Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).” Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.
Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Yunus/10: 90-92)
Makna autad yang lain adalah pasung-pasung yang digunakan Fir’aun untuk menyiksa. Ada juga yang mengatakan bahwa Fir’aun mempunyai istana yang megah dan kokoh.
Keempat, kaum Samud yang mendustakan seruan Nabi Saleh yang diutus untuk mereka. Mereka telah berbuat kesalahan yang melampaui batas. Mereka telah menyembelih unta yang seharus dipelihara. Sebagai balasan atas kedurhakaan mereka, Allah telah menimpakan suara keras yang mengguntur, hingga mereka musnah seperti rumput-rumput kering.
Allah berfirman: Kaum samud pun telah mendustakan peringatan itu. Maka mereka berkata, “Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? Sungguh, kalau begitu kita benar-benar telah sesat dan gila. Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (Saleh) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong.” Kelak mereka akan mengetahui siapa yang sebenarnya sangat pendusta (dan) sombong itu.
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah mereka dan bersabarlah (Saleh). Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa air itu dibagi di antara mereka (dengan unta betina itu); setiap orang berhak mendapat giliran minum.
Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! Kami kirimkan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti batang-batang kering yang lapuk. (al-Qamar/54: 23-31)
Kelima, Nabi Lut juga didustakan kaumnya. Berulang kali dia memperingatkan kaumnya agar bertakwa kepada Allah dan meninggalkan perbuatan keji, melakukan homoseksual, namun mereka tetap tidak menghiraukannya. Allah lalu memerintahkan Lut dan keluarganya meninggalkan Sodom karena mereka akan diazab dengan siksa yang membinasakan.
Allah berfirman: Kaum Lut pun telah mendustakan peringatan itu. Sesungguhnya Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing. (al-Qamar/54: 33-34)
Keenam, A.shhabul Aikah, yang merupakan kaum Nabi Syuaib, juga mendustakan nabinya. Nabi Syuaib mengajak mereka agar menyembah Allah Yang Maha Esa, melarang mempersekutukan-Nya, dan tidak mengurangi timbangan. Akan tetapi, kaumnya bukan saja menolak seruan itu, bahkan mereka bersekutu menentangnya. Itulah sebabnya mereka dibinasakan dengan kilat yang menyambar mereka dalam keadaan gelap gulita.
Allah berfirman:Maka jatuhkanlah kepada kami gumpalan dari langit, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” Dia (Syuaib) berkata, “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Kemudian mereka mendustakannya (Syuaib), lalu mereka ditimpa azab pada hari yang gelap. Sungguh, itulah azab pada hari yang dahsyat. (asy-Syu’ara’/26: 187-189).
Tafsir Quraish Shihab: Sebelum mereka, kaum Nûh, bangsa ‘Ad, Fir’aun yang memiliki gedung-gedung megah dan kuat bagai gunung, demikian pula Tsamûd, kaum Nabi Lûth dan kaum Nabi Syu’aib, pemilik pepohonan yang rindang, semuanya telah mendustakan para rasul. Mereka bersekongkol melawan rasul-rasul mereka seperti halnya kaummu.
Surah Sad Ayat 14
إِن كُلٌّ إِلَّا كَذَّبَ ٱلرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ
Terjemahan: Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku.
Tafsir Jalalain: إِن (Tidak lain) tiada lain كُلٌّ (semuanya) artinya masing-masing dari golongan-golongan yang bersekutu itu إِلَّا كَذَّبَ ٱلرُّسُلَ (hanyalah mendustakan rasul-rasul) karena mereka telah mendustakan salah seorang dari rasul-rasul itu, ini berarti sama saja dengan mendustakan semua rasul-rasul, karena sesungguhnya seruan dan ajaran mereka satu, yaitu menyeru kepada ajaran tauhid فَحَقَّ (maka pastilah) wajiblah bagi mereka عِقَابِ (azab-Ku).
Tafsir Ibnu Katsir: إِن كُلٌّ إِلَّا كَذَّبَ ٱلرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ (“Mereka semua tidak lain hanyalah mendustakan para Rasul, maka pastilah [bagi mereka] adzab-Ku.”) Dia menjadikan alasan membinasakan mereka karena mereka mendustakan para Rasul. Maka hendaklah orang-orang yang diajak bicara benar-benar waspada terhadap hal tersebut.
Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan penyebab mereka mendapat siksa dan mengalami kehancuran, yaitu karena umat-umat terdahulu itu mendustakan seruan para rasul Allah, maka sepantasnyalah mereka mendapat siksa dan mengalami kehancuran.
Kisah-kisah umat yang lalu itu dikemukakan kepada kaum musyrik Mekah, sebagai peringatan agar mereka insaf dan mau mengubah sikap yang mendustakan seruan Rasul dan sebaliknya menjadi umat yang taat dan menerima seruannya.
Kisah itu juga menjadi hiburan dan dorongan kepada kaum Mukminin agar tabah menghadapi siksaan dan penghinaan musuh-musuh Allah, musuh itu menjadi teladan bagi mereka bahwa perjuangan membela agama tauhid tentu mendapat pertolongan dari Allah dan pasti berakhir dengan kemenangan.
Tafsir Quraish Shihab: Masing-masing mereka telah mendustakan rasulnya. Maka mereka berhak menerima siksa-Ku.
Surah Sad Ayat 15
وَمَا يَنظُرُ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا صَيۡحَةً وَٰحِدَةً مَّا لَهَا مِن فَوَاقٍ
Terjemahan: Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang.
Tafsir Jalalain: وَمَا يَنظُرُ (Tiadalah yang ditunggu-tunggu) yang dinantikan هَٰٓؤُلَآءِ (oleh mereka) oleh orang-orang kafir Mekah. إِلَّا صَيۡحَةً وَٰحِدَةً (melainkan hanya satu teriakan) yaitu tiupan sangkakala untuk kiamat yang saat itu mereka ditimpa oleh azab مَّا لَهَا مِن فَوَاقٍ (yang tidak ada bagi mereka saat berselang) maksudnya, sesudah itu tidak akan ada saat hidup kembali seperti di dunia. Lafal Fawaaqin dapat pula dibaca Fuwaaqin.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَا يَنظُرُ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا صَيۡحَةً وَٰحِدَةً مَّا لَهَا مِن فَوَاقٍ (“Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanyalah satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang.”) Malik berkata dari Zaid bin Aslam: “Yaitu, tidak ada lagi waktu kedua.”
Hal ini berarti mereka tidak menunggu apa-apa lagi, kecuali hari kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba. Lalu datanglah tanda-tandanya, yaitu sudah mendekat, menghampiri dan muncul. Teriakan itu adalah tiupan kematian yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada Israfil untuk memanjangkannya. Maka tidak ada lagi yang tersisa di antara penghuni langit dan bumi melainkan akan mati, kecuali siapa yang dikecualikan oleh Allah swt.
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah mengancam kaum musyrik Mekah yang tidak mau mengubah keingkarannya kepada Rasul, dengan ancaman berupa teriakan yang amat keras dan cepat, sebagai tanda datangnya hari Kiamat yang membinasakan. Pada saat itu, mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengelakkan diri dari kebinasaan yang datang secara tiba-tiba dan tidak berselang sesaat pun.
Tafsir Quraish Shihab: Mereka yang mendustakan para rasul itu hanya menunggu satu teriakan keras yang tidak perlu diulang.
Surah Sad Ayat 16
وَقَالُواْ رَبَّنَا عَجِّل لَّنَا قِطَّنَا قَبۡلَ يَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ
Terjemahan: Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab”.
Tafsir Jalalain: وَقَالُواْ (Dan mereka berkata) sewaktu Allah menurunkan firman-Nya, “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya…” (Q.S. Al-Haqqah, 19) رَبَّنَا عَجِّل لَّنَا قِطَّنَا (“Ya Rabb kami! Segerakanlah untuk kami catatan amal kami) yakni kitab catatan amal kami قَبۡلَ يَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ (sebelum hari berhisab”) mereka mengatakan hal ini dengan nada yang sinis dan mengejek.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَقَالُواْ رَبَّنَا عَجِّل لَّنَا قِطَّنَا قَبۡلَ يَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ (“Dan mereka berkata: ‘Ya Rabb kami, cepatkanlah untuk kami adzab kami yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab.’”) ini merupakan pengingkaran dari Allah Ta’ala kepada orang-orang musyrik yang meminta agar adzab segera ditimpakan kepada diri mereka. Karena al-Qithth adalah al-Kitab, dan pendapat lain mengatakan, bahwa dia adalah bagian dan nasib.
Ibnu ‘Abbas, Mujahid, adh-Dhahhak, al-Hasan dan lain-lain berkata: “Mereka meminta disegerakan adzab.” Pendapat lain mengatakan: “Mereka meminta disegerakannya bagian mereka berupa surga jika telah ada, agar mereka mendapatkannya di dunia. Semua itu muncul dari mereka karena mereka menganggapnya mustahil dan mereka mendustakannya.”
Ibnu Jarir berkata: “Mereka meminta disegerakannya hak kebaikan dan keburukan yang harus mereka terima di dunia.” Apa yang dikatakanya ini adalah pendapat yang amat baik dan inti dari perkataan adh-Dhahhak dan Isma’il bin Abi Khalid. wallaaHu a’lam. Karena kata-kata ini muncul dari mereka sebagai bentuk ejekan dan anggapan mustahil, maka Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya saw. dengan memerintahkannya untukk bersabar atas tindakan mereka yang menyakitkan itu, dan memberinya kabar gembira dengan mendapatkan kesudahan yang baik, pertolongan dan kemenangan atas kesabarannya itu.
Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah mengungkapkan keingkaran orang-orang kafir Mekah terhadap azab yang diancamkan kepada mereka. Mereka memperolok-olokkan Rasulullah setelah mendengar bahwa azab yang diancamkan kepada mereka itu ialah azab di hari Kiamat. Mereka meminta kepada Allah agar azab yang diancamkan kepada mereka itu dipercepat datangnya dan tidak perlu ditunggu hingga hari perhitungan tiba.
Allah berfirman: Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (al-Anfal/8: 32)
Menurut riwAyat Imam an-Nasa’i dari Ibnu ‘Abbas, bahwa orang yang meminta agar siksa Allah disegerakan datangnya itu ialah an-Nadhir bin al-harits bin ‘Alaqah bin Kaladah. An-Nadhir mati terbunuh dalam perang Badar.
Yang dimaksud dengan hari perhitungan ialah hari diperiksanya setiap amal seseorang, dengan pemeriksaan yang teliti agar mendapat balasan yang sesuai dengan amalnya. Terjadinya hari perhitungan itu didahului oleh teriakan keras yang membinasakan seluruh kehidupan pada hari Kiamat.
Tafsir Quraish Shihab: Dengan mencibir, orang-orang kafir mengatakan, “Ya Tuhan kami, segerakanlah siksa kami sebelum datang hari pembalasan.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Sad Ayat 12-16 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020