Pecihitam.org – Kandungan Surah Sad Ayat 17-20 ini, mengemukakan Allah memerintahkan kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya agar tetap bersabar menghadapi apa saja yang dikatakan oleh kaum musyrikin, meskipun perkataan itu merupakan hinaan dan pendustaan. Hal serupa itu tidak saja menimpa Rasulullah dan para pengikutnya, akan tetapi juga menimpa nabi-nabi yang diutus sebelumnya.
Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar mengingatkan kaumnya akan kisah Nabi Daud yang memiliki kekuatan. Dimaksud kekuatan pada Ayat ini ialah kekuatan dalam menaati Allah dan kekuatan dalam memahami agama.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Sad Ayat 17-20
Surah Sad Ayat 17
ٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَا دَاوُۥدَ ذَا ٱلۡأَيۡدِ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ
Terjemahan: Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).
Tafsir Jalalain: Allah swt. berfirman, ٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَا دَاوُۥدَ ذَا ٱلۡأَيۡدِ (“Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan) dalam beribadah; tersebutlah bahwa dia sepanjang tahun selalu berpuasa sehari dan berbuka sehari; bangun pada tengah malam untuk melakukan salat, kemudian tidur selama sepertiga malam dan seperenam malam harinya lagi ia gunakan untuk salat إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ (sesungguhnya dia amat taat) yakni selalu mengerjakan hal-hal yang menjadi keridaan Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala menceritakan tentang seorang hamba dan Rasul-Nya Dawud as. yang memiliki kekuatan. “Al aidi” adalah kekuatan dalam ilmu dan amal. Ibnu ‘Abbas ra. as-Suddi dan Ibnu Zaid berkata: “Al aidi adalah kekuatan.” Qatadah berkata: “Dawud as. diberikan kekuatan dalam beribadah dan pemahaman dalam Islam.”
Di dalam Shahihain dinyatakan, bahwa Rasulullah bersabda: “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Dawud. Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud. Beliau tidur setengah malam, bangung sepertiganya dan tidur seperempatnya. Beliau puasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau tidak lari jika berjumpa musuh. Dan sesungguhnya beliau adalah orang yang awwab [orang yang segera kembali kepada Allah dalam seluruh perkara dan keadaan].”
Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya agar tetap bersabar menghadapi apa saja yang dikatakan oleh kaum musyrikin, meskipun perkataan itu merupakan hinaan dan pendustaan. Hal serupa itu tidak saja menimpa Rasulullah dan para pengikutnya, akan tetapi juga menimpa nabi-nabi yang diutus sebelumnya.
Bagi orang-orang yang beriman, pengingkaran dan penganiayaan yang datang dari pihak musuh-musuh Allah, tidaklah mengurangi semangat perjuangan mereka dalam menegakkan agama tauhid, bahkan menjadi pendorong untuk tetap mempertahankan kebenaran tauhid dan tetap berjuang menghancurkan kemusyrikan.
Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar mengingatkan kaumnya akan kisah Nabi Daud yang memiliki kekuatan. Dimaksud kekuatan pada Ayat ini ialah kekuatan dalam menaati Allah dan kekuatan dalam memahami agama.
Ketaatan kepada Allah dan pengetahuannya terhadap agama tergambar pada tindakannya yang selalu berjuang untuk melaksanakan amanat, menyebarluaskan seruan menganut agama tauhid, tanpa menampakkan kelemahan sedikit pun.
Nabi Daud terkenal sebagai nabi yang paling kuat beribadah. Ia menggunakan waktunya sepertiga malam untuk salat, dan selang sehari ia berpuasa. Mengenai ketaatan Daud kepada Tuhannya lebih jauh dijelaskan dalam beberapa hadis sebagai berikut:
Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Dia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Salat yang paling dicintai Allah Ta’ala ialah salat Daud, Dia tidur separuh malam, dan melakukan salat sepertiganya, lalu tidur lagi seperenamnya. (RiwAyat A.hmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa’i dari Ibnu ‘Umar)
Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa Nabi Daud dalam segala urusan selalu mengembalikannya kepada Allah. Apabila ia merasa bersalah, atau terlintas dalam hatinya ada kesalahan pada dirinya, maka ia selalu meminta ampun kepada Allah.
Imam al-hakim meriwAyatkan dari Abu ad-Darda’ yang menyatakan: Apabila Nabi (Muhammad) saw menyebutkan Nabi Daud atau membicarakannya, maka beliau memberikan sifat bahwa ia adalah manusia yang paling banyak ibadahnya.
Imam adh-ailami meriwAyatkan dari Ibnu ‘Umar yang menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak patut bagi seseorang mengatakan bahwa saya lebih banyak beribadah dari Nabi Daud.
RiwAyat-riwayat tersebut menunjukkan bahwa Nabi Daud adalah nabi yang amat taat kepada Allah, sebagaimana ditegaskan oleh Allah pada akhir Ayat ini.
Tafsir Quraish Shihab: Bersabarlah, hai Muhammad, atas apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik kepadamu. Ingatlah hamba Kami, Dâwûd, yang memiliki kekuatan agama dan dunia. Sesungguhnya dia selalu kembali kepada Allah dalam setiap keadaan.
Surah Sad Ayat 18
إِنَّا سَخَّرۡنَا ٱلۡجِبَالَ مَعَهُۥ يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ
Terjemahan: Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi,
Tafsir Jalalain: إِنَّا سَخَّرۡنَا ٱلۡجِبَالَ مَعَهُۥ يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ (Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia di waktu petang) di waktu salat Isyak وَٱلۡإِشۡرَاقِ (dan pagi) di waktu salat Duha, yaitu di waktu matahari mencapai sepenggalah.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِنَّا سَخَّرۡنَا ٱلۡجِبَالَ مَعَهُۥ يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ (“Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya [Dawud] di waktu petang dan pagi.”) yaitu bahwasannya Allah Ta’ala menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya ketika terbit matahari dan di akhir siang. Sebagaimana firman Allah:
يَٰجِبَالُ أَوِّبِى مَعَهُۥ وَٱلطَّيۡرَ (“Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud.”) (Saba’: 10) demikian pula dengan burung-burung yang bertasbih bersama tasbihnya, dan bersenandung dengan senandungnya. Jika burung yang terbang di udara melewati beliau yang sedang menyenandung Zabur lalu dia mendengarnya, maka dia tidak mau pergi, dia tetap berada di udara dan bertasbih bersamanya. Sedangkan gunung-gunung yang kokoh ikut serta bersenandung dan bertasbih bersamanya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah sampai berita kepada Ibnu ‘Abbas, Ummu Hani menceritakan, pada saat Fat-h [pembebasan] Makkah, Rasulullah saw. melakukan shalat Dluha delapan rakaat. Lalu Ibnu ‘Abbas berkata: “Aku mengira bahwa pada saat ini ada waktu shalat, Allah swt. berfirman: يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ (“Untuk bertasbih bersamanya [Dawud] di waktu petang dan pagi.”)
Kemudian dia meriwayatkan hadits dari Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Abul Mutawakkil, dari Ayyub bin Shafwan, dari maulanya ‘Abdullah bin al-Harits bin Naufal, bahwa Ibnu ‘Abbas ra. tidak melakukan shalaat dluha, dia berkata: “Aku membawanya masuk menemui Ummu Hani, lalu aku berkata: ‘Beritahukanlah orang ini apa yang telah engkau kabarkan kepadaku.’ Dia berkata: ‘Pada fathu Makkah, Rasulullah saw. masuk menemuiku di rumahku. Kemudian beliau memerintahkan agar mengambil air yang dituangkan di sebuah bejana.
Kemudian beliau meminta sehelai kain untuk menghalangi antara aku dengannya, lalu beliau mandi. Kemudian, beliau membersihkan bagian sudut rumah. Lalu beliau shalat delapan rakaat, dan itu termasuk shalat dluha, yaitu berdiri, rukuk, sujud dan duduknya hampir sama.’” Lalu Ibnu ‘Abbas ra. keluar sambil berkata: “Aku telah membaca Ayat-Ayat yang berada di antara dua lauh, aku tidak mengenal shalat dluha kecuali sekarang ini.
يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ (“Untuk bertasbih bersamanya [Dawud] di waktu petang dan pagi.”). Dahulu aku mengatakan: “Mana dalil shalat isyraq?” lalu sekarang dia berpendapat adanya shalat isyraq.
Tafsir Kemenag: Di dalam Ayat-Ayat ini, Allah menyebutkan beberapa kenikmatan yang telah diberikan kepada Daud.
Pertama, bahwa Allah telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama-sama Daud di waktu petang dan pagi. Ungkapan seperti ini mengandung pengertian bahwa Nabi Daud selalu taat beribadah kepada Allah. Dia selalu bertasbih, memuji kebesaran-Nya pagi dan petang.
Allah menyamakan ketaatan Daud ini dengan ketaatan gunung-gunung untuk menunjukkan betapa dalam ketaatan Nabi Daud itu. Adapun tentang ketaatan gunung bertasbih itu adalah dalam kenyataan bahwa gunung-gunung itu mengikuti sunah Allah yang tidak berubah-ubah, yang sudah barang tentu lain dengan taatnya manusia.
Allah berfirman: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. (al-Isra’/17: 44)
Apabila seseorang memperhatikan dengan cermat arti dan kegunaan penciptaan gunung untuk manusia, serta memperhatikan pula fungsinya sebaik-baiknya, maka ia akan mengetahui bahwa gunung itu merupakan salah satu penyebab turunnya hujan, yang memberi kehidupan bagi manusia.
Ia juga sebagai media penyimpan air di musim penghujan, yang dialirkannya di musim kemarau, serta mineral yang dimuntahkannya menjadi penyubur tanah pertanian. Demikian pula dalam perutnya terdapat segala macam barang tambang yang sangat diperlukan untuk kepentingan perlengkapan hidup manusia. Gunung-gunung itu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan tidak pernah keluar dari ketentuan yang berlaku.
Allah selanjutnya menjelaskan bahwa Dia menundukkan pula burung-burung yang selalu bertasbih kepada-Nya bersama Nabi Daud. Ungkapan serupa ini mengandung pengertian betapa indahnya suara Nabi Daud pada saat membaca kitab Zabur, sehingga seolah-olah getaran suaranya dapat menawan burung-burung yang sedang beterbangan di angkasa.
Digambarkan seolah-olah burung-burung yang sedang terbang itu terhenti di udara karena mendengar suara Nabi Daud yang sedang bertasbih, dan ikut pula bertasbih bersama-sama dengannya.
Tasbih burung-burung tidak sama dengan tasbih manusia. Burung-burung mempunyai cara tersendiri di dalam menyatakan keagungan Allah. Sesudah itu Allah menegaskan bahwa masing-masing makhluk yang disebutkan tadi, yaitu gunung dan burung tunduk, takluk dan jinak patuh pada ketentuan Allah untuk kepentingan umat manusia.
Pada Ayat ini terdapat sindiran bagi orang-orang musyrik Mekah, pertama bahwa apabila gunung dan burung yang diciptakan tidak berakal itu selalu menaati ketentuan-ketentuan Allah, maka seharusnyalah mereka yang diciptakan sebagai makhluk yang lebih sempurna dan dilengkapi dengan akal lebih taat kepada hukum-hukum Allah. Apabila terjadi sebaliknya, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak wajar pada diri mereka.
Kedua, Allah telah menguatkan kerajaan Nabi Daud dengan tentara yang banyak, harta kekayaan yang melimpah ruah, pribadi yang sangat disegani, dan kemahiran dalam mengatur siasat perang sehingga selalu meraih kemenangan.
Ketiga, Allah telah menganugerahkan kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah dalam Ayat ini adalah kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam melaksanakan amal perbuatan, serta pemahaman yang tepat.
Di antara ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada Nabi Daud ialah seperti disebutkan dalam firman Allah: ? dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba’/34: 10-11)
Sedang yang dimaksud ketelitiannya dalam melaksanakan amal perbuatan ialah dia tidak mau memulai sesuatu perbuatan, terkecuali ia mengetahui sebab apa dan untuk apa amal perbuatan itu dilakukan.
Keempat, Allah telah menganugerahkan kepadanya kebijakan dalam menyelesaikan perselisihan. Dalam menyelesaikan persengketaan ia selalu memeriksa pihak-pihak berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan jauh dari sifat-sifat berat sebelah, dan bersih dari pengaruh hawa nafsu.
Untuk mencari keyakinan yang sebenar-benarnya yang dapat dijadikan landasan yang tepat dalam memutuskan perkara memerlukan ilmu pengetahuan yang luas, sikap yang lemah-lembut, menguasai persoalan yang dipersengketakan, dan kesabaran yang kuat.
Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung agar manfaat yang terkandung di dalamnya dapat dieksploitasi oleh Dâwûd, dan agar gunung-gunung itu bertasbih bersama Dâwûd menyucikan Allah dari segala bentuk kekurangan pada setiap pagi dan petang.
Surah Sad Ayat 19
وَٱلطَّيۡرَ مَحۡشُورَةً كُلٌّ لَّهُۥٓ أَوَّابٌ
Terjemahan: dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah.
Tafsir Jalalain: وَ (Dan) Kami tundukkan pula ٱلطَّيۡرَ مَحۡشُورَةً (burung-burung dalam keadaan berkumpul) berkumpul untuk bertasbih bersama dengan dia. كُلٌّ (Masing-masing) dari gunung-gunung dan burung-burung itu لَّهُۥٓ أَوَّابٌ (amat taat kepada-Nya) taat bertasbih kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَٱلطَّيۡرَ مَحۡشُورَةً (“Dan [Kami tundukkan pula] burung-burung.”) dalam keadaan tertahan di udara. كُلٌّ لَّهُۥٓ أَوَّابٌ (“Masing-masing amat taat kepada Allah.”) yaitu amat taat bertasbih mengikutinya.
Sa’id bin Jubair, Qatadah, dan Malik berkata dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid: كُلٌّ لَّهُۥٓ أَوَّابٌ (“Masing-masing amat taat kepada Allah.”) yaitu amat patuh.”
Tafsir Kemenag: Di dalam Ayat-Ayat ini, Allah menyebutkan beberapa kenikmatan yang telah diberikan kepada Daud.
Pertama, bahwa Allah telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama-sama Daud di waktu petang dan pagi. Ungkapan seperti ini mengandung pengertian bahwa Nabi Daud selalu taat beribadah kepada Allah. Dia selalu bertasbih, memuji kebesaran-Nya pagi dan petang.
Allah menyamakan ketaatan Daud ini dengan ketaatan gunung-gunung untuk menunjukkan betapa dalam ketaatan Nabi Daud itu. Adapun tentang ketaatan gunung bertasbih itu adalah dalam kenyataan bahwa gunung-gunung itu mengikuti sunah Allah yang tidak berubah-ubah, yang sudah barang tentu lain dengan taatnya manusia.
Allah berfirman: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. (al-Isra’/17: 44)
Apabila seseorang memperhatikan dengan cermat arti dan kegunaan penciptaan gunung untuk manusia, serta memperhatikan pula fungsinya sebaik-baiknya, maka ia akan mengetahui bahwa gunung itu merupakan salah satu penyebab turunnya hujan, yang memberi kehidupan bagi manusia.
Ia juga sebagai media penyimpan air di musim penghujan, yang dialirkannya di musim kemarau, serta mineral yang dimuntahkannya menjadi penyubur tanah pertanian. Demikian pula dalam perutnya terdapat segala macam barang tambang yang sangat diperlukan untuk kepentingan perlengkapan hidup manusia. Gunung-gunung itu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan tidak pernah keluar dari ketentuan yang berlaku.
Allah selanjutnya menjelaskan bahwa Dia menundukkan pula burung-burung yang selalu bertasbih kepada-Nya bersama Nabi Daud. Ungkapan serupa ini mengandung pengertian betapa indahnya suara Nabi Daud pada saat membaca kitab Zabur, sehingga seolah-olah getaran suaranya dapat menawan burung-burung yang sedang beterbangan di angkasa.
Digambarkan seolah-olah burung-burung yang sedang terbang itu terhenti di udara karena mendengar suara Nabi Daud yang sedang bertasbih, dan ikut pula bertasbih bersama-sama dengannya.
Tasbih burung-burung tidak sama dengan tasbih manusia. Burung-burung mempunyai cara tersendiri di dalam menyatakan keagungan Allah. Sesudah itu Allah menegaskan bahwa masing-masing makhluk yang disebutkan tadi, yaitu gunung dan burung tunduk, takluk dan jinak patuh pada ketentuan Allah untuk kepentingan umat manusia.
Pada Ayat ini terdapat sindiran bagi orang-orang musyrik Mekah, pertama bahwa apabila gunung dan burung yang diciptakan tidak berakal itu selalu menaati ketentuan-ketentuan Allah, maka seharusnyalah mereka yang diciptakan sebagai makhluk yang lebih sempurna dan dilengkapi dengan akal lebih taat kepada hukum-hukum Allah. Apabila terjadi sebaliknya, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak wajar pada diri mereka.
Kedua, Allah telah menguatkan kerajaan Nabi Daud dengan tentara yang banyak, harta kekayaan yang melimpah ruah, pribadi yang sangat disegani, dan kemahiran dalam mengatur siasat perang sehingga selalu meraih kemenangan.
Ketiga, Allah telah menganugerahkan kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah dalam Ayat ini adalah kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam melaksanakan amal perbuatan, serta pemahaman yang tepat.
Di antara ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada Nabi Daud ialah seperti disebutkan dalam firman Allah: ? dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba’/34: 10-11)
Sedang yang dimaksud ketelitiannya dalam melaksanakan amal perbuatan ialah dia tidak mau memulai sesuatu perbuatan, terkecuali ia mengetahui sebab apa dan untuk apa amal perbuatan itu dilakukan.
Keempat, Allah telah menganugerahkan kepadanya kebijakan dalam menyelesaikan perselisihan. Dalam menyelesaikan persengketaan ia selalu memeriksa pihak-pihak berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan jauh dari sifat-sifat berat sebelah, dan bersih dari pengaruh hawa nafsu.
Untuk mencari keyakinan yang sebenar-benarnya yang dapat dijadikan landasan yang tepat dalam memutuskan perkara memerlukan ilmu pengetahuan yang luas, sikap yang lemah-lembut, menguasai persoalan yang dipersengketakan, dan kesabaran yang kuat.
Tafsir Quraish Shihab: Kami pun menundukkan burung-burung yang terkumpul dari berbagai jenis dan tempat untuknya. Seluruh burung dan gunung itu tunduk pada kemauan Dâwûd. Dia dapat memanfaatkannya dengan cara yang dia kehendaki untuk kepentingan umum.
Surah Sad Ayat 20
وَشَدَدۡنَا مُلۡكَهُۥ وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحِكۡمَةَ وَفَصۡلَ ٱلۡخِطَابِ
Terjemahan: Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmahdan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
Tafsir Jalalain: وَشَدَدۡنَا مُلۡكَهُۥ (Dan Kami kuatkan kerajaannya) Kami kuatkan kerajaannya itu dengan para penjaga dan bala tentara; dan setiap malam mihrab Nabi Daud selalu dijaga oleh tiga puluh ribu pasukan وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحِكۡمَةَ (dan Kami berikan, kepadanya hikmah) yakni, kenabian dan ketepatan dalam berbagai perkara وَفَصۡلَ ٱلۡخِطَابِ (dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan”) yaitu penjelasan yang memuaskan dalam semua urusan.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَشَدَدۡنَا مُلۡكَهُۥ (“Dan Kami kuatkan kerajaannya.”) yaitu kami jadikan untuknya kerajaan yang sempurna dari seluruh apa yang dibutuhkan oleh para raja. وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحِكۡمَةَ (“Dan Kami berikan kepadanya hikmah.”) Mujahid berkata: “Yaitu pemahaman, akal fikiran dan kepandaian.” Qatadah berkata: “[Yaitu] Kitab Allah dan mengikuti isinya.” As-Suddi berkata: “Alhikmah, yaitu kenabian.”
Dan firman Allah: وَفَصۡلَ ٱلۡخِطَابِ (“Dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.”) Mujahid dan as-Suddi berkata: “Yaitu, kebenaran dan pemahaman tentang keputusan.” Mujahid pun berkata: “Yaitu, ketegasan dalam pembicaraan maupun dalam hukum.” Dan inilah makna yang dimaksud dan dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abi Hatim berkata bahwa Abu Musa al-‘Asy’ari berkata: “Orang yang pertama kali mengucapkan amma ba’du adalah Dawud as. dan itulah fashlul khitab.” Demikian pula yang asy-Sya’bi berkata: “Fashlul khitab adalah [ucapan] amma ba’du.”
Tafsir Kemenag: Di dalam Ayat-Ayat ini, Allah menyebutkan beberapa kenikmatan yang telah diberikan kepada Daud.
Pertama, bahwa Allah telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama-sama Daud di waktu petang dan pagi. Ungkapan seperti ini mengandung pengertian bahwa Nabi Daud selalu taat beribadah kepada Allah. Dia selalu bertasbih, memuji kebesaran-Nya pagi dan petang.
Allah menyamakan ketaatan Daud ini dengan ketaatan gunung-gunung untuk menunjukkan betapa dalam ketaatan Nabi Daud itu. Adapun tentang ketaatan gunung bertasbih itu adalah dalam kenyataan bahwa gunung-gunung itu mengikuti sunah Allah yang tidak berubah-ubah, yang sudah barang tentu lain dengan taatnya manusia.
Allah berfirman: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. (al-Isra’/17: 44)
Apabila seseorang memperhatikan dengan cermat arti dan kegunaan penciptaan gunung untuk manusia, serta memperhatikan pula fungsinya sebaik-baiknya, maka ia akan mengetahui bahwa gunung itu merupakan salah satu penyebab turunnya hujan, yang memberi kehidupan bagi manusia.
Ia juga sebagai media penyimpan air di musim penghujan, yang dialirkannya di musim kemarau, serta mineral yang dimuntahkannya menjadi penyubur tanah pertanian. Demikian pula dalam perutnya terdapat segala macam barang tambang yang sangat diperlukan untuk kepentingan perlengkapan hidup manusia. Gunung-gunung itu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan tidak pernah keluar dari ketentuan yang berlaku.
Allah selanjutnya menjelaskan bahwa Dia menundukkan pula burung-burung yang selalu bertasbih kepada-Nya bersama Nabi Daud. Ungkapan serupa ini mengandung pengertian betapa indahnya suara Nabi Daud pada saat membaca kitab Zabur, sehingga seolah-olah getaran suaranya dapat menawan burung-burung yang sedang beterbangan di angkasa.
Digambarkan seolah-olah burung-burung yang sedang terbang itu terhenti di udara karena mendengar suara Nabi Daud yang sedang bertasbih, dan ikut pula bertasbih bersama-sama dengannya.
Tasbih burung-burung tidak sama dengan tasbih manusia. Burung-burung mempunyai cara tersendiri di dalam menyatakan keagungan Allah. Sesudah itu Allah menegaskan bahwa masing-masing makhluk yang disebutkan tadi, yaitu gunung dan burung tunduk, takluk dan jinak patuh pada ketentuan Allah untuk kepentingan umat manusia.
Pada Ayat ini terdapat sindiran bagi orang-orang musyrik Mekah, pertama bahwa apabila gunung dan burung yang diciptakan tidak berakal itu selalu menaati ketentuan-ketentuan Allah, maka seharusnyalah mereka yang diciptakan sebagai makhluk yang lebih sempurna dan dilengkapi dengan akal lebih taat kepada hukum-hukum Allah. Apabila terjadi sebaliknya, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak wajar pada diri mereka.
Kedua, Allah telah menguatkan kerajaan Nabi Daud dengan tentara yang banyak, harta kekayaan yang melimpah ruah, pribadi yang sangat disegani, dan kemahiran dalam mengatur siasat perang sehingga selalu meraih kemenangan.
Ketiga, Allah telah menganugerahkan kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah dalam Ayat ini adalah kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam melaksanakan amal perbuatan, serta pemahaman yang tepat.
Di antara ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada Nabi Daud ialah seperti disebutkan dalam firman Allah: ? dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba’/34: 10-11)
Sedang yang dimaksud ketelitiannya dalam melaksanakan amal perbuatan ialah dia tidak mau memulai sesuatu perbuatan, terkecuali ia mengetahui sebab apa dan untuk apa amal perbuatan itu dilakukan.
Keempat, Allah telah menganugerahkan kepadanya kebijakan dalam menyelesaikan perselisihan. Dalam menyelesaikan persengketaan ia selalu memeriksa pihak-pihak berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan jauh dari sifat-sifat berat sebelah, dan bersih dari pengaruh hawa nafsu.
Untuk mencari keyakinan yang sebenar-benarnya yang dapat dijadikan landasan yang tepat dalam memutuskan perkara memerlukan ilmu pengetahuan yang luas, sikap yang lemah-lembut, menguasai persoalan yang dipersengketakan, dan kesabaran yang kuat.
Tafsir Quraish Shihab: Kami pun menguatkan kerajaannya. Selain itu, ia Kami berikan kenabian dan kemampuan membedakan antara yang benar dan batil.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Sad Ayat 17-20 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020