Surah Sad Ayat 4-11; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Sad Ayat 4-11

Pecihitam.org – Kandungan Surah Sad Ayat 4-11 ini, mengenai firman Allah swt kepada Nabi Muhammad Saw yang menegaskan bahwa para penentang itu bukan kelompok pertama yang berbuat demikian, tapi kaum-kaum sebelumnya juga melakukan tindakan yang sama terhadap para Nabi dan Rasul Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka pemilik harta dan pemegang kekuasaan merasa dirinya lebih layak sebagai pembawa risalah kebenaran, sehingga tidak bersedia menerima ajaran yang dibawa para Nabi dan Rasul, tidak seperti masyarakat biasa yang relatif mudah menerima kebenaran ajaran ilahi.

Allah swt menegaskan bahwa orang-orang yang menentang kebenaran ilahi karena kesombongan, maupun dengki akan mendapatkan azab di dunia ini. Hal ini sebagaimana menimpa kaum Nabi Nuh yang tenggelam ditelan banjir bandang atau kaum Aad yang diterjang badai, ataupun kaum Tsamud, juga kaum Luth yang diazab karena menentang kebenaran yang dibawa para utusan Allah swt.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Sad Ayat 4-11

Surah Sad Ayat 4
وَعَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌ مِّنۡهُمۡ وَقَالَ ٱلۡكَٰفِرُونَ هَٰذَا سَٰحِرٌ كَذَّابٌ

Terjemahan: Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”.

Tafsir Jalalain: وَعَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌ مِّنۡهُمۡ (Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka sendiri) yakni seorang Rasul dari kalangan mereka yang memberi peringatan dan mempertakuti mereka dengan azab neraka sesudah dibangkitkan nanti. Orang yang dimaksud adalah Nabi saw.

وَقَالَ ٱلۡكَٰفِرُونَ (dan orang-orang kafir berkata,) di dalam ungkapan ini Isim Zhahir menduduki tempat Isim Mudhmar هَٰذَا سَٰحِرٌ كَذَّابٌ (“Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.

Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, mengapa Al-Qur’an itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al-Quran-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.

Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi. Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan.

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang merasa heran dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada menusia dan gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.

Orang-orang kafir berkata, “Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata. (Yunus: 2) Adapun firman Allah Swt.: Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka (Shad: 4) Yakni manusia sama dengan mereka. Dan orang-orang kafir berkata: Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengungkapkan keadaan orang-orang kafir Mekah yang sangat heran ketika nabi yang datang kepada mereka ternyata manusia biasa dari kalangan mereka juga. Menurut mereka, Muhammad yang mengaku dirinya diangkat menjadi rasul itu tidak mempunyai keistimewaan, baik keistimewaan jasmani maupun rohani, padahal kedudukan rasul itu tinggi.

Dengan demikian, tidak mungkin Muhammad menduduki kedudukan yang tinggi. Itulah sebabnya maka mereka mengatakan bahwa Muhammad hanyalah tukang sihir. Dia penipu dan pendusta. Apa yang disampaikan baik berupa perintah atau pun larangan yang dikatakan dari Allah adalah dusta. Firman Allah:

Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan.” Orang-orang kafir berkata, “Orang ini (Muhammad) benar-benar pesihir.” (Yunus/10: 2).

Tafsir Quraish Shihab: Mereka heran karena kedatangan seorang rasul dalam bentuk manusia seperti mereka. Orang-orang yang ingkar terhadap risalah rasul itu berkata, “Ini kepalsuan yang penuh kebohongan.

Surah Sad Ayat 5
أَجَعَلَ ٱلۡءَالِهَةَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا إِنَّ هَٰذَا لَشَىۡءٌ عُجَابٌ

Terjemahan: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.

Tafsir Jalalain: أَجَعَلَ ٱلۡءَالِهَةَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا (Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja?”) demikian itu karena Nabi saw. pernah bersabda kepada mereka, “Katakanlah, ‘Laa Ilaaha Illallaah’, artinya tiada Tuhan selain Allah. Mereka menjawab, ‘Mana mungkin makhluk yang sedemikian banyak itu, semuanya dapat ditangani oleh Tuhan Yang Satu itu. إِنَّ هَٰذَا لَشَىۡءٌ عُجَابٌ (Sesungguhnya itu benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”) sangat aneh.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu suja? (Shad: 4-5) Maksudnya, apakah dia mengira bahwa Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu saja, yang tidak ada Tuhan selain Dia? Hal ini diungkapkan oleh orang-orang musyrik sebagai ungkapan rasa ingkar mereka terhadap keesaan Tuhan, semoga Allah melaknat mereka.

Mereka merasa heran bila kemusyrikan yang selama ini harus mereka tinggalkan karenanya, padahal mereka telah menerimanya dari nenek moyang mereka yaitu menyembah berhala-berhalayang telah menjadi kecintaan mereka. Ketika Rasulullah Saw. menyeru mereka untuk melenyapkan kecintaan menyembah berhala dari hati mereka, lalu menggantinya dengan mengesakan Allah Swt.,

maka mereka merasa heran dan merasa berdosa besar dengan hal tersebut. Karenanya mereka mengatakan: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 9-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Sebab nuzul ayat ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. ath-thabari dari Ibnu ‘Abbas yang menyatakan bahwa setelah Abu thalib sakit, masuklah serombongan orang-orang Quraisy, di antara mereka terdapat Abu Jahal. Mereka berkata, “Sesungguhnya kemenakanmu mencaci-maki tuhan-tuhan kami. Ia betul-betul berbuat dan mengatakannya. Alangkah baiknya kalau engkau mengutus seseorang untuk melarangnya.”

Maka Abu thalib pun mengutus utusan kepadanya. Lalu Nabi pun datang dan masuk ke rumahnya, sedangkan jarak antara orang-orang Quraisy dengan Abu thalib dekat sekali sekadar tempat duduk yang cukup untuk seorang. Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa Abu Jahal khawatir kalau-kalau Nabi duduk di samping Abu thalib. Lalu ia menjadi bersikap lunak.

Ia lalu melompat dan duduk di tempat yang belum diduduki di sisi Abu thalib. Dengan demikian Rasulullah tidak mendapatkan tempat duduk di dekat pamannya. Beliau duduk di dekat pintu. Lalu Abu thalib berkata kepada beliau, “Hai kemenakanku, mengapa kaummu mengadukan engkau. Mereka menuduh engkau memaki tuhan-tuhan mereka dan engkau pun mengatakan begini-begitu.” Ibnu ‘Abbas melanjutkan bahwa orang-orang Quraisy banyak sekali berbicara dengan Abu thalib.

Kemudian Rasulullah berkata, “Hai Pamanku. Sesungguhnya saya ingin agar mereka itu menyatakan kalimat yang satu saja, yang dengan kalimat itu orang-orang Arab tunduk kepada mereka, dan orang-orang ‘Ajam (selain Arab) membayar jizyah (pajak kepala) kepada mereka.” Maka mereka pun senang akan kalimat (yang diusulkan itu) dan senang pula akan perkataan Rasul.

Lalu kaum Quraisy itu bertanya, “Apakah kalimat itu? Demi Ayahmu, tentu kami memberi balasan kepadamu sepuluh kali lipat.” Rasulullah pun bersabda, “La ilaha ilallah.” Maka mereka pun bangkit dengan gemetar, sambil menyingsingkan lengan bajunya dan berkata, “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang mengherankan.” Maka turunlah ayat ini.

Allah menjelaskan keheranan kaum musyrik akan seruan rasul. Mereka heran mengapa Muhammad menjadikan Tuhan hanya satu saja, ini bertentangan dengan kepercayaan nenek moyang mereka. Ketika Rasulullah mengajak mereka agar meninggalkan sembahan-sembahan mereka yang banyak itu dan menggantinya dengan menyembah Allah Yang Maha Esa, maka mereka menganggap bahwa seruan Muhammad itu bukan masalah yang remeh, akan tetapi benar-benar suatu yang mengherankan.

Mereka mengingkari seruan itu karena yakin bahwa tidak mungkin nenek moyang mereka menganut keyakinan yang salah, tetapi Muhammad adalah seorang pendusta yang mengaku dirinya benar.

Tafsir Quraish Shihab: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi satu Tuhan saja? Ini adalah sesuatu yang aneh.”

Surah Sad Ayat 6
وَٱنطَلَقَ ٱلۡمَلَأُ مِنۡهُمۡ أَنِ ٱمۡشُواْ وَٱصۡبِرُواْ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمۡ إِنَّ هَٰذَا لَشَىۡءٌ يُرَادُ

Terjemahan: Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.

Tafsir Jalalain: وَٱنطَلَقَ ٱلۡمَلَأُ مِنۡهُمۡ (Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka) dari majelis tempat mereka berkumpul, yaitu tempat Abu Thalib; di tempat itulah mereka mendengar dari Nabi saw. yang mengatakan, “Katakanlah oleh kalian, ‘Laa Ilaaha Illallaah’, artinya tiada Tuhan selain Allah أَنِ ٱمۡشُواْ (seraya mengatakan, ‘Pergilah kalian’) maksudnya, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain ‘pergilah kalian’.

وَٱصۡبِرُواْ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمۡ (dan tetaplah menyembah tuhan-tuhan kalian) artinya bertahanlah kalian di dalam menyembah tuhan-tuhan kalian itu إِنَّ هَٰذَا (sesungguhnya ini) ajaran tauhid yang disampaikan Nabi itu لَشَىۡءٌ يُرَادُ (benar-benar suatu hal yang dikehendaki”) olehnya supaya kita melakukannya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَٱنطَلَقَ ٱلۡمَلَأُ مِنۡهُمۡ (“Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah yang Satu saja? sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka.”) yaitu para pejabat, tokoh, pemimpin dan pembesar mereka seraya berkata: “Umsyuu [pergilah kamu]” yaitu teruslah kalian dalam agama kalian.

وَٱصۡبِرُواْ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمۡ (“Dan tetaplah kepada ilah-ilahmu.”) yaitu janganlah kalian menerima tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kalian.

Firman Allah: إِنَّ هَٰذَا لَشَىۡءٌ يُرَادُ (“Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.”) Ibnu Jarir berkata bahwa orang-orang musyrik itu berpendapat: “Sesungguhnya tauhid yang diserukan kepada kami oleh Muhammad saw. adalah sesuatu yang dikehendakinya untuk kemuliaan dan penguasaannya atas kalian, serta agar kalian menjadi pengikutnya. Untuk itu, kita tidak perlu menerima seruannya.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa pemimpin-pemimpin Quraisy itu pergi dari rumah Abu thalib setelah terbungkam oleh jawaban Rasul, sebagaimana dijelaskan dalam sebab nuzul di atas. Mereka mengetahui Muhammad berkeras hati membela agama. Itulah sebabnya mereka tidak mempunyai harapan lagi untuk melunakkan hati Muhammad dengan perantaraan pamannya.

Mereka berunding apa yang seharusnya dilakukan, dan memeras otak untuk mendapatkan penyelesaian. Akhirnya mereka memutuskan untuk memperkokoh keyakinan pengikut-pengikutnya untuk tetap dengan keyakinan mereka dan tetap menyembah tuhan-tuhan mereka.

Di akhir ayat, Allah mengungkapkan perkataan para pemimpin Quraisy itu kepada pengikut-pengikutnya, bahwa menyembah berhala-berhala itulah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Para pembesar mereka terdorong untuk saling mengingatkan satu sama lain sambil berkata, “Berjalanlah menurut cara kalian dan tetaplah menyembah tuhan-tuhan kalian. Sesungguhnya ini suatu hal yang besar yang dikehendaki untuk kita.

Surah Sad Ayat 7
مَا سَمِعۡنَا بِهَٰذَا فِى ٱلۡمِلَّةِ ٱلۡءَاخِرَةِ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا ٱخۡتِلَٰقٌ

Terjemahan: Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,

Tafsir Jalalain: مَا سَمِعۡنَا بِهَٰذَا فِى ٱلۡمِلَّةِ ٱلۡءَاخِرَةِ (Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir) maksudnya, agama Nabi Isa. إِنۡ (Tiada lain) tidak lain هَٰذَآ إِلَّا ٱخۡتِلَٰقٌ (ini hanyalah dusta yang diada-adakan) hal yang dibuat-buat saja.

Tafsir Ibnu Katsir: Perkataan mereka: مَا سَمِعۡنَا بِهَٰذَا فِى ٱلۡمِلَّةِ ٱلۡءَاخِرَةِ (“Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir.”) yaitu, kami tidak pernah mendengar tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kami dalam agama yang terakhir.”

Mujahid, Qatadah, dan Abu Zaid berkata: “Yang mereka maksud adalah agama Quraisy.” Sedangkan selain mereka mengatakan: “Yang mereka maksud adalah agama Nasrani.” Itulah yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab dan as-Suddi. Mereka mengatakan: “Seandainya al-Qur’an ini benar, niscaya orang-orang Nasrani memberitahukannya kepada kami.”

Baca Juga:  Surah Sad Ayat 86-88; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan alasan lain yang dikemukakan oleh para pemimpin Quraisy kepada pengikut-pengikutnya, bahwa seruan Muhammad saw itu tidak benar. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak pernah mendengar seruan seperti yang diserukan oleh Muhammad itu di dalam agama yang diturunkan terakhir.

Agama yang mereka maksudkan adalah agama Nasrani. Seruan Muhammad agar manusia mengesakan Tuhan itu hanyalah dusta yang dibuat-buat oleh Muhammad saw dan bukan datang dari Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak pernah mendengar ajaran tauhid seperti ini dalam agama para pendahulu yang kami ketahui. Ini tidak lain hanyalah suatu kebohongan belaka.

Surah Sad Ayat 8
أَأُنْزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْ بَيْنِنَا ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْ ذِكْرِي ۖ بَلْ لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ

Terjemahan: mengapa Al Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Quran-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.

Tafsir Jalalain: أَأُنْزِلَ (Mengapa telah diturunkan) dapat dibaca Tahqiq dapat pula dibaca Tas-hil عَلَيْهِ (kepadanya) kepada Muhammad الذِّكْرُ (peringatan) yakni kitab Alquran مِنْ بَيْنِنَا (di antara kita?) bukan diturunkan kepada orang yang tertua di antara kita atau orang yang paling terhormat di antara kita. Maksudnya, mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepada orang yang paling tua atau orang yang paling terhormat di antara mereka. Lalu Allah berfirman,

بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْ ذِكْرِي (“Sebenarnya mereka ragu terhadap Alquran-Ku) atau ragu terhadap wahyu-Ku, yaitu Alquran, karena mereka mendustakan rasul yang mendatangkannya بَلْ لَمَّا (dan sebenarnya belumlah) artinya, belum lagi يَذُوقُوا عَذَابِ (mereka merasakan azab-Ku”) seandainya mereka telah merasakannya niscaya mereka mau beriman kepada Nabi saw. tentang apa yang disampaikan olehnya dari sisi-Ku. Akan tetapi pada saat itu, yakni saat mereka merasakan azab-Ku, tidak ada gunanya lagi iman.

Tafsir Ibnu Katsir: Perkataan mereka: أَأُنْزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْ بَيْنِنَا ۚ (“Mengapa al-Qur’an itu diturunkan kepadanya di antara kita?”) yakni mereka menganggap mustahil diturunkannya al-Qur’an itu hanya kepadanya dan tidak diturunkan kepada selainnya di antara mereka. Karena itu apa yang mereka katakan justru menunjukkan kebodohan mereka dan kurangnya rasionalitas mereka yang telah menganggap mustahil diturunkannya al-Qur’an kepada Rasul di antara mereka.

Firman Allah: بَلْ لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ (“Dan sebenarnya mereka belum merasakan adzab-Ku.”) maksudnya mereka mengatakan hal itu hanya disebabkan mereka ketika mengatakannya belum merasakan adzab dan hukuman Allah Ta’ala. Dan mereka akan mengetahui akibat apa yang mereka katakan kelak dan apa yang mereka dustakan pada hari diseru dengan kasar ke neraka jahanam.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah menjelaskan pengingkaran orang-orang kafir Mekah bahwa Muhammad diberi wahyu, padahal dia manusia biasa. Menurut anggapan mereka, yang pantas diangkat menjadi utusan ialah orang yang mempunyai kemuliaan dan kepemimpinan yang melebihi mereka.

Muhammad tidak mempunyai sifat-sifat istimewa yang seperti itu, sehingga tidak mungkin Al-Qur’an diturunkan kepadanya. Sedangkan di antara mereka masih ada orang-orang yang lebih mulia, dan lebih pantas memegang kepemimpinan.

Allah berfirman: Dan mereka (juga) berkata, “Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?” (az-Zukhruf/43: 31)

Mereka mengingkari wahyu dan kenabian Muhammad karena menurut jalan pikiran mereka, orang yang diutus menjadi rasul adalah orang yang kaya raya dan berpengaruh. Mereka tidak menyadari bahwa Allah berkuasa menentukan pilihan menurut kehendak-Nya di antaranya mengangkat hamba-Nya menjadi Nabi.

Allah berfirman: Dan mereka berkata, “Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat) itu memberikan peringatan bersama dia, atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya, sehingga dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang zalim itu berkata, “Kamu hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.” (al-Furqan/25: 7-8)

Di bagian akhir, ayat ini menjelaskan bahwa penyebab mereka jauh dari kebenaran adalah karena hati mereka diselubungi keraguan yang tidak bisa ditembus oleh cahaya kebenaran Al-Qur’an, dan mereka belum merasakan siksa Allah yang pedih. Seandainya mereka mau memperhatikan tanda-tanda kebenaran wahyu yang diturunkan kepada rasul-Nya, niscaya mereka mengakui kenabiannya, karena wahyu yang diterima itu telah cukup menjadi tanda kenabiannya.

Namun demikian, karena penyakit hasad dan dengki yang telah bersarang dalam dadanya, maka mereka tidak mau menerima wahyu itu. Akhirnya mereka terjerumus dalam lembah keingkaran.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah di antara kita hanya Muhammad yang mendapat kemuliaan berupa turunnya al-Qur’ân?” Apa yang mereka perkirakan itu tidak benar sama sekali. Mereka bimbang dan ragu terhadap al-Qur’ân. Mereka bimbang dan ragu karena belum merasakan azab-Ku. Sungguh mereka akan merasakannya.

Surah Sad Ayat 9
أَمۡ عِندَهُمۡ خَزَآئِنُ رَحۡمَةِ رَبِّكَ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡوَهَّابِ

Terjemahan: Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?

Tafsir Jalalain: أَمۡ عِندَهُمۡ خَزَآئِنُ رَحۡمَةِ رَبِّكَ ٱلۡعَزِيزِ (Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Rabbmu Yang Maha Perkasa) yakni Maha Menang ٱلۡوَهَّابِ (lagi Maha Pemberi?) termasuk derajat kenabian dan hal-hal lainnya, karenanya mereka dapat memberikannya kepada siapa yang mereka kehendaki.

Tafsir Ibnu Katsir: أَمۡ عِندَهُمۡ خَزَآئِنُ رَحۡمَةِ رَبِّكَ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡوَهَّابِ (“Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Rabb-mu Yang Mahaperkasa lagi Mahapemberi?”) yaitu Mahaperkasa yang tiada terjangkau apa yang di sisi-Nya, serta Mahapemberi yang memberikan apa saja yang dikehendaki-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah mengecam orang-orang Quraisy yang menolak kenabian Muhammad karena beliau bukan orang terpandang di kalangan mereka. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menanyakan apakah mereka memiliki kekuasaan ikut menentukan dan membagi-bagi khazanah rahmat Allah.

Di akhir ayat, Allah menyebutkan sifat-Nya Yang Mahaperkasa dan Maha Pemberi. Kemahaperkasaan yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun juga dan sifat Mahapemberi yang tidak bisa dihalang-halangi oleh kekuasaan yang lain.

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 42; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah berfirman: Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. (al-Qashash/28: 68). Dan firman-Nya: ?Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya?. (al-An’am/6: 124).

Tafsir Quraish Shihab: Kami akan menanyakan orang-orang yang dengki terhadapmu apakah mereka memiliki gudang rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa dan Maha Pemberi sehingga mereka memilih orang yang dikehendaki menjadi nabi.

Surah Sad Ayat 10
أَمۡ لَهُم مُّلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا فَلۡيَرۡتَقُواْ فِى ٱلۡأَسۡبَٰبِ

Terjemahan: Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit).

Tafsir Jalalain: أَمۡ لَهُم مُّلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا (Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya?) jika mereka menduga hal tersebut فَلۡيَرۡتَقُواْ فِى ٱلۡأَسۡبَٰبِ (maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga) yang dapat mengantarkan mereka ke langit, lalu mereka mengambil wahyu dan mendatangkannya, kemudian mereka memberikannya secara khusus kepada orang-orang yang mereka kehendaki. Istifham atau kata tanya pada kedua tempat itu mengandung makna ingkar.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أَمۡ لَهُم مُّلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا فَلۡيَرۡتَقُواْ فِى ٱلۡأَسۡبَٰبِ (“Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya? [jika ada], maka hendaknya mereka menaiki tangga-tangga [ke langit].”) yaitu jika mereka memiliki hal itu, maka hendaklah mereka menaiki al asbaab.

Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Qatadah dan lain-lain berkata: “Yaitu jalan-jalan ke langit.” Adh-Dhahhak berkata: “Maka hendaklah mereka naik ke langit ke tujuh.”

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada orang-orang Quraisy atas sikapnya yang ingkar dan sombong. Pertanyaan ini mengandung cemoohan karena memang mereka tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun terhadap langit, bumi, dan isi keduanya.

Kalau mereka merasa tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun di jagat raya, mestinya mereka juga tidak ikut campur tangan dalam pengangkatan rasul, yang termasuk urusan gaib, yang kekuasaannya berada pada yang Mahaperkasa dan Mahaagung.

Di akhir ayat, Allah memerintah Rasul-Nya agar menantang mereka menaiki tangga-tangga ke langit, dan mencari daya upaya agar menghalang-halangi wahyu yang didatangkan kepada rasul pilihan Allah. Sesungguhnya mereka tidak akan mampu melakukannya. Dengan demikian, jelaslah pengingkaran mereka kepada wahyu hanya karena sikap hasad (dengki).

Tafsir Quraish Shihab: Kami juga akan menanyakan mereka, apakah mereka memiliki kerajaan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya. Kalau ya, coba mereka naik secara bertahap ke tempat yang dengan leluasa mereka dapat berbuat apa saja, jika mereka mampu.

Surah Sad Ayat 11
جُندٌ مَّا هُنَالِكَ مَهۡزُومٌ مِّنَ ٱلۡأَحۡزَابِ

Terjemahan: Suatu tentara yang besar yang berada disana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan.

Tafsir Jalalain: جُندٌ (Suatu tentara) maksudnya, suatu pasukan yang hina مَّا هُنَالِكَ (di sana) yang telah mendustakanmu مَهۡزُومٌ (pasti dikalahkan) menjadi sifat bagi lafal Jundun, sekalipun mereka terdiri مِّنَ ٱلۡأَحۡزَابِ (dari golongan-golongan yang bersekutu) lafal ayat ini menjadi sifat pula bagi lafal Jundun.
Yakni suatu pasukan yang sama dengan pasukan-pasukan yang berserikat sebelum kamu yang memerangi para nabi.

Pasukan-pasukan dahulu itu dapat dikalahkan dan dibinasakan, maka demikian pula mereka yang bersekutu untuk menghancurkanmu akan Kami binasakan pula.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: جُندٌ مَّا هُنَالِكَ مَهۡزُومٌ مِّنَ ٱلۡأَحۡزَابِ (“Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan.”) yaitu tentara-tentara yang mendustakan dan berada di dalam kesombongan dan permusuhan itu akan dihancurkan, dikalahkan dan dihinakan, sebagaimana dihinakannya tentara-tentara yang mendustakan sebelum mereka.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa keadaan orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan kerasulan Muhammad dan mengingkari agama tauhid laksana bala tentara yang besar, yang merupakan gabungan dari kesatuan-kesatuan tentara.

Bala tentara yang bersekutu bergerak untuk menghancurkan kaum Muslimin itu pasti dapat dikalahkan, karena landasan perjuangan mereka tidak didasarkan pada keyakinan yang kokoh, akan tetapi hanyalah karena hasad dan sombong.

Peristiwa seperti digambarkan dalam ayat ini bukanlah terjadi pada saat diturunkannya ayat, karena pada saat itu kaum Muslimin belum mempunyai tentara, jumlah pengikutnya pun masih sedikit, dan belum ada tanda-tanda untuk menyusun kekuatan yang dapat mengalahkan bala tentara gabungan seperti digambarkan dalam ayat. Akan tetapi, peristiwa itu baru terjadi pada saat terjadinya perang Badar, dimana kaum musyrikin yang jumlahnya berlipat ganda melebihi kaum Muslimin dapat dikalahkan atas bantuan Allah. Firman Allah:

Atau mereka mengatakan, “Kami ini golongan yang bersatu yang pasti menang.” Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (al-Qamar/54: 44-46)

Penjelasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang terdapat dalam ayat ini termasuk salah satu di antara mukjizat Nabi dan sekaligus sebagai tanda kebenaran wahyu yang diterimanya bahwa wahyu itu benar-benar dari Allah bukan buatan Muhammad.

Tafsir Quraish Shihab: Suatu pasukan tentara yang hina pasti akan kalah di sana seperti halnya orang-orang yang bersekongkol melawan para nabi.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Sad Ayat 4-11 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S