Pecihitam.org – Kandungan Surah Taha Ayat 17-21 ini, Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan memberi mukjizat kepada nabi musa. Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai musa. Dia berkata, ‘ini adalah tongkatku. Aku bertumpu padanya saat letih atau ingin bersandar, dan aku merontokkan daun dari ranting-ranting pohon dengannya untuk pakan kambingku atau menghalaunya pergi dan pulang kandang. Dan selain itu, bagiku masih ada lagi manfaat yang lain dari tongkat ini.
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Taha Ayat 17-21
Surah Taha Ayat 17
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَ
Terjemahan: Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?
Tafsir Jalalain: وَمَا (Apakah itu) yang berada بِيَمِينِكَ يَا مُوسَ (di tangan kananmu, hai Musa?) Kata tanya atau Istifham di sini mengandung makna Taqrir, maksudnya supaya Allah menurunkan mukjizat kepada Nabi Musa dengan melalui tongkatnya itu.
Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan bukti dari Allah Ta’ala bagi Musa as sebagai mukjizat yang besar, diluar kebiasaan lagi nyata, yang menunjukkan bahwasanya tidak ada yang mampu melakukan hal tersebut kecuali hanya Allah swt. Dan bahwasanya tidak ada yang membawanya kecuali Nabi yang diutus.
Firman-Nya: وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَ (“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?”) Sebagian ahli tafsir berpendapat, Allah Ta’ala mengatakan hal itu kepada Musa hanya sebagai sapaan kepadanya. Ada juga yang berpendapat lain, bahwa Dia mengatakan hal itu kepada Musa sebagai suatu keputusan. Dengan pengertian, apa yang ada di tangan kananmu ini, yaitu tongkatmu yang kamu kenal, maka kamu akan mengetahui apa yang akan Kami perbuat dengannya sekarang.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَ (“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?”) dalam bentuk pertanyaan keputusan.
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menanyakan kepada Nabi Musa a.s., apa yang ada di tangan kanannya, padahal Allah mengetahuinya; maksudnya ialah untuk menjelaskan bahwa tongkat yang terbuat dari kayu itu yang pada hakekatnya tidak mempunyai arti yang penting dan manfaat yang banyak akan dijadikan oleh-Nya benda yang mempunyai kelebihan dan manfaat yang besar yang tidak pernah terlintas dalam pikiran, yaitu sebagai mukjizat baginya.
Tongkat itu bisa menjadi ular besar, dan bila dipukulkan ke laut maka laut itu akan terbelah dan bila dipukulkan ke batu maka batu itu akan memancarkan air atas izin Allah. Kejadian-kejadian itu menunjukkan atas kesempurnaan, kekuasaan dan kebesaran Allah.
Surah Taha Ayat 18
قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
Terjemahan: Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.
Tafsir Jalalain: قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ (Berkata Musa, “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan) berpegangan عَلَيْهَا (padanya) sewaktu aku melompat dan berjalan وَأَهُشُّ (dan aku pukul) aku memukul daun-daun pohon بِهَا (dengannya) supaya daun-daun itu berjatuhan
عَلَى غَنَمِي (untuk kambingku) lalu kambing-kambingku itu memakannya وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ (dan bagiku ada lagi padanya keperluan). Lafal Ma’aarib adalah bentuk jamak dari lafal Ma’ribah atau Ma’rabah atau Ma’rubah, artinya keperluan-keperluan أُخْرَى (yang lain”) seperti untuk memikul bekal dan air minum, serta untuk mengusir binatang buas. Kemudian Allah menambahkan jawaban, sebagai penjelasan bahwa pada tongkat itu masih terdapat kegunaan lainnya, yaitu:.
Tafsir Ibnu katsir: قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا (“Berkata Musa: ‘Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya,’”) yakni, bersandar padanya pada saat berjalan. وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي (“Dan aku pukul [daun] dengannya untuk kambingku,”) yakni, aku goyang pohon agar daun-daunnya berjatuhan untuk menggembalakan kambingku.
Abdurrahman bin al-Qasim mengatakan dari Imam Malik: “Al-Hisysyu berarti, seseorang meletakkan tongkat melengkung pada dahan pohon, lalu menggerakkannya sehingga daun dan buahnya berjatuhan tanpa mematahkan pohonnya.” Demikian juga yang dikemukakan oleh Maimun bin Mahran.
Firman-Nya: وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى (“Dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.”) Yakni, berbagai kepentingan, manfaat dan kebutuhan lain selain itu.
Tafsir Kemenag: Ayat ini Allah menjelaskan jawaban Nabi Musa a.s. atas pertanyaan-Nya bahwa, “Tongkat yang biasa ia pergunakan untuk bertelekan, di waktu berjalan atau lelah, menggugurkan daun-daunan untuk dimakan kambingnya, dan masih banyak lagi keperluan-keperluan yang lain, seperti membawa bekal untuk mengusir binatang buas yang akan memakan kambingnya. Jawaban Musa akhirnya dipersingkat dengan mengatakan,
“Dan ada lagi untuk keperluan-keperluanku yang lain,” karena dia mengharapkan supaya pembicaraannya dengan Tuhannya dapat berlangsung lebih lama, dan untuk menjaga sopan santun di depan Tuhan karena kemungkinan adanya pertanyaan lain dari Tuhan.
Surah Taha Ayat 19
قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى
Terjemahan: Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!”
Tafsir Jalalain: قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى (Allah berfirman, “Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa!”).
Tafsir ibnu katsir: Firman-Nya lebih lanjut: قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى (“Allah berman: Lemparkanlah ia, hai Musa!’”) Yakni lemparkanlah tongkat yang ada di tanganmu itu, hai Musa,.
Tafsir kemenag: Setelah Nabi Musa menjawab pertanyaan Allah tentang fungsi tongkat yang dipegangnya, di antaranya menopang tubuhnya, menggiring binatang gembalaannya, dan fungsi-fungsi lain yang membantu pekerjaannya sehari-hari.
Maka Allah ingin menunjukkan kepada Nabi Musa fungsi lain dari tongkatnya yang tidak pernah terbayangkan oleh Nabi Musa. Tongkat itu menjadi mukjizat yang akan membuktikan kenabiannya dan membantu fungsinya sebagai nabi. Allah memerintahkan Nabi Musa supaya melemparkan tongkatnya.
Surah Taha Ayat 20
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى
Terjemahan: Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Tafsir Jalalain: فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ (Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular) yang sangat besar تَسْعَى (yang merayap) yakni berjalan cepat dengan perutnya seperti ular kecil, di dalam ayat lain disebutkan Al Jaan, bukan Hayyatun.
Tafsir Ibnu Katsir: فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى (“Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.”) Yakni, pada saat itu juga tongkat tersebut menjadi seekor ular yang sangat besar lagi panjang yang bergerak merayap dengan cepat. Dan ternyata dia bergoyang seakan-akan ia itu Jaan, sejenis ular yang paling cepat bergerak, tetapi is kecil. Sedangkan ular Musa ini amat besar dan amat cepat gerakannya.
تَسْعَى (“Merayap dengan cepat,”) yakni berjalan dan bergoyang-goyang. Setelah Musa menyaksikan hal itu, maka Musa berbalik tanpa melihat lagi kebelakang, kemudian dia pergi.
Lalu dia ingat kepada Rabbnya sehingga dia berhenti karena merasa malu terhadap-Nya. Selanjutnya, dia diseru: “Hai Musa, kembalilah ke tempatmu semula.” Maka Musa pun kembali sedang dia benar-benar merasa ketakutan.
Tafsir Kemenag: Begitu Musa memenuhi perintah Allah, tongkatnya itupun berubah menjadi ular besar yang menakutkan, merayap dengan lincahnya dari suatu tempat ke tempat lain, tidak ubahnya ular kecil yang gesit, melihat kenyataan ini Nabi Musa ketakutan, berniat untuk lari, tetapi akibat begitu besarnya ketakutan, beliau hanya terpaku di tempatnya berdiri, sebagaimana firman Allah:
Dan lemparkanlah tongkatmu!” Maka ketika (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Wahai Musa! Jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku, para rasul tidak perlu takut. (an-Naml/27: 10).
Surah Taha Ayat 21
قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى
Terjemahan: Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,
Tafsir Jalalain: قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ (Allah berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut) kepadanya سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا (Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya) lafal Siiratahaa dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya, maksudnya ke dalam bentuknya الْأُولَى (yang semula) kemudian Nabi Musa memasukkan tangannya ke mulut ular besar itu, maka kembalilah kepada keadaan semula yaitu menjadi tongkat lagi.
Jelaslah bahwa tempat untuk memasukkan tangannya adalah tempat pegangan tongkat, yaitu di antara kedua rahang ular tersebut. Allah swt. sengaja memperlihatkan hal itu kepada Nabi Musa, supaya ia jangan kaget bila tongkat itu berubah menjadi ular besar di hadapan raja Firaun nanti.
Tafsir Ibnu Kasir: Lalu Allah berfirman: خُذْهَا (“Peganglah ia,”) dengan tangan kananmu; وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَ (“Dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.”)
Pada saat itu, di atas tubuh Musa terdapat baju jubah dari kulit wol, lalu dia memasukinya dari sela-selanya. Setelah diperintahkan untuk memegangnya, Musa melipat ujung baju pada tangannya, maka Malaikat berkata kepadanya:
“Hai Musa, bagaimana menurutmu, jika Allah mengizinkan apa yang kamu takuti itu, apakah jubah itu akan berguna bagimu?” “Tidak, tetapi aku ini seorang yang lemah dan dari kelemahan aku diciptakan.” Kemudian dia melepaskannya dari tangannya lalu meletakkannya di mulut ular tersebut sehingga dia mendengar gesekan gigi-gigi dan taring taring, lalu dia menangkapnya dan ternyata dia sudah menjadi tongkat yang dimilikinya, dan ternyata tangannya sudah berada di tempat dimana dia meletakkannya jika dia bersandar diantara dua bahunya.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى (“Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.”) yakni, keadaan semula yang kamu ketahui sebelum ini.
Tafsir Kemenag: Karena Musa ketakutan maka Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk menangkap ular itu tanpa ragu-ragu dan takut, sebab ular besar yang ada dihadapannya akan dikembalikan bentuknya menjadi tongkat kembali seperti semula.
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Taha Ayat 17-21 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020