Surah Taha Ayat 9-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Taha Ayat 9-10

Pecihitam.org – Kandungan Surah Taha Ayat 9-10 ini, Allah menguraikan kisah nabi musa yang juga diberi amanah berat, yaitu berdakwah kepada fir’aun yang sangat ingkar. Kisah ini dimaksudkan untuk menguatkan nabi Muhammad dalam berdakwah. Dan apakah telah sampai kepadamu, wahai nabi Muhammad, kisah musa saat akan menerima tugas kerasulan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ketika dalam perjalanan menuju mesir, dia melihat api yang menyala terang, lalu dia berkata kepada keluarganya yang menyertainya dalam perjalanan itu, ‘tinggAllah kamu di sini sampai aku kembali.

Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-Mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu agar kita dapat menghangatkan badan pada malam yang dingin ini, atau aku akan mendapat petunjuk dari seseorang yang ada di sekitar tempat api itu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Taha Ayat 9-10

Surah Taha Ayat 9
وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى

Terjemahan: Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?

Tafsir Jalalain: وَهَلْ (Apakah) telah أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (datang kepadamu kisah Musa?).

Tafsir Ibnu Katsir: Dari sini, Allah Tabaaraka wa Ta’ala mulai menceritakan kisah Musa dan bagaimana permulaan wahyu yang diberikan kepadanya serta firman-Nya yang disampaikan langsung kepadanya. Hal itu berlangsung setelah Musa menyelesaikan waktu yang ditentukan antara dirinya dengan semendanya dalam menggembalakan kambing.

Dia dan keluarganya berangkat menuju Mesir setelah sekian lama meninggalkannya, lebih dari sepuluh tahun. Dia bersamanya isterinya. Lalu dia tersesat, yang waktu itu malam sangat dingin.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah memulai kisah Nabi Musa a.s. dengan ungkapan seakan-akan bertanya kepada Nabi Muhammad saw, apakah telah sampai kepadanya peristiwa dan kisah Nabi Musa ketika berdakwah kepada umatnya? Cara yang demikian biasa dilakukan untuk memfokuskan perhatian,

dalam hal ini perhatian Nabi Muhammad saw dan juga umatnya kepada apa yang akan disampaikan. Telah menjadi kebiasaan orang Arab, apabila akan dikemukakan suatu berita atau kisah, maka didahului dengan ungkapan berbentuk pertanyaan, untuk menarik perhatian supaya pendengar mengikuti berita atau kisah itu dengan penuh perhatian.

Baca Juga:  Inilah 7 Huruf yang Tidak Ada dalam Surat Al-Fatihah, Lalu Apa Hikmahnya?

Surah Taha Ayat 10
إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّي آتِيكُم مِّنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى

Terjemahan: Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu”.

Tafsir Jalalain: إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ (Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya) yakni kepada istrinya, امْكُثُوا (“Tinggallah kamu) di sini, hal itu terjadi sewaktu ia berada dalam perjalanan dari Madyan menuju ke negeri Mesir

إِنِّي آنَسْتُ (sesungguhnya aku melihat) menyaksikan نَارًا لَّعَلِّي آتِيكُم مِّنْهَا بِقَبَسٍ (api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya untuk kalian) berupa obor yang dinyalakan pada sumbu atau kayu أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى (atau aku akan mendapatkan petunjuk di tempat itu”) yang dapat menunjukkan jalan; karena pada saat itu Nabi Musa kehilangan arah jalan disebabkan gelapnya malam.

Nabi Musa mengungkapkan kata-katanya dengan memakai istilah La’alla yang artinya mudah-mudahan karena ia merasa kurang pasti dengan apa yang telah dijanjikannya itu.

Tafsir Ibnu Katsir:CKemudian dia singgah di suatu tempat antara bukit dan gunung dengan cuaca yang sangat dingin di musim dingin dipenuhi dengan awan, kegelapan, dan berkabut. Dia berusaha mencari percikan api dari benturan batu untuk memberi kehangatan, sebagaimana yang sudah menjadi kebiasaan baginya. Tetapi dia tidak mendapatkan percikan api darinya.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 16; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Ketika keadaan seperti itu, tiba-tiba muncul api dari samping gunung Thursina, maksudnya, muncul api dari samping gunung yang berada di sebelah kanannya. Kemudian dia memberitahukan hal itu kepada keluarganya:

إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّي آتِيكُم مِّنْهَا بِقَبَسٍ (“Sesungguhnya aku melihat api, mudah-rnudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu”) yakni, sepercik api. Dan dalam ayat yang lain: أَوْ جَذْوَةٍ مِّنَ النَّارِ (“Atau [membawa] sesuluh api.”) Yakni, bara api yang menyala.

لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (“Agar kamu dapat menghangatkan badan.”) (QS. Al-Qashash:
29), yang menunjukkan adanya hawa dingin.

Firman-Nya: بِقَبَسٍ (“Sedikit [api],”) menunjukkan adanya kegelapan.
Firman-Nya: أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى (“Atau aku mendapat petunjuk di tempat api itu.”) Yakni, siapa yang menunjukkan jalan kepadaku. Hal itu menunjukkan bahwa dia telah tersesat. Sebagaimana yang dikatakan ats-Tsauri dari Ibnu `Abbas, mengenai firman-Nya:

أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى (“Atau aku mendapat petunjuk di tempat api itu.”) dia mengatakan, yakni, siapa yang menunjukkanku jalan, yang pada waktu itu mereka dalam keadaan kedinginan lagi tersesat.

Ketika melihat api, Musa pun berkata, kalau memang aku tidak mendapatkan seseorang yang bisa menunjukkan jalan kepadaku, aku akan bawakan kepada kalian api yang bisa kalian nyalakan.

Tafsir Kemenag: Setelah habis masa perjanjian, Musa menggembalakan kambing Syekh Madyan, sebagai mahar yang harus dibayarkan Musa kepada mertuanya di Madyan, dia minta izin untuk kembali ke Mesir, menemui ibunya yang telah ditinggalkan selama sepuluh tahun lebih. Setelah mendapat izin, berangkatlah Musa a.s.

bersama keluarganya menuju Mesir, dengan menghindari jalan biasa dan mengambil jalan di lereng, karena takut kalau-kalau keluarganya mendapat gangguan dari raja Syam. Dalam tafsir ar-Razi dan al-Qurthubi disebutkan bahwa setelah sampai di lembah Tuwa sebelah Barat dari gunung Tursina, istrinya melahirkan seorang anak, pada malam yang gelap gulita, berhawa dingin dan dalam keadaan tersesat.

Baca Juga:  Surah Al-Isra ayat 100; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Untuk menghangatkan rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang itu, dan mendapat penerangan di dalam suasana gelap gulita, Musa a.s. berusaha mendapatkan api, tetapi usahanya itu belum juga berhasil. Kemudian secara tidak disangka-sangka, terlihat olehnya api dari jauh di sebelah kiri jalan.

Maka berkatalah ia kepada keluarganya dengan rasa gembira, “Tinggallah kalian di sini dulu, saya melihat api dari jauh, dan sekarang saya akan ke sana. Mudah-mudahan saya dapat membawa api itu ke sini, atau mendapat petunjuk daripadanya, untuk dapat keluar dari kesesatan jalan kita ini.” Peristiwa seperti ini, dicantumkan juga dalam ayat yang lain di dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah:

Maka ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung, dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan.” (al-Qashash/28: 29).

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Taha Ayat 9-10 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S