PeciHitam.org – Surat al-Alaq, surat yang pertama kali diturunkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW di Gua Hira. Penanda bahwa Nabiyullah Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul untuk menyampaikan Risalah.
Pertama kali diturunkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW, Jibril seakan mengajari Nabi untuk mengucapkan (اقْرَأْ) padahal Nabiyullah Muhammad SAW seorag yang Ummi atau tanpa keterampilan baca tulis.
Tidak terbayangkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW bahwa ada seseorang yang datang dengan tiba-tiba di Gua Hira yang sepi dan memerintahkan untuk membaca.
Ya, itulah Surat Al-Alaq turun sebagai surat pembuka dan sebagai surat penanda Nabiyullah Muhammad SAW diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Setelah beliau menerima surat ini beliau pulang dan mengadu kepada Khadijah dengan perasaan takut dan gemetar.
Daftar Pembahasan:
Surat Al-Alaq
Surah Al-Alaq diturunkan pertama kebumi sebagai surat yang sangat unik dan revolusioner. Ditengah Masyarkat Makkah yang sangat berpatokan kepada Tradisi Jahiliyah, surah ini memerintahkan Nabiyullah Muhammad SAW untuk (اقْرَأْ)-membaca (situasi, keadaaan dan lainnya) dengan berlandaskan Rasa keimanan kepada Tuhan.
Suara Ghaib dari sesuatu yang tidak berwujud material seperti menjadi sindiran bagi orang Makah bahwa Tuhan bukanlah sesuatu yang bersifat Material seperti berhala.
Surat bernomor urut 96 dan memiliki 19 ayat. Nama surat Al-Alaq diambil dari awal ayat yang berbunyi (خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ). Makna kata Al-Alaq menurut terjemahan sekarang adalah “Segumpal Darah” walaupun tidak kata Al-Alaq diterjemahkan demikian.
Surat ini juga sering dinamakan dengan surat Iqra sebagaimana isi ayat pertama (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ) atau surah al-Qalam sebagaimana terdapat dalam ayat keempat (الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ)-yang Mengajari Manusia dengan (perantara) Qalam/ Pena.
Intisari dari penurunan Pertama selain sebagai penanda pengangkatan Nabiyullah Muhammad SAW, adalah sebagai petunjuk orang Islam harus memiliki kecerdasan untuk bisa membaca segala hal, baik pengetahuan, kehidupan, fenomenas sosial, alam, tanda gaib atau apapun yang ada dalam Ilmu.
Keluasaan pembacaan dalam Islam sesuai dengan ayat pertama akan membuka tabir-tabir dunia dengan pengetahuan. Jangan terjebak paham sekulerisme bahwa agama dan sains saling meniadakan dan bertentangan. Islam adalah agama pengatahuan, bukan sekedar Agama Dogmatis sebagaimana yang ada adalam pikiran orang-orang fundamentalis.
Sejarah Surat Al-Alaq dan Moralitas Makkah
Membaca dan meraba terkait alasan Al-Alaq diturunkan pertama kepada Nabiyullah Muhammad SAW menggiring pemikiran bahwa keadaan orang-orang Makkah-lah alasan utamanya.
Nabiyullah Muhammad SAW adalah seorang putra Asli Makkah dari keturunan Ismail yang menikah dengan wanita suku Jurhum. Suku ini merupakan penduduk awal kota Makkah.
Sumber dalam banyak Kitab-kitab tarikh menunjukan kemerosotan moral dan kehidupan sosial di Makkah sudah sangat parah. Kebiasaan-kebiasaan biadab merupakan sesuatu yang lumrah dan wajar bagi penduduk Makkah.
Dalam kitab Khulashatu Nuril Yaqin dijelaskan bahwa moralitas yang menjadi standar orang Makkah adalah pengaruh kekayaan, Nasab terhormat dan kekuatan menjadi menjadi pemenang dalam perang. Orang yang tidak memiliki 3 unsur tersebut bisa dipastikan akan tergilas.
Anggapan kepada orang lain yang tidak setara dengan sukunya atau derajatnya, tidak ubahnya seperti memandang kepada binatang. Perbudakan, jual beli perempuan dan saling taruhan manusia umum terjadi di Masyarakat Makah sebelum Islam. Selain itu, anak mewarisi bekas ibunya sudah sangat biasa dan tradisi yang dipertahankan.
Maka tidak heran Allah SWT menjuluki masa sebelum Islam sebagai Masa Jahiliyyah atau masa Kebodohan. Bukan kebodohan tidak berpendidikan, akan tetapi kebodohan tidak mau menerima nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya mereke ketahui.
Alasan itulah Al-Alaq turun kepada Nabiyullah Muhammad SAW untuk bisa membaca semua tindakan Anti-Moral orang Makkah.
Nabiyullah Muhammad SAW diperintahkan untuk menjadi seorang yang peka dengan realita. Surat yang pertama turun adalah sebagai berikut;
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١)خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥
- Ayat pertama meniscayakan Nabiyullah Muhammad untuk memahami bahwa pengetahuan harus berdasar kepada Spiritualitas Ketuhanan. Jangan sampai pengetahuan lepas dari nilai-nilai pengetahuan, maka akan menjadi Sekuler atau terlalu terkekang dengan Dogma maka akan menjadi Jumud atau
- Ayat kedua meniscayakan Nabiyullah Muhammad untuk mengingat kejadian manusia, yakni diciptakan dari sebuah gumpalan darah yang tidak berdaya. Maka jangan sampai manusia melampui batas dengan mengatakan dirinya super power dan tidak terkalahkan.
- Ayat ketiga memerintahkan Nabiyullah Muhammad Saw untuk selalu belajar dan berjuang beriringan dengan mengagungkan Allah SWT
- Ayat ini menerangkan bahwa semua pengetahuan diperoleh atas izin dan perantara Allah SWT. Semua fasilitas yang ada untuk pengetahuan adalah atas nama Allah SWT
- Dan allah mengajarkan manusia segala hal yang mereka tidak ketahui. Contohnya adalah munculnya ide dan pemikiran adalah bersumber dari Allah SWT.
Semua ayat yang pertama turun tersebut mengisyaratkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW untuk bisa memahami obyek dakwahnya. Dakwah Islam untuk memperbaiki situasi dan tatanan sosial diawali dengan memahami dan menganalisis masalah sosial yang terjadi.
Tadabbur Surat Al-Alaq
Isi surat Al-Alaq ayat 6 – 19 banyak membahasa tentang keadaan dakwah Nabiyullah Muhammad SAW. Dakwah Nabiyullah Muhammad banyak mengalami penentangan dari orang-orang yang takut posisi sosialnya terganggu oleh ajaran Nabiyullah Muhammad SAW. Perhatikan ayat berikut;
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى (٦)أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (٧)إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى (٨
Artinya; “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya serba cukup, Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)” (Qs. al-Alaq: 6-8)
Ayat 6 jelas mengatakan bahwa orang-orang kafir Makkah adalah orang yang sangat melampaui batas. Dengan tindakan-tindakan saling berperang, membunuh anak perempuan dan menjadikan khamr sebagai teman adalah tindakan yang sangat jauh dari Moralitas.
Pandangan orang Makah bahwa keadaan kota yang Makmur akan mengabadikan mereka tanpa perlu ada ajaran atau tradisi baru. jika ada tradisi baru maka akan menganggu posisi nyaman para pembesarnya.
Ajaran Nabiyullah Muhammad SAW yang bersikap Humanis, Adil dan tidak membedakan status sosial menjadikan beberapa orang tokoh Qurasiy Makkah berang karena mengganggu stabilitas masyarakat Makkah, tidak terkecuali Amr bin Hisyam atau Abu Jahal.
Ayat 9 -19 menjelaskan tindakan-tindakan tidak terpuji dari Abu Jahal yang menghalangi orang Islam melakukan Ibadah Shalat. Ancaman Allah SWT kepada mereka yang melarang orang islam Shalat dijelaskan dalam ayat ke-15;
كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (١٥
Artinya; “Ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya” (Qs. Al-Alaq: 15)
Ancaman orang yang selalu melarang dan menghalangi orang shalat digambarkan seperti Abu Jahal. Dia akan dimasukan kedalam Neraka kemudian ditarik kepalanya. Malaikat akan menyiksa dengan senang hati kepada mereka yang selalu menghalangi dakwah Nabiyullah Muhammad SAW.
Diksi penutup surat Al-Alaq yakni menyebutkan bahwa jangan sampai orang Islam patuh kepada orang seperti Abu Jahal.
كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ (١٩
Abu Jahal adalah orang yang dipastikan Allah akan dimasukan kedalam Neraka sebagai ancaman bagi orang yang bertindak seperti Abu Jahal. Selalu menghalangi kebenaran supaya dirinya sendiri tetap memperoleh kedudukan duniawi. Perhatikan makna ayat di atas;
Artinya; “Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)” (Qs. Al-Alaq: 19).
Ash-Shawabu Minallah