PeciHitam.org – Syaikh Daud bin Abdullah Al-Fathani dikenal sebagai penghulu Sufi di Nusantra. Jejak beliau terlacak dalam buku Pujangga Islam Nusantara. Dan beberapa buku lainnya menyinggung nama ketokohan beliau dalam buku Perkembangan Madzhab Syafii di Nusantara.
Secara luas, Syaikh Daud bin Abdullah Al-Fathani terkenal dengan kitab-kitab kajian Sufi semisal kitab Manhalus Shafi, Jamul Fawaid dan Kanzul Minan. Kemasyhuran nama beliau juga harum sampai negeri seberang, yaitu negara Siam (sekarang Thailand). Serta murid beliau tersebar luas ke negara Jiran Malaysia.
Kitab Manhalus Shafi (tidak dituliskan tahun penyusunannya), membahas tentang dunia Tasawuf yang mana kitab ini juga menyandar dan merujuk pada beberapa kitab tasawuf karya ulama lainnya.
Beberapa kitab yang dirujuk oleh kitab ini yaitu Manzilatul Insaniyah karya Imamul Arifin Ibnu Arabi, Tuhfatul Mursalah dan Syarah Jawahirul Ulum karya Syaikh Nurudin Ar-Raniri, Sairus Suluki Ila Malikil Muluk karya Syaikh Qasim Khan dan Minahul Illahiyah karya Syaikh Abdul Muwahid Muhammad Zainal Abidin bin Muhammad Al-Ghamari.
Dengan lengkap dan kuatnya rujukan kitab manhalus Shafi menjadikan kitab ini Oase bagi para penempuh jalan salik dalam dunia Tassawuf.
Syaikh Daud bin Abdullah Al-Fathani menuliskan, bahwa Muslim mana yang tidak berkenan untuk wushul/ sampai kepada Allah SWT, dengan sempurna.
Untuk sampai pada perjalanan ke Allah SWT memerlukan tingkatan-tingkatan alam shufiyah yang berat dan panjang. Seorang Salik (penempuh jalan sufi) harus menempuh minimal 3 alam supaya sampai pada Dzat Sang Pencipta;
Pertama: Alam Mulki dinamakan pula Alam Nasut. Ciri khas dari alam ini adalah dapat ditangkap dan dipahami dengan panca indera (alam kasar). Bentuk alam Nasut berupa jism-jism benda material yang ada disekitar manusia. Penamaan lain alam Nasut adalah alam Nafsi, dengan keterangan lanjutan yaitu semua benda yang berada dalam dunia.
Kedua; Alam Malakut atau disebut pula Alam Qalbi atau Akhirah. Tingkatan alam setelah Alam Mulki ini akan menjadikan seorang salik baru bisa mengerti dan melihat alam ini harus menggunakan pandangan batin/ mata hati bukan seperti alam pertama yang mempergunakan penglihatan lahiriah.
Ketiga; Alam Jabarut atau disebut juga alam Arwah. Alam Jabarut adalah kelanjuran dari Alam Malakut. Karakteristik kedua alam ini sama-sama dalam keadaan Ghaib.
Akan tetapi Jabarut lebih atas dari malakut. Tidak semua penghuni alam Malakut dapat mengakses alam tersebut. Hal ini membuktikan, sesama penghuni alam Malakut tidak memiliki kapasitas yang sama di mata Allah SWT.
Alam Malakut dihuni oleh penghuni tetap, yaitu para malaikat 10 yang wajib kita Imani yaitu Jibril (ruhul amin), Mikail, Israfil, dan lain-lain. Alam ini lebih dekat dengan Maqam Puncak, yang biasa disebut Haramil Qudsiyyah.
Alam Jabarut sudah masuk di dalam dunia rahasia Ilahi. Alam Jabarut sebagai bagian dari alam gaib mutlak agak sulit dijelaskan secara skematis karena sudah masuk wilayah antara alam dan Maqam Qudsiyah.
Terakhir Syaikh Daud Al-Fathani menjelaskan tentang Alam Lahut yaitu berwujud Alam Sirr (Alam Rahasia Allah SWT). Pada tingkatan ini, seorang salik akan merasakan kekosongan dunia, jism, dan segala benda kasar (material).
Salik hanya akan musyahadah (menyaksikan) dzat Wahidul Ahad (Allah SWT). Maqam ini menjadikan seseorang menjadi memahmi segala bentuk keadilan dan kebesaran Allah sang penguasa segala alam.
Tingkatan alam sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Daud Al-Fathani menjelaskan kepada kita betapa tinggi dan agung pengetahuan beliau dalam dunia Tassawuf. Pantaslah kita menyebut beliau sebagai pujangga Sufi di Nusantara.