Pecihitam.org – Bagi kita muslim di Indonesia sepertinya sudah tidak asing lagi dengan syair Tombo Ati. Syair ini konon digubah oleh Sunan Bonang, salah satu personil dari Wali Songo. Bukan sekedar seni yang indah dan syairnya yang penuh makna, ternyata syair Tombo Ati Sunan Bonang bersanad kepada para salafus sholeh bahkan hingga baginda Rasulullah SAW.
Jika dirunut jalur sanadnya, ternyata resep ampuh tembang tombo atinya Sunan Bonang, berasal dari Imam Sufyan Ats-Tsauri (96-161 H), seorang ulama kenamaan asal Kufah.
Beliau terkenal sebagai pribadi yang wara’, zuhud, ahli fikih, dan pakar dalam bidang hadits di zamannya. Hal ini sebagaimana yang diucapkan oleh Ibnu Uyainah, “Ahli hadits itu ada tiga, Ibnu Abbas pada zamannya, Asy-Sya’bi pada zamannya, dan Ats-Tsauri pada zamannya.
Dalam teks aslinya Imam Ats Tsauri mengatakan :
دواء القلب خمسة أشياء : قراءة القرآن بالتفكّر, وخلاء البطن, وقيام الليل, والتّضرّع عند السّحر, ومجالسة الصالحين.
Artinya : “Obat hati itu ada lima perkara : Membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya (pesannya), membiasakan perut kosong (puasa), mengerjakan shalat malam, berdzikir di waktu sahur (menjelang shubuh), dan bergaul dengan orang-orang saleh.” (Nasihat Sufyan Ats-Tsauri dalam Mahmud, 1.000 Washiyyah wa Washiyyah, h, 68)
Jika perkataan ini memang pertama kali muncul dari Imam Sufyan Ats-Tsauri, pastinya ini bukanlah mengada-ada, karena beliau adalah ulama yang menjadi pewaris Nabi. Sebagaimana yang Rasulullah SAW sabdakan : “Al Ulama’u Waratsatul Anbiya”.
Sebagai pewaris tentu ucapan itu adalah warisan dari Rasulullah Muhammad SAW, apalagi jika ditilik dari teksnya maupun makna yang terkandung di dalamnya tidak ada yang menyalahi ajaran Al Qur’an dan Sunnah Nabi.
Bagai obat yang mujarab, resep tombo ati ini jika benar-benar di konsumsi mampu memberikan ketenangan secara psikologis, bagi batin yang didera oleh berbagai macam kegelisahan dan penyakit hati.
Selain itu tentu saja resep ini juga memberikan dampak yang positif bagi kesehatan jasmaniyah. Karena pada dasarnya penyakit fisik juga ada kaitannya dengan kondisi kejiwaan seseorang.
Sebagaimana sarana dakwah bil hikmah, nasehat Imam Ats-Tsauri ini kemudian diformulasikan oleh Sunan Bonang menjadi sebuah tembang yang kita kenal sebagai tombo ati, yang syairnya juga relatif sama. Inilah kehebatan dari Walisongo dalam dakwahnya menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat Nusantara.
Dalam menyebarkan dakwah Islam, Sunan Bonang mampu menyampaikan sebuah ajaran agama dengan hikmah yang luar biasa. Kita bisa bayangkan, sebuah ajaran agama yang awalnya sangat asing di tanah Jawa, akhirnya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dengan pendekatan sebuah tembang yang telah diakrabi oleh masyarakat setempat.
Metode dakwah Sunan Bonang mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam yang literal menjadi natural. Dan hasilnya adalah dakwah walisongo berhasil mengajak masyarakat memeluk ajaran Islam, dengan damai tanpa kekerasan dan paksaan dalam waktu yang relatif singkat.
Metode dakwah dari Walisongo ini, harus senantiasa kita ungkap dan kita kemukakan faktanya di tengah-tengah umat, agar supaya proses dakwah Islam terus berjalan dalam koridor rahmatan lil’alamin.
Karena sebagaimana kita tahu, ada pihak-pihak tertentu yang berusaha dan ingin mengaburkan fakta sejarah akan kiprah Walisongo dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.
Selain itu tentu agar supaya metode dakwah dari Walisongo ini, menjadi inspirasi bagi para pengemban dakwah guna meneladani samudra hikmah, yang telah dibawa dan dicontohkan oleh Walisongo. Dalam artian bahwa dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Tuhan dengan hikmah, bukan dengan jalan amarah. Hal ini sejalan dengan perintah Allah dalam surat An-Nahl ayat 125
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik”
Mari kita teladani dan jaga bersama apa yang telah dirintis oleh generasi awal dakwah Islam di Nusantara. Karena pada dasarnya, kita semua punya tanggung jawab bersama membumikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Wallahua’lam bisshawab.