Ketika Salman al Farisi Melihat Tanda Kenabian di Punggung Nabi Muhammad

tanda kenabian di punggung nabi muhammad

Pecihitam.org – Setiap Nabi diberikan mukjizat dan juga tanda kenabian untuk meyakinkan umatnya. Salah satu tanda kenabian yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw adalah tanda yang terdapat di punggung beliau. Dalam suatu riwayat, ada beberapa shahabat yang pernah melihatnya. Bahkan ada seorang pendeta yang pernah melihat tanda itu saat keduanya bertemu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Salah satu sahabat yang pernah melihat tanda itu adalah Salman al-Farisi. Dahulu ia adalah seorang hamba sahaya di kota Yatsrib. Tidak mudah Salman menemui tanda kenabian itu, ada perjalanan keyakinan sebelum ia meyakini bahwa Rasulullah sebagai pembawa pesan kebenaran.

Kisahnya dimulai ketika ia harus menjaga api yang menjadi sesembahan orang Majusi. Hal itu ia lakukan karena menuruti permintaan ayahnya yang sangat menyayangi dirinya.

Pekerjaan itu terus ia lakukan sampai muncul rasa kebosanan. Dan pada suatu hari, dia melihat orang Nasrani beribadah di gereja. Salman sangat tertarik dengan gaya mereka beribadah.

Disana Salman menemui takdirnya, dia bertemu seorang pendeta yang mengajari Salman tentang ilmu-ilmu agama. Ilmu itu terus Salman bawa dan dikembangkan dalam lini kehidupannya.

Baca Juga:  Kisah Pemuda Faqir Yang Meminta Sesuap Makanan Pada Syeikh Junaid al-Baghdadi

Suatu hari gurunya wafat, dan Salman memutuskan untuk pergi ke tanah Arab bersama sebuah kafilah. Namun naas, dirinya ternyata ditipu oleh kabilah tersebut yang mengakibatkan seluruh hewan ternaknya habis.

Parahnya lagi, ia dijual kepada salah seorang penduduk Yastrib sebagai hamba sahaya. Dibalik semua itu, ada sebuah kenikmatan besar yang didapatkan Salman. Disanalah beliau bertemu dengan Nabi Muhammad dan berusaha membuktikan kebenaran kenabiannya.

Pertama, ia memberikan kurma kepada Nabi sebagai sedekah. Nabi pun menerimanya dan membagikannya kepada seluruh shahabatnya. Tidak sebutir pun Nabi memakan kurma tersebut. Lain hari, Salman memberikan kurma sebagai hadiah untuk Nabi.

Seperti biasa kurma itu dibagikan kepada shahabatnya namun Nabi juga ikut makan bersamanya. Tanda pertama berhasil didapatkan, bahwa Nabi tidak menerima sedekah tetapi menerima hadiah.

Kedua, ketika Nabi mengantarkan jenazah penduduk Yatsrib, Salman ikut bersama Nabi. Beliau berusaha menengok tanda-tanda kenabian yang ada di punggung Nabi. Salman terus mencari-cari dimana tanda kenabian itu berada.

Baca Juga:  Kisah Iblis Ketika Membangunkan Khalifah Muawiyah untuk Shalat

Nabi Muhammad yang paham geliat Salman, akhirnya membuka kain di punggung beliau dan terlihat tanda kenabian yang selama ini Salman cari. Salman pun menangis bahagia dan memeluk erat Nabi.

Tanda kenabian itu pasti adanya karena didukung kesepakatan para ulama yang membenarkan perihal tanda kenabian tersebut. Akan tetapi masalah bagaimana bentuk dan rupa tanda itu mereka masih berbeda pendapat.

Imam Bukhari dan Muslim pernah meriwayatkan sebuah hadits yang menggambarkan tanda-tanda kenabian itu. Dari Said bin Yazid mengatakan saya melihat tanda kenabian di antara pundak atau punggung Rasulullah, ukurannya kira-kira sebesar telur burung dara (H.R. Bukhari dan Muslim).

Namun di hadits riwayat Imam Ahmad dikatakan bahwa Abu Zaid Amar bin Akhtab al-Anshari mengatakan saya melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah saw bentuknya seperti kelenjar (gumpalan daging) yang berwarna merah seperti telur burung unta (H.R. Ahmad).

Baca Juga:  Kisah Zaid bin San’ah, Pendeta Yahudi Pencari Tanda Kenabian

Terlepas dari bagaimana bentuk dan rupa tanda kenabian tersebut, satu pelajaran yang dapat kita petik bahwa kita harus yakin dengan tuntunan agama Islam. Meyakini sepenuh hati bahwa Islam adalah agama penyelamat dan akan menyelamatkan umat manusia dari kegelapan.

Sudah tugas kita sebagai umat manusia untuk terus memperbaiki diri untuk mencapai kesempurnaan akhlak yang tinggi. Karena salah satu cara menghidupkan agama Islam adalah menjadikan akhlak mulia sebagai kebutuhan pokok bagi pemeluknya.

Muhammad Nur Faizi