Tanda-tanda Wali Allah Menurut Ibnu Athaillah as Sikandari

tanda tanda wali allah

Pecihitam.org – Setiap Rasul pasti mengandung sifat kerasulan, kenabian, dan juga kewalian. Hanya saja setelah khatamul anbiya Nabi Muhammad SAW, sifat kenabian dan kerasulan sudah tertutup. Dan pintu yang masih terbuka hingga kini adalah kewalian.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Wali Allah inilah pewaris para nabi dan Rasul. Jika para Nabi dan Rasul bersifat makshum (terjaga dari maksiat), maka para wali Allah bersifat mahfuzh (selalu dalam bimbingan Allah baik dalam taat maupun dalam khilaf). Sifat kewalian inilah yang masih melekat pada beberapa orang di tengah-tengah kita.

Syekh Ibnu Athaillah as Sikandari mengatakan bahwa Allah mengungkapkan sebagian wali-Nya dan menyembunyikan sebagian lain di tengah masyarakat. Tetapi semua wali Allah menjadi tanda bagi masyarakat atas kehadiran-Nya.

قال رضي الله عنه سبحان من لم يجعل الدليل على أوليائه إلا من حيث الدليل عليه ولم يوصل إليهم إلا من أراد أن يوصله إليه

Artinya, “Mahasuci Allah yang tidak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yang menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yang tidak ‘mempertemukan’ kepada para wali selain orang yang dikehendaki sampai kepada-Nya.”

Wali Allah bisa saja bersembunyi ditengah tengah kita, mereka juga makan dan minum, bekerja layaknya manusia biasa sehingga sulit dikenali. Hal ini sebagaiman keterangan Syekh Ibnu Abbad berikut ini.

Baca Juga:  Imam Ja’far Ash Shadiq: Zuhud Bukan Berarti Anti Dunia

وسمعته يقول يعنى شيخه أبا العباس رضي الله عنه يقول معرفة الولي أصعب من معرفة الله فإن الله معروف بكماله وجماله وحتى ومتى تعرف مخلوقا مثلك يأكل كما تأكل ويشرب كما تشرب وقال فيه وإذا أراد الله أن يعرفك بولي من أوليائه طوى عنك وجود بشريته وأشهدك وجود خصوصيته اهـ

Artinya, “Aku (Syekh Ibnu Athaillah) mendengarnya (maksudnya adalah gurunya), Syekh Abul Abbas Al-Mursi berkata, ‘Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. Tetapi kapan kau bisa mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.’ Ibnu Athaillah berkata di Latha’iful Minan, ‘Kalau Allah menghendakimu kenal dengan salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,’” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam juz II, halaman 2).

Lantas, jika wali Allah itu tersembunyi bagaimana caranya kita mengetahui mereka yang mungkin ada di sekitar kita? Ternyata walaupun para wali juga manusia biasa seperti hamba Allah lainnya, setidaknya kita bisa sedikit mengetahu tanda-tanda keberadaan mereka. Minimal mereka mengandung tiga sifat berikuit ini sebagaimana keterangan Syekh Zarruq.

Baca Juga:  Ibnu Athaillah: Bertaubatlah Setiap Waktu

ثم الولي يعرف بثلاث: إيثار الحق، والإعراض عن الخلق، والتزام السنة بالصدق

Artinya, “Tetapi waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133).

Akan tetapi, meski Syekh Zarruq menyebutkan bahwa sifat dan tand waliyullah demikian, kita tetap saja sulit mengetahui siapa wali Allah di tengah kita. Sebab mereka beribadah sepereti kita, berpakaian seperti kita, kadang juga berbuat khilaf seperti kita, bahkan kesehariannya punya profesi yang mungkin saja kita tidak tahu apa.

Yang berbeda adalah, Allah telah menjaga mereka dari penyakit batin dan mereka selalu menjaga adab kepada Allah saat berbuat taat maupun saat berbuat maksiat karena kuasa-Nya atas bimbingan-Nya.

Baca Juga:  Konsep Hulul Al-Hallaj dan Pro Kontra Para Ulama

Itu sebabnya kita selalu dianjurkan untuk berbaik sangka kepada semua orang, karena hakikatnya terkadang kita tidak tahu dengan siapa sebenarnya kita berhadapan dan berbicara, karena siapa tahu itu adalah kekasih-Nya. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik