Tata Cara Sholat; Mulai dari Rukun Sampai dengan Bacaannya

Tata Cara Sholat; Mulai dari Rukun Sampai dengan Bacaannya

PeciHitam.org – Sholat secara garis besar digolongkan menjadi 2 jenis, shalat Wajib dan Sunnah. Sholat wajib atau sering disebut shalat fardhu terdiri dari shalat 5 waktu atau shalat maktubah  dan shalat Nadzar. Sedangkan shalat Sunnah jenis dan ragamnya sangat banyak.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Akan tetapi tata cara shalat Fardhu dan Sunnah hampir sama tentang rukun dan tata cara pelaksanaanya. Mengecualikan beberapa shalat Khusus seperti Shalat Jenazah, Shalat Gerhana, Shalat Khauf. Selain shalat tersebut, bisa dipastikan tata cara shalatnya sama.

Daftar Pembahasan:

Rukun Sholat

Melakukan Sholat dengan tata cara yang benar harus memperhatikan runtutan dari Rukun shalat. Rukun Shalat merupakan bagian penting dalam Shalat karena menjadi Pondasi dalam Shalat. Satu Rukun Terlewat Shalat tidak Sah.

Memahami rukun-rukun Sholat kita mencukupkan diri untuk tabi’ mengikuti pendapat para Ulama. Karena jika kita melakukan tracking pada Hadits-hadits Nabi secara langsung, akan menemui dalil;

صلوا كما رأيتموني أصلي

Artinnya; “Shalatlah Kalian sebagaimana kalian melihat saya (melakukan) Shalat” (HR. Bukhari)

Dan para Sahabat banyak yang meriwayatkan Hadits tentang tata cara Shalat Nabi SAW. Kemudahan seorang Awam adalah tinggal meniru apa yang dilakukan oleh para Ulama yang bersanad Ilmu kepada Nabi Muhammad SAW. Jangan seorang awam “Kemenyek” langsung dari Hadits yang mereka tidak paham tata cara memahami Hadits Nabi SAW.

Dari sekian pendapat Ulama, Syaikh Muhammad bin Qasim Al-‘Izzi mensyarahi kitab Matan Ghayah wa Taqrib yang banyak disyarahi oleh para Ulama menyebut rukun-rukun shalat sebanyak 18 rukun sebagai berikut;

“فصل” وأركان الصلاة ثمانية عشر ركنا النية والقيام مع القدرة وتكبيرة الإحرام وقراءة الفاتحة وبسم الله الرحمن الرحيم آية منها والركوع والطمأنينة فيه والرفع واعتدال والطمأنينة فيه والسجود والطمأنينة فيه والجلوس بين السجدتين والطمأنينة فيه والجلوس الأخير والتشهد فيه والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فيه والتسليمة الأولى ونية الخروج من الصلاة وترتيب الأركان على ما ذكرناه

Artinya; Bab tentang Rukun Shalat mencakup 18 Rukun; yakni Niat, Berdiri bagi yang mampu, Takbiratul Ihram, Membaca surat al-Fatihah, dan Bismillahirrahmanirrahim merupakan bagian ayatnya, Ruku’, Thuma’ninah, Bangun dari ruku’ dan I’tidal, Thuma’ninah, Sujud, Thuma’ninah, Duduk diantara dua sujud, Thuma’ninah, Duduk untuk Tasyahhud Akhir, Membaca tasyahhud Akhir, Membaca shalawat pada Nabi SAW saat Tasyahhud Akhir, Salam pertama, Niat keluar dari shalat dan Tertib.

Kesepakatan dan Perbedaan dalam Sholat

Keterangan tentang kaifiyah cara sholat tidak dijelaskan lebih lanjut tentang tata cara pelaksanaanya dalam Al-Qur’an. Entah bagaimana cara berdiri, mengangkat tangan, sujud, duduk dan harus membaca doa apa saja dalam Sholat. Hal ini untuk menunjukan fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an yaitu Bayan Tafshil (keterangan penjelas).

Baca Juga:  Istinja’ dan Adab Buang Hajat (Qadha al-Hajat) yang Harus Diperhatikan

Hadits yang dimaksud adalah (صلوا كما رأيتموني أصلي) yang oleh para Sahabat dicontoh gerakan Sholat Nabi. Akan tetapi pada tataran Ulama mempunyai sedikit perbedaan dalam shalat yang bersifat furu’iyah atau percabangan masalah. Bukan pada masalah asasiyah (pokok-pokok) sholat.

Masalah-masalah yang asasiyah seperti waktu sholat tidak ada masalah sama sekali. Semua Ulama bersepakat tentang pembagian waktu sholat;

  1. Waktu Mahrib, dari terbenamnya Matahari secara penuh sampai hilangnya Awan Merah
  2. Waktu Isya, dari Hilangnya Awan Merah (tanda selesai sholat Maghrib) sampai munculnya Fajar Shadiq (Fajar Merah yang tidak menghilang)
  3. Waktu Shubuh, dari Munculnya Fajar Shadiq sampai mulai terbitnya Matahari.
  4. Waktu Dzuhur, dari tergelincirnya Matahari untuk condong ke barat sampai Bayangan Benda melebihi benda aslinya.
  5. Waktu Ashar, Bayangan benda melebihi ukuran benda sampai awal terbenamnya matahari.

Selain waktu yang  disepakati bersama oleh para Ulama, jumlah rakaat dalam sholat juga semua umat islam seragam tentang itu. Shubuh mempunyai rakaat 2, dzuhur, ashar, isya’ memiliki 4 rakaat dan maghrib memiliki 3 rakaat. Tidak ada pendapat Ulama yang mengatakan Dzuhur menjadi 3 rakaat atau 2 rakaat.

Perbedaan dalam sholat berkisar pada kewajiban adanya Qunut Shubuh pada Sholat Shubuh, gerakan angkat tangan harus setinggi apa, tatapan wajah pada shalat harus kemana, gerakan yang membatalkan shalat dan beberapa hal lainnya. Perbedaan ini masuk dalam kerangka sunnah dan khilafiyah tidak mengganggu ke-SAH-an sholat kita.

Pada Hakikatnya, sholat adalah gerakan Imitasi pada gerakan Rasulullah dan perlu adanya sanad mu’tabarah dalam gerakan Rasulullah melalui para Sahabat dan terus dilanjutkan oleh para Ulama. Pda konteks ini, meniru dan mengikuti Ulama menjadi penting karena memiliki otoritas dan sanad (ketersambungan ilmu).

Tata cara shalat paling sederhana dalam meneladani Rasulullah SAW adalah meniru para Ulama melaksanakan Shalat. Ulama-ulama tersebut juga meniru dari para guru beliau dan akan tersambung kepada Rasulullah SAW. Jangan sampai Otodidak dalam belajar Agama Islam.

Tata Cara Sholat dan Bacaannya

Tata cara gerakan dan Sholat serta bacaan-bacaan dalam sholat ada yang termasuk rukun dan ada juga yang tergolong sunnah. Runtutan tata cara gerakan sholat serta bacaan dalam sholat sekaligus perhatikan rangkaiannya;

  1. Berdiri Tegak (bagi yang mampu) menghadap kiblat dan sambil mengucap Niat dalam hati untuk mengerjakan sholat. Niat Sholat  adalah sesuai dengan shalat yang sedang dikerjakan. Di Sunnahkan malafadzkan Niat untuk mendukung kemantapan dalam Niat.
  2. Takbiratul Ihram (dengan cara mengangkat kedua tangan sambil membaca: Allaahu akbar)
  3. Kemudian kedua tangan disedekapkan pada dada dan membaca do’a Pembuka/ Iftitah:

للهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. أِنِّ وَجَّهْةُ وَجْهِيَ ِللذِيْ فَطَرَالسَّمَوَاتِ وَاْلآَرْضَ حَنِيِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمْحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Baca Juga:  Zakat Dagangan, Bagaimanakah Perthitungannya?

Transliterasi; “Allaahu akbaru kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi bukrataw waashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin. Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin”

Redaksi ini adalah redaksi paling terkenal diantara bacaan Iftitah yang ada serta paling banyak yang mengamalkannya. Membaca ini termasuk golongan Sunnah.

  1. Dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah (termasuk Rukun/ Kewajiban Shalat)

.بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ  صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Transliterasi; “Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim. Maalikiyaumiddiin. Iyyaaka na’budu waiyyaaka nasta’iinu. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin

  1. Diteruskan membaca salah satu surah pendek atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an (berhukum Sunnah).
  2. Ruku’, dengan membaca “Subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdih” sebanyak 3 kali
  3. I’tidal, dilakukan Setelah ruku’, kemudian bangkit tegak dengan mengangkat kedua tangan sambil membaca “Sami’allaahu liman hamidah” dan pada posisi berdiri sempurna membaca doa “Rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawati wa mil ‘ulardhi wa mil ‘umaasyi’ta min syai’in ba’du
  4. Sujud, langkah selanjutnya Sujud dengan meletakkan dahi (tidak harus tekan, digesek pada tempat sujud) di alas shalat. Kemudian membaca “Subhaana rabbiyal a‘laa wa bihamdih” sebanyak 3 kali.
  5. Duduk di antar dua Sujud, Setelah sujud lalu bangun untuk duduk sambil membaca Takbir, saat duduk membaca: “Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu ‘annii
  6. Sujud Kedua dengan bacaan dan tata cara sama dengan sujud pada poin 8. Setiap Rakaat hanya ada dua sujud.
  7. Tasyahud Awal, Pada raka’at kedua (untuk Shalat berrakaat 3-4), kita duduk membentuk tasyahud awal (duduk pada posisi kaki menolak) sambil membaca:
Baca Juga:  Hukum dan Larangan Menjual Barang Cacat dalam Islam

اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ اَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهُ، اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Transliterasi; “Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibadadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah. Wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad

Pada saat telah selesai Tahiyat Awal, lalu berdiri kembali dengan mengangkat kedua tangan mengerjakan raka’at ketiga. Bacaan rakaat selanjutnya sama dengan rakaat pertama dikurangi doa Iftitah yang khusus dirakaat pertama.

Selesai raka’at ketiga, langsung mengerjakan raka’at keempat (cara-caranya sama seperti raka’at kedua, hanya saja setelah sujud terakhir (sujud kedua) lalu duduk kaki bersilang (tawarruk) atau tahiyat akhir.

  1. Tahiyatul Akhir, dengan membaca doa sama dengan pada Tahiyyat Awwal ditambah;

كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

“Kamaa shallaitaa ‘alaa sayyidinaa ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa ibraahiim wa ‘alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid

  1. Salam, selesai membaca doa pada tahiyat akhir maka salam kearah Kanan dengan membaca “Assalaamu’alaikum warahmatullaah” dan salam kearah kiri adalah Sunnah

Rangkaian tata cara Sholat jika dilaksanakan secara benar akan hafal dengan sendirinya, sebagaimana seorang Muslim tidak pernah menghafalkannya. Karena kebiasaan akan menjadi pengetahuan terkuat.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan