Tazkiyatun Nafs, Penjernihan Hati Agar Mendapat Pancaran Nur Ilahi

Tazkiyatun Nafs

Pecihitam.org– Tazkiyatun Nafs atau proses penjernihan hati menempati posisi esensial dalam Tasawuf. Karena ini merupakan proses yang akan menjadi penentu memancar cahaya Ilahi ke dalam hati salik (peniti jalan Tasawuf).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam tulisan ini, akan membahas tentang Tazkiyatun Nafs, baik tentang pengertian, pandangan para ulama sufi serta pembahasan lain yang terkait.

Daftar Pembahasan:

Pengertian Tazkiyatun Nafs

Secara etimologi, istilah tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata, yaitu tazkiyah dan al-nafs. Tazkiyah berasal kata zakkâ, yang berarti penyucian, pembersihan.

Kata tazkiyah berkonotasi membersihkan sesuatu yang bersifat immaterial, misalnya, membersihkan pikiran dari angan-angan kotor atau membersihkan diri dari nafsu-nafsu amarah dan syahwat.

Sedangkan pengertian al-nafs adalah
jiwa, yaitu jiwa yang bersifat latîf (lembut), rûhânî (immateril, abstrak) dan rabbâni. Jiwa seperti inilah yang menjadi essensi manusia.

Jadi, secara etimologi, tazkiyah al-nafs
bermakna “penyucian jiwa.”

Adapun menurut istilah Tasawuf, Tazkiyatun Nafs merupakan proses
penjernihan atau pembeningan hati agar tembus cahaya dari Allah.

Pandangan ini didasari oleh argumentasi bahwa hati adalah seperti kaca, sedangkan dosa dan kejelekan ibarat noda yang mengotori kebeningan kaca.

Dari sini bisa dipahami bahwa tazkiyatun nafs adalah proses pensucian kotoran batin atau proses menghilangkan sifat-sifat jelek yang merintangi jiwa dalam berhubungan kepada-Nya, untuk kemudian mengisi dengan sifat terpuji, serta mengobati jiwa, agar hidup menjadi bermakna, baik dalam hubungan dengan Allah, dengan diri sendiri, maupun dengan sesama manusia.

Tazkiyatun Nafs dalam Al-Qur’an dan Hadis

Dalam Al-Qur’an dan hadis terdapat beberapa ayat dan riwayat berbicara tentang tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa.

Surat As-Syams: 7-9

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ

Baca Juga:  Mengenal Wali Qutub dalam Hierarki Kewalian Para Waliyullah

demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)

Ayat di atas berbicara tentang penyempurnaan penciptaan nafs manusia dan potensi yang diberikan kepadanya. Karena kesempurnaan penciptaan nafs itu, maka manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk memelihara dan mensucikannya.

Perintah untuk mensucikan jiwa itu dengan jelas dapat dipahami dari kalimat qad aflaha man zakkaha dalam (sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan jiwanya).

Surat Fathir: 18

وَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ

Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali.

Surah Fathir ayat 18 ini bermakna sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya, yakni mereka membersihkan jiwa jiwanya dari syirik, dzalim dan akhlak yang tercela.

Surat Al-Jumu’ah: 2

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ

Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Riwayat Imam Muslim

Diceritakan Zaid bin Arqam pernah berwasiat kepada para sahabat lainnya seperti yang diriwayatkan oleh imam muslim dalam kitab Shahih-nya

Saya tidak mengatakan kecuali apa yang telah dikatakan oleh Rasul dan sahabatnya, “Ya Allah, Saya berlindung kepada-Mu dari kemalasan, pengecut, bakhil dan azab kubur. Ya Allah, anugerahilah jiwa hamba ketakwaan, sucikanlah ia karena Engkaulah yang sebaik-baiknya mensucikan. Engkaulah penolongnya, dan Engkaulah Tuhannya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak puas-puas dan dari doa yang tidak dikabulkan.”

Dari beberapa ayat dan hadits di atas dapat dipahami bahwa tazkiyatun nafs memiliki dasar-dasar atau sandaran naqliyah yang kuat.

Baca Juga:  Benarkah Jika Sudah Bertasawuf Tidak Perlu Lagi Syariat? Ini Penjelasannya

Pandangan Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M), sebagai seorang ulama yang konsen di dunia Tasawuf memandang bahwa Tazkiyatun Nafs atau penyucian jiwa melalui takhalli (menghilangkan sifat-sifat tercela) sembari mengisinya dengan sifat terpuji (tahalli).

Tazkiyat al-nafs juga berarti pensucian jiwa dari sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat setan, kemudian mengisi dengan akhlak ketuhanan (rabbâniyyah). Tazkiyat al-nafs berusaha mengobati penyakit jiwa (asqâm al-nufűs) setelah mengetahui sebab-sebabnya.

Tazkiyat al-nafs berhubungan dengan
akhlak, kejiwaan, dan dengan usaha mendekati Allah SWT.; karena Allah Mahasuci, bisa

Tujuan Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun Nafs terkait dengan tujuan hidup manusia, yakni untuk mendapatkan kebahagiaan jasmani dan ruhani. Kebahagiaan ini merupakan kesempurnaan jiwa, dan kesempurnaan jiwa itu sendiri tergantung pada kesuciannya.

Adapun yang menghalangi kesempurnaan jiwa adalah noda yang ditorehkan sifat-sifat jelek. Fitrah manusia adalah suci, namun setelah menempati badan, ia menjadi terpengaruh tuntutan badan.

Bagi yang ingin mendapat kesempurnaan jiwa dan keharmonisan hubungan dengan Tuhan, maka jalan yang ditempuh adalah tazkiyah al-nafs.

Jadi secara umum, tujuan tazkiyah al-nafs adalah untuk memperoleh kesucian dan kesempurnaan jiwa agar bisa berhubungan harmonis dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan makhluk Allah lainnya.

Sedangkan tujuan khusus tazkiyah al-nafs, antara lain, adalah (1) pembentukan manusia yang berjiwa suci, bersih akidahnya, dan luas ilmunya; (2) membentuk manusia berakhlak mulia; (3) membentuk manusia yang terbebas dari perilaku tercela dan dipenuhi akhlak mulia.

Baca Juga:  Peran dan Kontribusi Kiai Kholil dalam Menyebarkan Ajaran Tasawuf di Pulau Jawa

Tazkiyatun Nafs yang dikonsepsi oleh para ulama sufi memiliki urgensi yang pada umumnya adalah sebagai berikut:

Pertama, tazkiyatun nafs akan mendatangkan kebahagiaan bagi manusia. Kedua, tazkiyatun nafs dapat mengembalikan jiwa kepada fitrahnya, karena pada mulanya jiwa manusia adalah bersih, tetapi kemudian terselubungi noda, hawa nafsu dan amarah.

Ketiga, kesucian akal. Fungsi akal adalah sebagai mesin pengolah berbagai ilmu pengetahuan. Berkat akal manusia bisa menempati kedudukan terhormat di Dunia.

Keempat, kedisiplinan, keteguhan dan kebesaran jiwa. Semua ini dapat diperoleh dengan tazkiyatun nafs yang diterapkan melalui latihan mendisiplinkan diri guna menghapus sifat-sifat buruk.

Kelima, memperoleh ilmu, dzawq dan kasyf. Jiwa yang telah tersucikan akan mampu menangkap hakikat-hakikat pengetahuan. Adapun bagian jiwa yang berfungsi mencari hakikat pengetahuan adalah qalb (hati).

Demikian kajian tasawuf kali ini yang membahas tazkiyatun nafs, sebagai proses pembersihan dan penjernihan hati atau jiwa agar dapat memancarkan cahaya Ilahi di dalamnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.

Faisol Abdurrahman