Ukhuwah dalam Islam, 3 Konsep Cerdas untuk Menggapai Kedamaian

Ukhuwah dalam Islam, 3 Konsep Cerdas untuk Menggapai Kedamaian

PeciHitam.org Islam mengatur pola hubungan manusia dalam dua dimensi, hablum minallah dan hablum minannas. Pola hubungan hablum minallah adalah berfokus pada dzat yang maha Menciptakan, yakni Allah SWT. Pola hubungan ini disebut dengan Ibadah atau Penghambaan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pola hubungan manusia dengan sesama manusia atau hablum minannas adalah pola hubungan yang berbasis sosial. Hablum Minannas akan ditujukan untuk berbuat baik sesuai porsi dan peran sosial yang dijalani. Hubungan sosial sesama manusia akan berkembang dalam bentuk ukhuwah atau persaudaraan.

Nilai persaudaraan adalah nilai Universal manusia yang semua orang terkena khittabnya. Karena manusia itu sendiri adalah makhluk sosial yang hampir mustahil hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Maka menjaga persaudaraan atau Ukhuwah dalam Islam sangat ditekankan.

Semakin erat Ukhuwah pada sesama, maka manusia akan semakin menjadi Humanis dan Manusiawi. Hakikat Ukhuwah adalah menempatkan manusia dalam posisi manusia seutuhnya, sebagai makhluk fitrah ciptaan Allah SWT.

Daftar Pembahasan:

Ukhuwah dalam Islam dan Pembagiannya

Ukhuwah adalah kata dalam bahasa Arab yang dapat dimaknai sebagai ‘Persaudaraan’. Arti kata dasarnya adalah akhun ‘اخٌ’ yakni saudara. Maka kata ukhuwah bisa diterjemahkan sebagai sebuah bentuk pengakuan persaudaraan antar manusia.

Tidak lain, tujuan ukhuwah adalah Ash-Sulhu atau kedamaian yang selalu diidamkan oleh banyak orang. Dalam kedamaian dan stabilitas sosial yang baik, peradaban dan kebudayaan akan berkembang dengan pesat. Lawan kata dari ukhuwah adalah pemusuhan dan perpecahan.

Jika permusuhan dan perpecahan terjadi ditengah masyarkat bisa dipastikan hanya akan ada kemunduran peradaban dan kebudayaan. Implikasi yang selalu menyertai permusuhan dan perpecahan adalah pertumpahan darah antar manusia.

Oleh karenanya, ukhuwah yang berbuah kedamaian adalah sebuah nilai mahal yang tidak semua bangsa dan negara memilikinya seperti Indonesia. Maka tidak salah, jika segerombolan orang yang mengklaim diri ‘Penghuni Surga’ melakukan aksi memecah belah Ukhuwah adalah musuh bersama, terlepas apapun agamanya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (١٣

Artinya; “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Qs. Al-Hujurat: 13)

Ukhuwah dalam simpul Ahlus Sunnah wal Jamaah sering dibagi kedalam 3 jenis, yakni Ukhuwah Wathaniyah, Ukhuwah Islamiyah, dan Ukhuwah Basyariyah.

Konsep 3 ukhuwah ini sering disebut sebagai ‘Trilogi ukhuwah’ yang dinisbahkan kepada KH Ahmad Shiddiq, tokoh Ulama Kharismatik Jember.

  1. Ukhuwah Wathaniyah adalah simpul persaudaraan antar warga negara, yang menekankan tidak ada musuh bagi seluruh warga negara apapapun latar belakangnya.
  2. Ukhuwah Islamiyah, adalah ikatan persaudaraan antar sesama Muslim seluruh dunia, dimanapun berada. Kesamaan ajaran dan tujuan setiap Muslim menunjukan kekuatan solidaritas yang bisa dibangun.
  3. Ukhuwah Basyariyah, yakni persaudaraan antar sesama manusia. Adalah simpul ajaran islam agar sesama manusia saling menghormati dan menempatkan manusia sebagai makhluk fitrah. Tidak diperbolehkan karena perbedaan agama suku dan ras mendasari permusuhan.
Baca Juga:  6 Peristiwa Penting di Bulan Syawal dalam Kurun Waktu Sejarah Islam

Karena hakikat manusia adalah sama, tercipta dari ‘Debu’ dan dibentuk sesuai Qudrah Allah SWT, tidak ada keunggulan satu dibanding lainnya kecuali atas dasar ketakwaan kepadaNya.

Dalil Ukhuwah dalam Islam

Ukhuwah dalam Islam merupakan aset yang harus diperjuangkan sebagai nilai universal. Konsep ukhuwah, menganggap orang lain saudara akan mendorong tindakan negatif tidak dilakukan oleh seseorang. Tidak akan ada permusuhan, perpecahan, peperangan, saling benci dan saling caci jika dasar semua relasi adalah persaudaraan.

Konsep Trilogi ukhuwah oleh KH Ahmad Shiddiq merupakan sebuah kontemplasi Ilmiah yang sangat baik. Al-Qur’an dan Hadits sendiri menyebutkan tentang perintah ukhuwah dalam Islam sebagai berikut;

Dalil Ukhuwah Wathaniyah

Konsepsi Ukhuwah wathaniyah, persaudaraan sebangsa, setanah air adalah surat Al-Hujurat ayat 13, yang mana disebutkan bahwa

Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu’.

Indonesia yang terdiri dari Nusantara, menjadi gambaran tepat bahwa perbedaan bisa bergabung dalam kebersamaan. Kerangka utama dari bersatunya bangsa adalah persaudaraan sebangsa dan setanah air untuk hidup berdampingan dalam damai.

Baca Juga:  Inilah 11 Tradisi Lebaran Ketupat dari Berbagai Daerah di Indonesia

Dalil Ukhuwah Islamiyah

Bahwa seorang Muslim dengan muslim lainnya adalah saling bersaudara. Sebagaimana Allah firmankan dalam ayat berikut;

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (١٠

Artinya; “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Qs. Al-Hujurat: 10)

Selain itu, Rasulullah Muhammad SAW membuat sebuah analogi bahwa muslim satu dengan lainnya seperti tubuh manusia. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh badan akan mengalami gejala tidak sehat.

 مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Artinya; “Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari)

Perumpamaan yang dikatakan oleh Rasulullah mengandung beberapa faidah yakni kekuatan dan konsolidasi kekuatan. Sebagaimana masa Rasulullah SAW sangat memerlukan soliditas kekuatan untuk mengalahkan musuh-musuh yang menghalangi dakwah Islam.

Dalam era modern, soliditas dan rasa solidaritas sangat penting sebagai bekal membangun kekuatan yang besar. Jika soliditas dan solidaritas terbangun menjadikan Islam terlihat keagungannya dan kekuatannya. Sebaliknya, jika sebagaimana sekarang antar Muslim saling berselisih maka hanya akan meninggalkan faksi dan friksi permusuhan.

Dalil Ukhuwah Basyariyah

Persaudaraan antar manusia dilakukan dengan tidak membeda-bedakan suku, ras, asal bangsa, negara dan bahasa. Seluruhnya terikat oleh sebuah rasa yakini Ukhuwah Basyariyah.

Sebagai salah satu Ukhuwah dalam Islam yang dicetuskan oleh KH Ahmad Shiddiq, ukhuwah Basyariyah adalah harus dilandasi tindakan adil dalam setiap keadaan, baik kepada diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Islam sangat menjunjung tinggi Keadilan;

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (٨

Artinya; Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil” (Qs. Al-Mumthahanah: 8)

Ukhuwah dalam Bingkai Kebangsaan

Trilogi Ukhuwah yang dikonsepsikan oleh KH Ahmad Shiddiq, mantan Rais ‘Amm PBNU, banyak diperjuangkan oleh Aktifis dan Ulama-ulama ‘Hijau’. Tidak lain, karena ukhuwah adalah sebuah keharusan yang harus dijaga oleh segenap warga negara.

Baca Juga:  Inilah 7 Huruf yang Tidak Ada dalam Surat Al-Fatihah, Lalu Apa Hikmahnya?

Ulama ‘tradisional’ tidak memerlukan konsepsi ajaran ‘Nasionalisme’,’Humanisme’ atau isme-isme yang lain untuk menjaga perdamaian.

Ulama ini hanya membutuhkan sebuah Nilai untuk ‘Jangan Membuat Gaduh Rumah Saya (Indonesia)’. Materi yang seringkali dibawakan oleh KH Ahmad Musthofa Bisri yang merujuk kepada pemikiran Yai Shiddiq Jember.

Setiap orang Islam yang ‘Waras’ akan selalu berjalan dengan nilai Ukhuwah dalam Islam dengan baik. islam tentunya tidak mengajarkan mengadakan permusuhan kepada mereka yang tidak memusuhi Islam.

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ (٨

Artinya; “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu” (Qs. Al-Mumthahanah: 8-9)

Syarat utama adanya permusuhan dalam Islam adalah ketika Orang islam terlebih dahulu disakiti atau terusir dari rumah/ negeri mereka. Jika dalam keadaan damai, tentram , Islam melarang keras adanya aksi Radikalisme, terorisme dan kekerasan.

Musuh Utama orang Islam masa sekarang bukan orang beda agama, bukan orang beda negara, bukan orang beda suku bangsa, bukan orang kaya, bukan orang dari suku tertentu, akan tetapi Musuh Islam adalah Orang Dzalim.

Karena orang Dzalim akan selalu menjadikan tatanan masyarakat terpecah belah dan masalah saling tumpang tindih. Allah befirman;

فَلا عُدْوَانَ إِلا عَلَى الظَّالِمِينَ (١٩٣

Artinya; “Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim” (Qs. Al-Baqarah: 193).

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan