Pecihitam.org – Beberapa waktu belakangan dunia digemparkan dengan wabah virus Corona yang menimpa negeri Tiongkok khususnya di Provinsi Wuhan.
Wabah virus yang telah menelan banyak korban, hakikatnya memang sebuah fakta yang benar-benar terjadi sebagaimana telah disiarkan beritanya oleh beberapa media baik lokal maupun nasional, baik konvensional maupun media digital dan di-forward secara massal melalui situs jejaring sosial.
Namun, selain sebuah fakta, virus Corona menjadi panggung yang cukup menarik untuk membangun opini, narasi ujaran kebencian hingga serba-serbi hoax.
Bahkan konten-konten opini, narasi ujaran kebencian serta hoaxnya tak jarang lebih dominan, lebih menonjol dan lebih menjadi perbincangan daripada faktanya itu sendiri.
Ini sungguh sebuah fenomena yang yang cukup efektif untuk men-take over fakta yang kemudian dijadikan jurus untuk menebar hoax. Karena hoax yang paling canggih adalah yang disertai fakta di dalamnya.
Fakta Virus Corona
Faktanya virus Corona merupakan virus mematikan yang awal tersebarnya bermula dari restoran Seafood di Huanan, Provinsi Wuhan.
Novel Coronavirus atau 2019-nCoV ini sejauh ini telah merambah ke beberapa negara lain yang tersebar melalui pelancong yang datang ke Wuhan.
Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat. Itulah negara-negara yang sejauh ini diindikasikan mulai terkontaminasi virus flu dan demam mematikan ini.
Opini Seputar Virus Corona
Seperti disampaikan di awal, selain sebagai sebuah fakta, ternyata banyak juga bermunculan opini seputar virus Corona. Misalnya tentang asal muasal virus Corona. Secara umum, virus Corona diindikasi sebagai virus yang disebabkan karena seseorang memakan menu yang hidangan yang teebuat dari kelelawar di salah satu resto yang ada di Wuhan.
Namun, selain itu banyak juga bermunculan opini bahwa virus Corona adalah senjata biologis pembunuh massal yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Tiongkok untuk memusnahkan etnis muslim Uighur.
Menurut opini yang berkembang ini, ternyata ada kebocoran pada lab produksi senjata biologis sehingga tersebar menjadi virus dan kemudian berbalik menyerang menjadi bumerang bagi pemerintah Tiongkok.
Di sisi lain, ada juga yang beropini bahwa virus Corona adalah azab Allah kepada pemerintah Tiongkok yang dinilai telah melakukan diskriminasi dan pembantaian pada entnis Muslim Uighur.
Apakah opini-opini yang berkembang itu benar adanya, tentang hal ini wallahu a’lam. Yang jelas kita perlu hati-hati di dalam menyerap informasi dan juga memperhatikan dari mana informasi itu datang.
Misalnya tentang informasi bahwa virus Corona merupakan senjata biologis pemusnah massal. Informasi tentang ini ternyata pertama dimunculkan oleh Reuters, media Inggris yang berafiliasi dengan Amerika.
Sampai di sini kita perlu memfilter informasi ini, apakah benar adanya atau ini merupakan opini yang sengaja dikembangkan. Sebagaimana kita tahu bahwa Amerika dengan Tiogkok sedang melakukan perang dingin, perang dagang, persaingan bisnis.
Maka informasi yang angkat ke permukaan oleh media Amerika, kita tidak boleh telan mentah-mentah. Sebagai orang yang bisa berpikir rasional dan kritis, kita perlu mencoba memahami ada apa dibalik ini.
Kenapa orang yang ada di luar justru mempunyai kesimpulan lebih awal dan terkesan tergesa-gesa daripada orang dalam negeri itu sendiri?
Mungkinkah ini merupakan siasat perang dagang dari Amerika yang sengaja dihembuskan untuk membuat opini bahwa produk-produk buatan Tiiongkok tidak aman, mengandung virus dan macam-macam bahaya lainnya?
Adapun tentang opini yang mengatakan bahwa virus Corona merupakan azab dari Allah, maka kalaupun ini benar apakah pantas sikap kita menyikapi virus ini dengan olok-olokan?
Tidakkah ada simpati dalam diri kita untuk mendoakan saudara kita khususnya warga negara Indonesia yang sedang belajar di sana?
Kalau berbicara masalah adzab, ini bisa menimpa kepada siapapun, tidak terkecuali kepada diri kita sendiri sebagai individu. Maka jika ini pun adzab, mari sama-sama kita mohin ampun dan berdoa bersama agar diberi keselamata.
Jangan karena kekecewaan atau ketidak sukaan kepada pemerintah Indonesia yang selama ini banyak bekerja sama dalam dunia dagang maupun politik dengan pemerintah Tiongkok membuat kita seolah-olah menjadi wakil Tuhan yang menggumumkan bahwa virus Corona adalah azab yang ditimpakan kepada saudara-saudara kita yang ada di sana.
Narasi dan Ujaran Kebencian
Berawal dari opini bahwa virus Corona adalah azab dari Allah, maka dari sini kemudian berkembang narasi-narasi yang salah satunya menyudutkan pemerintah Indonesia.
Salah satu narasi dibangun berkaitan virus Corona adlah memainkan cocoklogi, yakni dengan menyampaikan bahwa virus Corona telah diprediksi oleh Ustadz As’ad Humam dalam metode belajar membaca Al-Qur’an, Iqro‘, sebagaimana yang berkembang secara sembarangan di media sosial dan pesan-pesan instan WhatsApp.
Digambarkanlah sedemikian rupa bahwa wa Ustadz Asad Humam memprediksi virus Corona akan terjadi diciptakan pada zaman yang penuh dengan kedustaan.
Walaupun secara gramatika, cocoklogi yang mereka ciptakan sungguh sangat melenceng maknanya dari yang dikehendaki oleh Ustadz Asad Humam itu sendiri.
Tetapi dalam tulisan ini kami tidak akan membedah tentang kekeliruan cocoklogi yang mereka ciptakan itu. Cukuplah tulisan-tulisan yang ada di media lain menjadi penjelas tentang hal ini. Karena saya mempunyai penekanan lain yang lebih penting berkaitan dengan virus Corona ini.
Menurut analisa saya, cocoklogi ini adalah narasi sebagai buah dari kebencian yang selama ini dipendam. Ketika mereka mengatakan bahwa virus Corona telah diprediksi akan tercipta di zaman yang penuh kedustaan, maka hakikat dari tujuan mereka adalah ingin mengatakan zaman ini, khususnya Pemerintah Indonesia adalah pemerintah yang penuh dengan kebohongan penuh dengan kedustaan.
Itu sebenarnya tujuan mereka, sebagaimana gembar-gembor mereka semenjak para dan pada saat tahun politik kemarin.
Kenapa saya mengatakan demikian? Karena tidak mungkin mereka mengatakan pemerintah negara lain yang mereka anggap pemerintah Islami, misalnya yang ada di Suriah, Arab Saudi dan yang ada di Timur Tengah lainnya yang selama ini mereka puja, mustahil akan mereka tuduh sebagai pemerintah yang penuh dengan kedustaan.
Kalaupun mereka bermaksud mengatakan penuh kedustaan itu secara umum, tidak terbatas kepada suatu negara dan suatu pemerintahan, maka cocoklogi yang mereka bangun itu akan balik menyerang dirinya sendiri.
Jadi begini, ketika mereka mengatakan virus Corona diciptakan di zaman yang penuh dengan kedustaan, maka ketahuilah salah satu pendusta yang paling besar di zaman diciptakannya virus Corona itu adalah mereka yang membuat cocoklogi itu sendiri.
Bagaimana tidak, mereka membuat kebohongan atas nama seorang ustad, atas nama metode belajar Al-Quran untuk membenarkan kebohongan mereka. jJadi kalaupun mereka mau memaksakan bahwa virus Corona diciptakan di zaman yang penuh dengan kedustaan, maka katakanlah kepada mereka, “Iya di zaman penuh kedustaan dan salah satu pendusta itu adalah anda sendiri”.
Hoax dan Hilangnya Rasa Simpati
Kita tentu menonton salah satu tayangan yang ada di YouTube yang mengaitkan kematian Gus Sholah atau KH. Salahudin Wahid dengan virus Corona.
Sungguh ini adalah kebohongan besar yang mereka anggap hal yang remeh, tetapi di sisi Allah ini sungguh hal yang besar timbangannya. Dengan mudahnya mereka mengatakan bahwa seorang ulama terjangkiti virus Corona. Iya, memang bisa saja seseorang itu terjangkit virus Corona.
Tetapi di sini saya menangkap bahwa ini sengaja dibuat untuk mendiskreditkan salah seorang ulama NU yang mana NU adalah sasaran yang selalu bertubi-tubi diserang oleh kelompok-kelompok yang merasa paling Islami dan menganggap bahwa kondisi zaman sekarang sangat gawat bahkan melebihi gawatnya kiamat.
Selain hoax berkaitan dengan kematian Gus Sholah, masih banyak hoax lain yang dikaitkan dengan virus Corona. Ini sangat aneh menurut saya.
Suatu kondisi yang oleh WHO ditetapkan sebagai keadaan darurat, ternyata malah dijadikan panggung untuk menyebarkan bibit-bibit hoax.
Aneh memang. Disaat orang lain tertimpa wabah virus yang mematikan, malah kelompok-kelompok sakit hati ini mengambil kesempatan untuk menyebarkan hoax, dan menabur bibit-bibit kebencian. Tidakkah mereka berpikir bagaimana untuk mendoakan saudaranya atau memberikan bantuan kepada mereka.
Bahkan netizen-netizen sakit hati plus latah ini sempat saya mendapati salah satu dari mereka memberikan komentar yang sangat aneh berkaitan dengan link berita CNN Indonesia yang berisi pernyataan Kyai Haji Said Aqil Siradj.
Di dalam berita itu dijelaskan bahwa terdapat ratusan santri Indonesia yang ada di Wuhan, China. Dan Kiai Said meminta pemerintah Indonesia untuk menjaga dan melindungi para pelajar itu, bahkan kalau bisa dipulangkan sementara agar terhindar dari virus mematikan ini.
Anehnya salah satu netizen berinisila inisial FJ yang saya temui ini, malah memberikan komentar yang tidak melambangkan ada rasa kasih sayang dan simpati di dalam hatinya. Ia menulis,
“Memang kebablasan…orang belajar agama di Madinah, Turki, atau Mesir. Pantesan dia tidak mengakui kalo Cina membantai memusnahkan etnis bangsa Uighur”
Sungguh, mungkin karena belum bisa move on dari hasil pilpres ditambah teguhnya NU mempertahankan ideologi bangsa membuat orang kebelinger ini dengan mudahnya berkomentar tanpa pakai hati.
Ia tidak bisa simpati dan berempati bagaimana kalau diantata ratusan ratusan pelajar itu ada anak atau keluarganya.
Demikianlah wabah virus Corona yang merupakan musibah bersama tetapi oleh orang yang mempunyai kepentingan kerap dijadikan sebagai panggung yang menarik untuk menyusupkan opini-opini negatif, narasi-narasi yang berujung pada ujaran kebencian yang tentu didalamnya dibubuhi dengan hoax untuk penyedap dan pemanisnya.
Semoga kita selalu dijaga oleh Allah, diberikan kesehatan lahir dan batin dan dijauhkan dari hoax dan fitnah. Amin!