Wabah Corona dan Alur Berpikir Takdir Yang Salah

Wabah Corona

Pecihitam.org – Sebagian besar masyarakat Indonesia memeluk Islam sebagai agamanya. Sehingga sistem religiositas dianggap penting dalam kesehariannya. Sayangnya, sistem ini dipandang berlebihan oleh sebagian orang.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ada beberapa orang yang menempatkan sistem ini pada tataran masalah yang membutuhkan konsep akal. Akhirnya terjadi kekacauan berpikir karena adanya kekeliruan sistem yang digunakan. 

Misalnya dalam penanganan virus Corona, ada beberapa orang yang menyambungkan kasus ini dengan sistem religiositas. Ada sebuah ungkapan “kalian jangan takut keluar, kematian sudah ditakdirkan Allah.”

Ungkapan seperti ini tentu menyalahi arahan petugas kesehatan serta presiden selaku pemimpin negara untuk menjaga diri dengan berdiam di dalam rumah dan jangan sampai keluar jika tidak ada sesuatu yang benar-benar penting.

Berbicara soal takdir, kita akan dihadapkan dengan ribuan orang dengan gagasan berbeda. Sejak zaman dahulu ada dua kelompok besar yang melakukan perdebatan tentang permasalahan takdir. Sebutlah Jabariah dan Qadariah.

Kedua kelompok ini memiliki pandangan yang jauh berbeda mengenai takdir. Kelompok Jabariah mendasarkan takdir sepenuhnya berada di tangan Allah swt. Sedangkan Qadariah mendasarkan takdir pada kemampuan makhluk dan Allah melakukan sisanya.

Baca Juga:  Persoalan Gender dan Hak-Hak Perempuan dalam Islam

Dari dua pandangan ini kita bisa berkaca bagaimana masalah takdir mempunyai bahasan yang luas. Permasalahan takdir selalu menghadirkan dua kelompok yang berseberangan antara yang mendasarkan akal secara berlebihan dan yang mendasarkan ketetapan Allah swt secara berlebihan.

Maka yang perlu dilakukan adalah mengambil simpul tengah dari sebuah permasalahan. Kita tidak terlalu condong ke akal dan juga tidak terlalu condong kepada keputusan Allah swt. Sehingga alur berpikir kita bisa diterima semua orang.

Takdir sendiri dibagi menjadi dua yaitu takdir muallaq dan takdir mubrom. Takdir muallaq disebut sebagai takdir yang keadaannya bisa dirubah oleh makhluk melalui ikhtiyar (usaha), misalnya orang yang bodoh bisa menjadi pintar karena berusaha keras untuk belajar.

Sedangkan takdir mubrom adalah takdir yang tidak bisa dirubah karena sudah ditetapkan oleh Allah swt, contohnya jenis kelamin seseorang tidak bisa dirubah karena sudah ditetapkan sebagai Allah swt sejak lahir.

Baca Juga:  UAS Hina Salib: Saya Muslim, Saya Bela Hak Saudara Non Muslim

Permasalahan kematian tergolong dalam takdir muallaq. Ia tidak bisa dirubah seseorang karena sudah ditetapkan di lauhul mahfudz. Kematian sendiri menjadi rahasia Tuhan, dimana tidak ada satu orang pun yang tahu kecuali hanya beberapa orang yang dikehendaki oleh Allah swt.

Dalam permasalahan corona sendiri, tidak salah jika seseorang berpandangan bahwa kematian berada di tangan Allah swt sehingga bisa leluasa bertindak tanpa memperhatikan arahan dari petugas kesehatan. Namun bila diselidiki lebih dalam lagi, permasalahan ini tidaklah semudah yang dibayangkan.

Tindakan percaya diri berlebih hingga mengabaikan unsur tawakkal akan dihadapkan pada permasalahan bunuh diri. Bunuh diri bisa diartikan sebagai tindakan mengakhiri masa hidup diri sendiri dengan cara yang tidak diridhoi Allah swt.

Dalam permasalahan Corona di atas, menurut penulis tindakan keluar dari rumah tanpa adanya alasan penting merupakan salah satu tindakan bunuh diri. Sebab tindakan tersebut menyalahi aturan dan bisa mengancam nyawa diri sendiri juga nyawa orang lain. Sehingga perbuatan tersebut bisa mempercepat jalan kematiannya, dalam arti lain mendahului takdir Allah swt.

Baca Juga:  Pertemuan Jamaah Tabligh di Gowa Ketika Corona; Wujud Keimanan atau Kebodohan?

Jika tidak ada sesuatu yang penting tetaplah berada di dalam rumah. Karena dengan begitu kita bisa membantu penanggulangan virus Corona. Rumah bisa menjadi tempat aman dari penyebaran virus Corona. Dalam rumah tidak ada lagi kontak dari banyak orang. Sehingga kemungkinan tertular virus Corona menjadi kecil. Langkah inilah yang perlu kita ambil untuk bersama-sama melawan virus Corona.

Muhammad Nur Faizi