Pecihitam.org<\/strong> – Kitab Tuhfatu Al-Muhtaj (\u062a\u062d\u0641\u0629 \u0627\u0644\u0645\u062d\u062a\u0627\u062c<\/strong>) atau kadang juga disebut secara singkat menjadi At-Tuhfah. Berbicara kitab ini tentu saja mau tidak mau kita harus berbicara dengan dua kitab yang terkait dengannya yaitu kitab Minhaj Ath-Tholibin karya An-Nawawi dan Al-Muharror karya Ar-Rofi\u2019i. Silakan dapat dipelajari terlebih dahulu dua kitab ini agar lebih mudah mengikuti resensi ini. Dua kitab tersebut telah saya buatkan catatan dalam artikel berjudul Kitab Minhaj Ath-Tholibin, Kitab An-Nawawi dan Kitab Al-Muharror Rofii.<\/p>\n\n\n\n Kitab Tuhfatu Al-Muhtaj secara umum bisa dikatakan memiliki hubungan kekerabatan dengan Mukhtashor Al-Muzani. Boleh dikatakan, Mukhtashor Al-Muzani adalah mbahnya kitab Tuhfatu Al-Muhtaj ini (Mukhtashor Al-Muzani lebih detail bisa dibaca dalam artikel saya yang berjudul Kitab Mukhtashor Al-Muzani<\/a><\/strong>). Seperti apa penjelasannya?<\/p>\n\n\n\n Setelah sekian abad sejak kitab Mukhtashor Al-Muzani disusun, tergugahlah Abu Al-Ma\u2019ali Al-Juwaini atau yang lebih dikenal dengan Imamul Haromain untuk menulis syarah terhadap karya Al-Muzani tersebut menjadi sebuah karya besar yang diberi judul Nihayatu Al-Mathlab.<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n Kitab besar ini kemudian diringkas oleh Imam Al Ghazzali <\/a><\/strong>dalam kitab berjudul Al-Basith. Lalu kitab Al-Basith ini karena masih dianggap tebal diringkas lagi menjadi Al-Wasith. Setelah itu kitab Al-Wasith<\/a><\/strong> diringkas lagi menjadi Al-Wajiz.<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n Kitab Al-Wajiz ini kemudian disyarah oleh Ar-Rofi\u2019i dalam karya fenomenalnya yang menunjukkan hasil kerja keras dan cemerlang dalam hal tahrir mazhab, yakni kitab yang bernama Fathu Al-Aziz<\/a><\/strong> atau disebut juga Asy-Syarhu Al-Kabir. Kemudian ditengah-tengah Ar-Rofii menyusun syarah terbesarnya ini, semuanya dikumpulkan lagi oleh Ar-Rofi\u2019i dalam kitab ringkas, padat dan berisi berjudul Al-Muharror<\/a><\/strong>. <\/p>\n\n\n\n Dari kitab Al-Muharror ini kemudian bangkitlah Imam Nawawi<\/a><\/strong> membuat ringkasannya sekaligus tambahan-tambahan dan editing. Ringkasan An-Nawawi ini di kemudian hari menjadi kitab fenomenal yang kita kenal dengan nama Minhaju Ath-Tholibin<\/a><\/strong> atau sering disebut Al-Minhaj. Kitab Minhaju At-Tholibin inilah yang disyarah oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab berjudul Tuhfatu Al-Muhtaj yang hendak di ulas dalam artikel ini.<\/p>\n\n\n\n Pengarang kitab ini adalah pendekar Asy-Syafiiyyah fase kedua bernama Ibnu Hajar Al-Haitami atau nama lengkapnya Abu Al-\u2018Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitami. Beliau lahir di Mesir tahun 909 H di sebuah tempat bernama Haitam, area barat Mesir. Uraian lebih detail tentang Ibnu Hajar Al-Haitami dapat dibaca pada Biografi Ibnu Hajar Al-Haitami.<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n Motivasi disusunnya syarah ini diterangkan sendiri oleh Al-Haitami dalam muqoddimah kitab ini, yakni keinginan lama beliau melakukan khidmat terhadap sebagian kitab An-Nawawi. Kitab Tuhfatu Al-Muhtaj ditulis mulai 12 Muharram tahun 958 H di Mekkah dan konon selesai dalam waktu hanya 6 bulan saja. <\/p>\n\n\n\n Kitab ini merupakan referensi penting untuk orang yang ingin tahu pendapat mazhab Syafii terkait persoalan-persoalan fiqih sampai pada zamannya Ibnu Hajar Al-Haitami. Jika seseorang sanggup mentarjih sendiri antara perselisihan Imam Ar-Rofi\u2019i dan Imam Nawawi dalam beberapa persoalan, maka silakan dapat langsung mengkaji kitab-kitab Asy-Syaikhan tersebut. Tetapi jika belum sanggup, maka merujuk kitab Tuhfatu Al-Muhtaj adalah sikap yang lebih tepat karena semua soal ikhtilaf Asy-Syaikhan telah ditarjih di sini.<\/p>\n\n\n\n Metode Al-Haitami pada saat menulis kitab ini adalah meringkas Minhaju Ath-Tholibin dengan bertumpu pada syarah-syarahnya seperti Al-Ibtihaj karya Taqiyyuddin As-Subky, Kanzu Ar-Roghibin karya Jalaluddin Al-Mahalli, Hasyiyah Abdul Haqq dan lain-lain. Al-Haitami juga memberi jawaban terhadap hal-hal yang belum diulas, menganalisis dalil dan meringkasnya lagi.<\/p>\n\n\n\n Dibandingkan dengan kitab Nihayatu Al-Muhtaj karya Ar-Romli yang juga merupakan syarah Minhaj Ath-Tholibin, kitab Tuhfatu Al-Muhtaj lebih mendalam pembahasannya, lebih kokoh istidlal dan ta\u2019lilnya, dan lebih padat isinya. Hanya saja Nihayatu Al-Muhtaj lebih mudah bahasanya. Mayoritas Syafiiyyah di Hadhromaut, Syam, Kurdi dan Dagestan lebih mengutamakan Tuhfatu Al-Muhtaj daripada Nihayatu Al-Muhtaj. <\/p>\n\n\n\n Bisa dikatakan, Syafiiyyah sesudah abad ke 7 H menjadikan dua kitab ini, yakni Tuhfatu Al-Muhtaj dan Nihayatu Al-Muhtaj sebagai rujukan utama dan menganggap pendapat apapun yang tidak sesuai dengan kesepakatan dalam dua kitab ini tidak dihitung sebagai pendapat mu\u2019tamad mazhab Syafii. <\/p>\n\n\n\n Perhatian ulama terhadap kitab ini sangat tinggi. Di antara mereka ada yang membuatkan mukhtashornya seperti Mukhtashor Ali Al-Yamani (w. 1041 ) yang berjudul Al-Ithaf fi Ikhtishor At-Tuhfah dan Mukhtashor \u2018Ali Bakatsir (w. 1210 H). <\/p>\n\n\n\n Adapula yang membuatkan hasyiyah untuknya. Dari sekian banyak hasyiyah itu, yang terkenal ada dua yaitu Hasyiyah Al-\u2018Abbadi (w. 994 H) dan Hasyiyah Asy-Syirwani (w. 1301 H). <\/p>\n\n\n\n Adapula yang membuatkan kitab untuk menjelaskan istilah-istilahnya seperti \u2018Uqudu Ad-Duror fi Bayani Mushtholahati Tuhfati Ibni Hajar karya Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi (w. 1194 H), Tadzkirotu Al-Ikhwan fi Syarhi Mushtholahati At-Tuhfah karya Al-Qolhati, dan lain-lain. <\/p>\n\n\n\n