Pecihitam.org<\/strong> – Syaikh Syihabuddin ar Ramli atau nama lengkapnya Al-Imam Syi\u00adhabuddin Ahmad bin Ahmad bin Hamzah Ar-Ramli Al-Manufi Al-Mishri Al-Anshari Asy-Syafii. Beliau lahir di Mesir pada masa kekuasaan Al-Malik Azh-Zhahir Abu Sa\u2019id. Tak ada keterangan tahun kelahirannya. Namun sebagian penulis biografi dan sejarah memperkirakan, Ar-Ramli lahir pada tahun 860-an Hijriyyah.<\/p>\n\n\n\n Ia dikenal dengan sebutan Ar-Ramli, yaitu nisbah kepada sebuah desa kecil bernama Ramlah, Manufiah, distrik Dimyath, yang dekat dengan daerah Maniyah Al-\u2018Athar ke arah masjid Nabi Khidhir AS.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 886 H\/1481M, petir besar telah menyambar bagian Masjid Nabawi, sehingga menara yang berada di atas persemayaman Nabi turut terbakar. Hampir tidak ada yang selamat selain kubah makam Nabi Muhammad SAW.<\/p>\n\n\n\n Tatkala mendengar kabar tersebut, Sultan Qaitbay dan orang-orang Mesir menangis. Sebagai pemegang tampuk kekuasaan di Mesir dan sekitarnya dan sebagai penanggung jawab atas dua kota suci, sultan mengirim dutanya untuk merenovasi bangunan Masjid Nabawi.<\/p>\n\n\n\n Syihabuddin Ar-Ramli, yang ketika itu berumur 16 tahun, turut serta pergi ke Hijaz dalam bagian rombongan duta Sultan Qaitbay. Rombongan yang dipimpin Syamsuddin Muhammad bin Zaman ini menyertakan beberapa tenaga bangunan, tukang kayu, tukang batu marmer, dan lain-lain. Tidak ada keterangan, apakah Syihabuddin Ar-Ramli muda ini termasuk dalam kelompok tenaga bangunan, tukang kayu, atau yang lainnya. Menurut sebagian riwayat, beliau tidak termasuk dalam kelompok tenaga bangunan, karena dalam biografinya disebutkan bahwa ia belajar di Al-Azhar kemudian menghafalkan Al-Qur\u2019an, hadits, dan fiqih empat madzhab.<\/p>\n\n\n\n Imam Abdul Wahhab Asy-Sya\u2019rani dalam Thabaqat karyanya, mengatakan, Syaikh Syihabuddin Ar-Ramli dikenal sebagai seorang imam yang shalih dan pemuka ulama Mesir, Hijaz, dan Syam. Barangkali kepergiannya bersama duta sultan ini merupakan bentuk kepeduliannya saat mendengar Masjid Nabawi terbakar. Ia yakin, ruangan Nabi SAW akan selamat, tidak terkena malapetaka, selamanya.<\/p>\n\n\n\n Selama masa renovasi hingga selesainya, Syihabudddin Ar-Ramli tetap tinggal di Madinah, tidak pulang bersama para rombongan ke Mesir, untuk menimba ilmu dan belajar fiqih kepada ulama-ulama Hijaz.<\/p>\n\n\n\n Setelah sekian lama tinggal di Hijaz, Syihab muda pergi ke Syam dan menetap beberapa waktu untuk belajar kepada pemuka agama, ahli fatwa, dan ulama-ulama yang memberi kontribusi dalam pengetahuannya.Kembali dan Mengajar<\/strong><\/h4>\n\n\n\n
Ketika kembali ke Kairo pada masa kekuasaan Sultan Qanshuh Al-Ghuri, ketenarannya telah menyebar ke semua penjuru Mesir, khususnya ulama-ulama fiqih Madzhab Syafii. Ini merupakan salah satu sebab mengapa Sultan Al-Ghuri menugasinya mengajar di Madrasah An-Nashiriyyah di Qarafah.<\/p>\n\n\n\n