Pecihitam.org<\/strong> – Di zaman modern sekarang ini sudah menjadi hal umum yaitu tidak hanya di hotel saja yang biasa menyediakan air hangat untuk mandi, akan tetapi di rumah tangga pun sangat mudah disediakan air hangat. Sehingga bagaimana hukumnya mandi wajib dengan air hangat yang dihangatkan dengan pemanas air baik melalui listrik atau LPG, ataupun jika air tersebut digunakan untuk berwudhu? Apakah mandi atau wudhunya sah atau tidak, atau hanya makruh saja? <\/p>\n\n\n\n Menggunakan air hangat untuk mandi atau wudhu untuk sebagian besar orang dianggap cara yang paling cepat dan mudah untuk mengusir rasa dingin yang marasuk tubuh. Selain itu, mandi atau wudhu dengan air hangat seolah menjadi terapi tersendiri bagi mereka yang sering diserang nyeri rematik atau sekadar untuk melepas rasa penat setelah menjalankan aktifitas seharian penuh. Hangatnya air yang membasuh tubuh juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dan memberikan efek rileks pada otot-otot maupun persendian manusia.<\/p>\n\n\n\n Berawal dari sebuah hadis riwayat Aisyah ra yang menyatakan bahwa menggunakan air panas karena terik matahari dapat menyebabkan penyakit kusta, para ulama madzhab Syafii yang dipelopori oleh imam Ar-Rafi\u2019i berpendapat tentang penggunaan air panas untuk bersuci baik mandi wajib dengan air hangat ataupun wudhu hukumnya makruh. Adapun hadits yang dimaksud adalah:<\/p>\n\n\n\n \u0627\u0646 \u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0633\u0644\u0645 \u0646\u0647\u0649 \u0639\u064e\u0627\u0626\u0650\u0634\u064e\u0629 \u0631\u064e\u0636\u0650\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u064e\u0646\u0652\u0647\u064e\u0627 \u0639\u064e\u0646 \u0627\u0644\u0645\u0634\u0645\u0633 \u0648\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0647 \u064a\u064f\u0648\u0631\u062b \u0627\u0644\u0628\u0631\u0635<\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cBahwasannya Rasulullah saw melarang Aisyah ra untuk menggunakan air musyammasy (air panas karena terik matahari) dan mengatakan bahwasannya air tersebut dapat mengakibatkan penyakit barash (kusta).<\/em><\/p>\n\n\n\n Hadits diatas oleh para ulama memang tidak dikategorikan ke dalam tingkatan shahih, akan tetapi hadits ini setidaknya dapat digunakan sebagai pedoman untuk meraih kesempurnaan dalam beramal. Oleh karena itulah imam ar-Rafi\u2019i menjadikan hadits ini sebagai acuan penetapan hukum bersuci dengan menggunakan air panas karena terik matahari hukumnya makruh. Pandangan ini tentu berbeda dengan ketiga madzhab lain (selain madzhab Syafi\u2019i) yang tidak menghukumi makruh atas penggunaan air panas karena terik matahari untuk bersuci. <\/p>\n\n\n\n Pendapat dari salah seorang imam besar dalam madzhab Syafi\u2019i ini adalah bentuk kehati-hatian dalam menjalankan syariat dan ternyata selaras dengan pandangan para dokter yang menyebutkan adanya efek samping penggunaan air panas seperti munculnya penyakit kulit dan penyakit-penyakit lain. Akan tetapi hukum kemakruhan ini dalam madzhab Syafii tidak semua disepakati secara bulat, diantara ulama mereka masih terjadi perbedaan pendapat.<\/p>\n\n\n\n