Kitab Ianah ath Thalibin atau judul lengkapnya Hasyiah I’anah ath-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-Mu’in” merupakan karya al-Allamah Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri (1226-1310H), seorang ulama yang sangat terkenal di Masjidil Haram Mekkah pada zamannya.<\/p>\n\n\n\n
Kitab ini disusun sebagai hasyiah (komentar) bagi Kitab Fath al-Mu\u2019in bi Syarh Qurrah al-\u2018Ayn bi Muhimmah al-Din<\/a><\/strong>. Kitab Fath al-Mu\u2019in merupakan karya al-Allamah Syaikh Zainuddin al-Malibari<\/a><\/strong> (987H), sebagai uraian (syarah) bagi sebuah kitabnya, yaitu Kitab Qurrah al-\u2018Ayn bi Muhimmah al-Din. <\/p>\n\n\n\n Kitab Ianah ath Thalibin telah menjadi teks kitab fiqih penting bagi para ulama dan pelajar fiqh madzhab Syafiiyyah sejak zaman penyusunnya hingga sekarang.<\/p>\n\n\n\n Perlu diketahui, kitab Ianah ath-Thalibin, karya Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi, ternyata yang menjadi juru tulisnya seorang syaikh keturunan Banjar Indonesia yaitu Syekh Bakri Satha. Syekh keturunan orang Banjar itu bernama lengkap Syekh Ali bin Abdullah bin Mahmud bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau dilahirkan di Makkah Al Mukarromah tahun 1285 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1868 Miladiyah (Masehi), dan tumbuh di dalam keluarga shaleh dan shalehah.<\/p>\n\n\n\n Ayahnya, Syekh Abdullah bin Mahmud Al Banjari merupakan ulama karismatik di Makkah Al Mukarromah. Beliau dijuluki dengan julukan Syekh Abdullah Wujud dikarenakan apabila beliau berdzikir, tubuhnya tidak lagi nampak terlihat, melainkan hanya pakaian dan sorbannya saja.<\/p>\n\n\n\n Kitab Ianah ath Thalibin adalah salah satu kitab yang sering menjadi rujukan primer bagi mayoritas santri dan pengikut mazhab Syafii di Indonesia dan menjadi bacaan wajib di berbagai pondok-pondok pesantren di Indonesia pada umumnya. Di pondok pesantren, pada umumnya kitab ini diajarkan pada tingkat atau tahun belajar ke-3 dan ke-4 . <\/p>\n\n\n\n Abu Bakar Muhammad Syatha adalah salah satu ulama besar bermazhab Syafii yang hidup pada akhir abad ke-13 H dan permulaan abad ke-14 H. Latar belakang penulisan kitab ini seperti dituturkan pengarang dalam muqaddimah kitab ini berawal ketika beliau menjadi pengajar kitab syarah Fath al-Mu\u2019in di Masjidil Haram. Fath al-Mu\u2019in sendiri adalah karya al-Allamah Zainuddin al-Malibari. Selama mengajar itulah beliau menulis catatan pinggir untuk mengurai kedalaman makna kitab Fathul mu\u2019in yang penting diingat dan perlu diketahui sebagai pendekatan dalam memahami.<\/p>\n\n\n\n Kemudian, sesuai penuturan beliau, beberapa sahabat beliau memintanya untuk mengumpulkan catatan itu dan melengkapinya untuk kemudian dijadikan satu kitab (hasyiyah) yang pada akhirnya bisa lebih bermanfaat untuk kalangan yang lebih luas. <\/p>\n\n\n\n Kitab ini merupakan tulisan dengan metode penyusunan hasyiyah, yaitu berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang lebih ringkas. Sesuai namanya, kitab ini diperuntukkan santri yang mengkaji kitab Fath al-Mu\u2019in. <\/p>\n\n\n\n Pada akhir kitab Ianah ath-Thalibin yaitu Juz IV disebutkan, selesai ditulis hasyiah ini adalah pada Hari Rabu ba\u2019da Ashar, 27 Jumadil al-Tsani Tahun 1298 H. Kitab ini tergolong fiqh mutaakhkhirin. Kitab Ianah ath-Thalibin mempunyai keunggulan sebagai kitab fiqih mutaakhirin yang lebih aktual dan kontekstual karena terdapat berragam pendapat yang diusung ulama mutaakhirin utamanya seperti Imam an-Nawawi<\/a><\/strong>, Ibnu Hajar al Haitami <\/a><\/strong>dan banyak lagi lainnya yang tentunya lebih mampu mengakomodir kebutuhan para pengkaji dan rujukan yang variatif serta efektif.<\/p>\n\n\n\n