Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":11878,"date":"2019-09-30T01:15:09","date_gmt":"2019-09-29T18:15:09","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=11878"},"modified":"2019-10-01T09:46:16","modified_gmt":"2019-10-01T02:46:16","slug":"sifat-hayat-sifat-ke-sepuluh-dari-20-sifat-wajib-bagi-allah-swt","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/sifat-hayat-sifat-ke-sepuluh-dari-20-sifat-wajib-bagi-allah-swt\/","title":{"rendered":"Sifat Hayat, Sifat Ke-Sepuluh dari 20 Sifat Wajib Bagi Allah SWT"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Para pembaca yang budiman! Semoga kita semua senantiasa dalam limpahan Rahmat dan Karunia Allah SWT, amiin!. Pada kesempatan ini kita akan melanjutkan pelajaran kita yakni Ilmu Tauhid (kalam) Dasar Ahlusuunnah Wal Jama\u2019ah. Sebelumnya kita sudah sampai pada sifat wajib yang ke-sembilan bagi Allah SWT, dan sekarang akan kita lanjutkan dengan sifat wajib yang ke-sepuluh, yakni Sifat Hayat<\/p>\n\n\n\n

Sifat ke-sepuluh yang wajib bagi Allah adalah sifat Hayat (\u062d\u064e\u064a\u064e\u0627\u0629) artinya Hidup, dan sifat mustahil bagi Allahadalah Mautun (\u0645\u064e\u0648\u0652\u062a) berarti mati<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sifat Hayat merupakan sifat yang wajib bagi Allah Ta\u2019ala, secara harfiah hayat berarti \u201cHidup\u201d. Sedangkan menurut istilah sebagaimana yang di terangkan di dalam kitab Kifayatul \u2018awam sbb:<\/p>\n\n\n\n

\u0635\u0641\u0629 \u062a\u0635\u062d\u0651\u062d \u0644\u0645\u0646 \u0642\u0627\u0645\u062a \u0628\u0647 \u0627\u0644\u0625\u062f\u0631\u0627\u0643 \u0643\u0627\u0644\u0639\u0644\u0645 \u0648\u0627\u0644\u0633\u0651\u0645\u0639 \u0648\u0627\u0644\u0628\u0635\u0631 \u0627\u064a \u064a\u0635\u062d\u0651 \u0627\u0646 \u064a\u062a\u0651\u0635\u0641 \u0628\u0630\u0627\u0644\u0643<\/p>\n\n\n\n

\u201cSuatu sifat yang mensahkan idrak (pencapaian) bagi zat\/orang yang dia (hayat itu) berdiri dengannya, idrak yang di maksud seperti ilmu, sama\u2019 (mendengar) dan bashar (melihat). Dalam artian, dia (zat) sah untuk bersifat dengan yang demikian itu\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Namun demikian, adanya sifat hayat tidak pasti membawaki kepada dapat berbuatnya seseorang (zat<\/a>) dengan idrak tersebut. Seperti misalkan seseorang yang hidup memiliki telinga tetapi ia tidak bisa mendengar dengannya, memiliki\u00a0 mata tapi tak bisa melihat (buta) dan memiliki akal pikiran namun tak dapat mempergunakannya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

Sifat hayat tidak memiliki ta\u2019luq atau hubungan\/keterkaitan\ndengan segala sesuatu apapun baik yang maujud maupun yang ma\u2019dum. Karena ia\nadalah satu sifat yang tidak menuntut perkara yang lebih demi berdirinya pada\nsuatu zat. Berbeda halnya dengan sifat Qudrah, Iradah, Ilmu, Sama\u2019, Bashar dan\nkalam. Maka sifat-sifat yang tesebut ini memiliki ta\u2019luq tersendiri.<\/p>\n\n\n\n

Wajib Allah Ta\u2019ala bersifat dengan sifat Hayat (hidup) dan mustahil bagi-Nya sifat Mautun (mati). Dalilnya sebagai berikut.<\/p>\n\n\n\n

Dallil \u2018Aqli<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika Allah tidak bersifat dengan Hayat\/hidup maka tidak sah pula ada bagi-Nya sifat Qudrah<\/a><\/strong>, Iradah<\/a><\/strong>, Ilmu<\/a><\/strong> dan lain sebagainya, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, bukankah akal sudah menetapkan yang bahwa sifat-sifat kesempurnaan itu semuanya wajib ada bagi Allah Ta\u2019ala berdasarkan dalil-dalil yang pernah kita bahas pada artikel-artikel sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Begitu pula halnya apabila kita nafikan (tiadakan) sifat\nhayat ini pada Allah Ta\u2019ala, maka sungguh tidak akan maujud\/di dapatkan\nsekalian alam ini beserta segala isinya. Bukankah pada kenyataannya alam ini\nwujud ia? Sebagaimana yang kita saksikan bersama dan kita pun hidup di dalamnya.\n<\/p>\n\n\n\n

Maka oleh karena itu akal tidak dapat menerima bila Allah Ta\u2019ala bersifat dengan mautun (mati). Hingga kemudian barulah akal dengan sendirinya menetapkan wajibnya sifat Hayat (hidup) bagi-Nya.<\/p>\n\n\n\n

Dalil Naqli<\/strong>, ada banyak diantaranya<\/p>\n\n\n\n