Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":13034,"date":"2019-10-06T08:19:07","date_gmt":"2019-10-06T01:19:07","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=13034"},"modified":"2019-10-06T18:06:20","modified_gmt":"2019-10-06T11:06:20","slug":"penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/","title":{"rendered":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Imam Ghazali<\/a><\/strong> (w. 1111) adalah ulama besar yang mampu menjembatani kesenjangan antara ulama-ulama berbasis syariat maupun para sufi di masanya. Beliau sanggup menkompromikan antara syariat dan hakikat, sehingga tasawuf menjadi bangunan baru yang cukup meyakinkan bagi kedua belah pihak. <\/p>\n\n\n\n

Dalam kitab Ihya\u2019 \u2018Ulum al-Din<\/a><\/em> (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama), al-Ghazali menyusun bangunan keislaman yang dapat menghidupkan kegairahan umat Islam untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, dan mengamalkan dengan penuh ketekunan. <\/p>\n\n\n\n

Kedalaman hakikat dalam tasawuf menjadi sesuatu yang bisa didayagunakan untuk mendukung semangat mempelajari ilmu-ilmu agama.<\/p>\n\n\n\n

Dengan begitu, tasawuf bisa berfungsi sebagai obat yang paling ampuh untuk membebaskan umat Islam dari kekakuan dan kekeringan fiqhiyah<\/em> dan penyakit spekulasi-rasional ilmu kalam. <\/p>\n\n\n\n

Itulah di antara unsur-unsur positif pengembangan tasawuf dalam menghidupkan dan memantabkan keyakinan agama, serta menyuburkan gairah dalam pengamalan agama.<\/p>\n\n\n\n

Menurut\nProf. Simuh dalam bukunya berjudul \u201cTasawuf\ndan Perkembangannya dalam Islam<\/em>\u201d, dasar ajaran tasawuf adalah perasaan cinta\ndan rindu manusia untuk berhubungan dengan kekasihnya, yakni Allah SWT. <\/p>\n\n\n\n

Secara\nhistoris, perkembangan yang cukup menarik adalah lahirnya kesadaran dari dalam\ndiri umat Islam untuk memodernisasi ajaran tasawuf, dan untuk menghapus konflik\nantara syariat dan tasawuf. Upaya ini, meski tidak berhasil secara sempurna,\nnamun cukup konstruktif dalam positif. <\/p>\n\n\n\n

Misalnya begini, pada level tertentu, al-Ghazali telah sukses mendamaikan ketegangan antara tasawuf dan syariat. Tapi di sisi lain, ajaran tasawuf bercorak falasafati, seperti ajaran manunggaling kawula Gustri<\/em>, Wahdatul Wujud<\/em>, dan Panteisme, sampai sekarang masih menimbulkan ketegangan dengan kalangan ortodoks<\/a> atau ahli fikih.<\/p>\n\n\n\n

Kelemahan\ndasar yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya\nterletak pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari\nsyariat. Imam Ghazali misalnya membagi iman menjadi tiga tingkatan, dan yang\npaling tinggi dimiliki oleh para sufi. <\/p>\n\n\n\n

Al-Ghazali\nmengatakan dalam Ihya\u2019 \u2018Ulum al-Din<\/em>, \u201cKeimanan tingkat awal, imannya orang-orang\nawam, yakni iman atas dasar semata-mata taklid. Tingkat kedua, imannya para\nmutakalim, atas dasar campuran taklid dengan sejenis dalil. Tingkat ini masih\ndekat dengan keimanan orang awam. Tingkat ketiga, imannya para sufi atas dasar\npensaksian secara langsung dengan perantaraan nurul yakin<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Ini menjadi jelas bahwa tingkat keimanan sufi adalah yang paling tinggi dari yang lainnya. Meskipun, al-Ghazali tidak bermaksud merendahkan jenis keimanan orang awam maupun para mutakalimin (ahli kalam). <\/p>\n\n\n\n

Al-Ghazali hanya ingin mengklarifikasi bahwa keimanan itu sifatnya bertingkat-tingkat sesuai dengan pengalaman keagamaan seseorang.<\/p>\n\n\n\n

Terlepas dari itu, imam al-Ghazali adalah ulama besar ahli syariat menganut mazhab Syafi\u2019i dalam hukum Islam, dan seorang teolog penganut mazhab Asy\u2019ari yang sangat kritis. <\/p>\n\n\n\n

Namun setelah lanjut usia, beliau meragukan dalil-dalil akal yang menjadi tiang tegaknya mazhab Asy\u2019ariyah di samping dalil wahyu.<\/p>\n\n\n\n

Setelah\nmeragukan kemampuan akal, baik dalam filsafat maupun penggunaannya dalam ilmu\nkalam, akhirnya beliau mendapat kepuasaan dalam penghayatan kejiwaan dalam\ntasawuf, yakni percaya secara mutlak terhadap dalil kasyfi. Bagi saya, inilah\nkeunikan sekaligus keanehan dalam diri imam Ghazali. <\/p>\n\n\n\n

Menurut\nal-Ghazali, penghayatan tasawuf akan memudahkan seseorang dalam mendalami\nkeyakinan dan perasaan agama, serta dapat membina akhlak yang luhur. <\/p>\n\n\n\n

Al-Ghazali\nmenulis dalam kitab Munqidz min al-Dlala<\/em>l,\nbeliau mengatakan \u201cSungguh aku mengetahui\nsecara yakin bahwa para sufi itulah orang-orang yang benar-benar telah menempuh\njalan Allah secara khusus. Dan bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan\nsebaik-baiknya, dan laku hidup mereka adalah yang paling benar, serta akhlak\nadalah yang paling suci. Bahkan seandaiknya para ahli pikir dan filsuf yang\nbijak, dan ilmu para ulama yang berpegang pada rahasia syariat berkumpul untuk\nmenciptakan jalan dan akhlak yang lebih baik dari apa yang ada pada mereka\n(kaum sufi) tidak mungkin bisa menemukannya. Lantaran diam dan geraknya para\nsufi, baik lahir maupun batin, dituntun oleh cahaya kenabian. Dan, tidak ada\nselain cahaya kenabian di atas dunia ini, cahaya lain yang bisa meneranginya<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Kutipan\nini menunjukkan bahwa betapa di mata al-Ghazali tasawuf memiliki nilai yang\nsangat tinggi. Menurutnya, hanya jalan sufi saja yang paling otoritatif dan\nsempurna dalam menemukan kebenaran Ilahian, bukan melalui jalan syariat dan\nkalam.<\/p>\n\n\n\n

Namun, al-Ghazali tidak membuang begitu saja ajaran syariat maupun kalam. Dalam kitab \u2018Ihya \u2018Ulum al-Din<\/em> tergambar dengan jelas pokok pikiran al-Ghazali mengenai hubungan syariat dan hakikat. <\/p>\n\n\n\n

Sebelum orang mulai bertasawuf, ia harus terlebih dahulu matang dari sisi syariat dan akidah, tanpa kedua ini seseorang akan rawan terjerumus pada ajaran Wahdatul Wujud<\/em>. Artinya, tasawuf tanpa didasari oleh akidah dan syariat justru akan menjerumuskan pada kesesatan dan makin menjauh dari kebenaran Ilahiah.<\/p>\n\n\n\n

Di\nmasa belakangan, tasawuf akhirnya mendapat hati dari kalangan ahli syariat dan\nditerima sebagai bagian dari sistem agama dan ilmu keislaman yang amat\ndibanggakan oleh umat Islam pada umumnya. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Imam Ghazali (w. 1111) adalah ulama besar yang mampu menjembatani kesenjangan antara ulama-ulama berbasis syariat maupun para sufi di masanya. Beliau sanggup menkompromikan antara syariat dan hakikat, sehingga tasawuf menjadi bangunan baru yang cukup meyakinkan bagi kedua belah pihak. Dalam kitab Ihya\u2019 \u2018Ulum al-Din (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama), al-Ghazali menyusun bangunan keislaman yang dapat […]<\/p>\n","protected":false},"author":13,"featured_media":13141,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[17],"tags":[4907,4906,4382,2222],"yoast_head":"\nPenyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari syariat\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari syariat\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-10-06T01:19:07+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-10-06T11:06:20+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"4 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\"},\"author\":{\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\"},\"headline\":\"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali\",\"datePublished\":\"2019-10-06T01:19:07+00:00\",\"dateModified\":\"2019-10-06T11:06:20+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\"},\"wordCount\":727,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"keywords\":[\"akidah-syariat\",\"al-Ghazali\",\"sufisme\",\"tasawuf\"],\"articleSection\":[\"Tasawuf\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\",\"name\":\"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"datePublished\":\"2019-10-06T01:19:07+00:00\",\"dateModified\":\"2019-10-06T11:06:20+00:00\",\"description\":\"yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari syariat\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\",\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"caption\":\"Rohmatul Izad\"},\"description\":\"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/rohmizad\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org","description":"yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari syariat","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org","og_description":"yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari syariat","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-10-06T01:19:07+00:00","article_modified_time":"2019-10-06T11:06:20+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Rohmatul Izad","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Rohmatul Izad","Est. reading time":"4 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/"},"author":{"name":"Rohmatul Izad","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a"},"headline":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali","datePublished":"2019-10-06T01:19:07+00:00","dateModified":"2019-10-06T11:06:20+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/"},"wordCount":727,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg","keywords":["akidah-syariat","al-Ghazali","sufisme","tasawuf"],"articleSection":["Tasawuf"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/","name":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg","datePublished":"2019-10-06T01:19:07+00:00","dateModified":"2019-10-06T11:06:20+00:00","description":"yang menjadikan perseteruan tasawuf dan syariat kurang memuaskan, umumnya pada penghargaan terhadap tasawuf selalu dipandang lebih tinggi dari syariat","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Penyelarasan-Tasawuf-dengan-Syariat-dalam-Pemikiran-Imam-Al-Ghazali.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/penyelarasan-tasawuf-dengan-syariat-dalam-pemikiran-imam-al-ghazali\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a","name":"Rohmatul Izad","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","caption":"Rohmatul Izad"},"description":"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/rohmizad\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/13034"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/13"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=13034"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/13034\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/13141"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=13034"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=13034"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=13034"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}