Pecihitam.org<\/strong> – Kita sebagai umat Islam perlu memahami apa itu Ahlussunnah wal Jama\u2019ah dan siapa itu Ahlussunnah wal jamaah<\/strong>, agar tahu ciri-ciri aqidah yang benar sehingga dapat membentengi diri dari aqidah-aqidah yang menyimpang yang banyak bermunculan.<\/p>\n

Secara sederhana, ciri-ciri aqidah yang benar adalah seorang yang beragama Islam, berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, mengikuti Asy\u2019ariyah atau Maturidiyah, mengikuti ulama Tasawuf (Shufiyyah), dan mengikuti salah satu Madzhab Fiqih. Kelima ciri identitas itu harus ada dalam diri seseorang dan tidak boleh ada satu pun yang lepas darinya agar dapat mengikuti aqidah yang benar.<\/p>\n

Sebagai contoh, mungkin kita mendengar pertanyaan dari orang-orang yang tidak bermadzhab, \u201dSiapa yang menyuruh kita bermadzhab padahal tidak ada madzhab di zaman Nabi SAW?\u201d. Sungguh ini adalah pertanyaan sombong dari mereka yang anti madzhab dan ini akan dibahas selanjutnya dengan menjelaskan terlebih dahulu hakikat ahlussunnah wal jamaah untuk membedakan dengan Ahlussunnah wal Jama\u2019ah palsu dan Salafi palsu.<\/p>\n

Ahlussunnah wal Jamaah<\/strong> adalah kelompok\/ manhaj sekelompok besar ulama-ulama di dalam memahami aqidah ahlussunnah wal jama\u2019ah dan aqidah ini adalah manhajnya salafuna sholeh. Nabi Muhammad SAW pun memperingatkan umatnya agar senantiasa mengikuti kelompok mayoritas kaum muslimin dan dari masa ke masa kelompok ahlussunnah wal jama\u2019ah adalah yang mayoritas.<\/p>\n

Kerancuan timbul disaat munculnya kelompok baru yang juga mengkalim sebagai ahlussunnah wal jama\u2019ah, mengatakan dirinya lebih ahlussunnah tapi ternyata pendahulunya menjadi tidak ahlussunnah. Untuk itu perlu dijelaskan bahwa ahlussunnah wal jama\u2019ah adalah manhajnya para salafuna sholeh, para sahabat Nabi SAW, tabi\u2019in, dan tabi\u2019ut tabi\u2019in. Inilah aqidah yang diridhai Allah SWT. Ciri khas mereka sangat jelas, yakni mencintai sahabat Nabi SAW dan mencintai ahlul bait Nabi SAW.<\/p>\n

Jika ada sekelompok yang mengaku mencintai sahabat Nabi SAW akan tetapi ada su\u2019ul adab atau kurang ajar dengan ahli bait Nabi SAW (seperti Wahabi), atau sebaliknya jika ada kelompok yang mencintai ahli bait Nabi SAW tetapi di sisi lain membenci sahabat Nabi (seperti Syiah Rafidhoh), maka mereka bukan kelompok ahlussunnah wal jam\u2019ah.<\/p>\n

Dalam perjalanan ahlussunnah wal jamaah dari masa ke masa tidak lepas dari ahli fitnah. Dari kalangan ahli hadits muncul para pendusta hadits. Dalam hal aqidah muncul seperti orang-orang Khawarij yang sedikit-dikit mengkafirkan umat Islam lain, yang kini pun mulai marak di Indonesia.<\/p>\n

Ketahuilah, kelompok Khawarij ini terkenal masyhur tekun dalam beribadah. Mereka suka membaca al-Qur\u2019an dengan deraian air mata, hingga jenggotnya pun basah, semalam suntuk shalat sunnah dijalankan, mereka selalu berbicara kembali kepada Kitabullah, kembali kepada al-Qur\u2019an dan al-Hadits, selalu gembar-gembor syariat Allah, syariat Islam, tidak ada hukum kecuali hukum Allah, akan tetapi dirinya menganggap paling hebat dan yang lainnya sebagai kafir. Menanggapi kelompok Khawarij ini, Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW berkata, \u201cItu adalah kalimat yang benar, namun yang dikehendaki adalah kebatilan\u201d.<\/p>\n

Selain Khawarij, muncul kemudian kelompok Mu\u2019tazilah Qadariyah dan Jabariyah. Aqidah Qadariyah menyatakan seorang manusia itu mempunyai kemampuan melakukan aktivitasnya dan itulah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT kelak, segala aktivitas adalah dari kekuatan manusia, sementara Jabariyah menyatakan apa yang dilakukan manusia adalah perbuatan Allah SWT, semua aktivitas manusia yang baik dan buruk adalah hasil perbuatan Allah. Kedua aqidah ini, Qadariyah dan Jabaraiyah, bagaikan 2 kutub ekstrim, yang satu seolah \u201cAku bisa melakukannya\u201d, yang satunya lagi \u201cSemua Allah yang melakukan\u201d.<\/p>\n

Di saat munculnya aqidah-aqidah yang menyimpang seperti Khawarij, Syiah, Qadariyah, dan Jabariyah, tampil seorang Imam yang meluruskannya yaitu Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Ada juga muncul Imam yang lain yaitu Abu Ja\u2019far al-Thahawi, pencetus aqidah Thahawiyah, hanya saja sedikit sekali pengikutnya. Aqidah Thahawiyah sebenarnya adalah aqidah yang benar tetapi banyak pensyarah aqidah itu yang ternyata menyimpang. Untuk itulah, kita perlu hati-hati.<\/p>\n

Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari adalah pencetus aqidah Asy\u2019ariyah dan Imam Abu Hasan al-Maturidi adalah pencetus aqidah Maturidiyah banyak diikuti umat Islam sampai sekarang. Kedua aqidah inilah yang kemudian dikenal dengan aqidah ahlussunnah wal jamaah. Aqidah Maturidiyah banyak dianut umat Islam di India dan sebagian kecil Iraq sementara aqidah Asy\u2019ariyah dianut hampir seluruh muslimin dunia termasuk Indonesia yang sebagian besar mengikuti aqidah ahlussunnah Asy\u2019ariyah.<\/p>\n

Dalam catatan sejarah, Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari pernah berguru dengan seorang Imam Mu\u2019tazilah yang terkenal pada masanya yaitu bernama Imam al-Jubai. Gurunya ini merupakan ayah tirinya sendiri yang di kemudian hari pernah menjadikannya sebagai Imam Mu\u2019tazilah.<\/p>\n

Di usianya sekitar 40 tahun, Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari keluar dari aqidah Mu\u2019tazilah kembali ke dalam aqidah yang lurus ahlussunnah wal jama\u2019ah, karena ia melihat banyak penyimpangan-penyimpangan di dalam Mu\u2019tazilah. Di mimbar, beliau berkata: \u201cAku lepas jubahku ini seperti aku melepas aqidah Mu\u2019tazilah dan aku kembali kepada aqidah salafuna sholeh\u201d. Hingga akhir hayatnya, Imam al-Asy\u2019ari tetap berada dalam aqidah ahlussunnah wal jama\u2019ah.<\/p>\n

Dari sini jelas Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari hanya mempunyai 2 masa fase kehidupan. Yang pertama, beliau hidup bersama kaum Mu\u2019tazilah yang berkuasa saat itu. Aqidah Mu\u2019tazilah bersama Daulah Abbasyiyah selama hampir 700 tahun menguasai umat Islam, akan tetapi akhirnya aqidah Mu\u2019tazilah hilang begitu saja. Sampai sekarang masih ada kelompok aqidah Mu\u2019tazilah tetapi hanya sedikit sekali seperti di wilayah Yaman Utara yang dikenal dengan Zaidiyah.<\/p>\n

Fase yang kedua adalah masa beliau bertaubat dan kembali ke dalam aqidah ahlussunnah wal jama\u2019ah sampai ajal menjemput. Tidak pernah ada masa fase ketiga sehingga tidak benar Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari mengalami 3 masa fase kehidupan. Itulah Imam al-Asy\u2019ari yang hanya hidup dalam 2 masa fase kehidupan dari Mu\u2019tazilah ke Ahlussunnah.<\/p>\n

Orang-orang yang mengikuti Imam Abu Hasan al-Asy\u2019ari dikenal dengan sebutan pengikut Asy\u2019ariyah. Kelompok Asy\u2019ariyah adalah kelompok ahlussunnah wal jama\u2019ah. Jika ada yang mencaci maki Asy\u2019ariyah atau Imam al-Asya\u2019ari maka dipastikan ia sesat. Umat Islam jangan terkecoh dengan kelompok yang mengaku sebagai ahlussunnah wal jama\u2019ah tapi ternyata masih menjelek-jelekan Asy\u2019ariyah atau Imam al-Asya\u2019ari. Bukan kelompok ahlussunnah wal jama\u2019ah kalau mereka mencaci maki Imam al-Asy\u2019ari atau Asy\u2019ariyah.<\/p>\n

Dan jangan terkecoh pula dengan kelompok yang mengaku sebagai Salafi tapi tidak bermadzhab. Mereka juga bukan ahlussunnah wal jama\u2019ah. Tidak akan bisa kembali kepada salaf kecuali dengan bermadzhab karena inilah satu-satunya cara yang bisa ditempuh agar bisa kembali kepada salaf di zaman ini. Adalah dusta mengaku Salafi tapi tidak mengikuti madzhab. Kelompok yang tidak bermadzhab tidak akan bisa kembali kepada salaf. Kelompok yang mengaku Salafi tapi tidak bermadzhab adalah kelompok Salafi palsu, bukan termasuk ahlussunnah wal jamaah.<\/p>\n

Dari penjelasan tentang hakikat ahlussunnah wal jama\u2019ah dalam beraqidah yang benar dapat disimpulkan sebagai berikut: seorang yang beraqidah yang benar adalah seseorang yang mempunyai 5 ciri identitas. Kelima ciri identitas ini harus ada dalam diri orang tersebut semuanya dan tidak boleh ada satu pun yang keluar darinya. Yaitu seorang yang Muslim, Ahlussunnah wal jama\u2019ah, Asy\u2019ariyah atau Maturidiyah, Shufiyah, dan Bermadzhab atau mengikuti salah satu madzhab.<\/p>\n

Jika ada 1 saja ciri identitas itu yang tidak dimiliki seseorang maka bisa dipastikan ia tidak termasuk golongan ahlussunnah wal jama\u2019ah. Misalnya, kalau ada seseorang mengaku ahlussunnah wal jama\u2019ah tapi tidak bermadzhab maka ia keluar dari ahlussunnah atau kalau ada seorang yang mengaku Islam ahlussunnah tapi tidak mau mengikuti tasawuf (shufi) maka ia pun dipastikan keluar dari ahlussunnah wal jamaah<\/strong> atau kalau ada orang yang mengaku ahlussunnah tapi menghina dan menuduh sesat Asy\u2019ariyah<\/strong> maka ia pun sudah keluar dari jalan ahlussunnah wal jama\u2019ah.<\/p>\n

Sanad: NgajiYuk!<\/a><\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Kita sebagai umat Islam perlu memahami apa itu Ahlussunnah wal Jama\u2019ah dan siapa itu Ahlussunnah wal jamaah, agar tahu ciri-ciri aqidah yang benar sehingga dapat membentengi diri dari aqidah-aqidah yang menyimpang yang banyak bermunculan. Secara sederhana, ciri-ciri aqidah yang benar adalah seorang yang beragama Islam, berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, mengikuti Asy\u2019ariyah atau Maturidiyah, […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1360,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6,5],"tags":[250,680,683,677,678,682,679,676,681],"yoast_head":"\n