Pecihitam.org<\/strong> – Pada masa Jahiliyah nama-nama hari adalah; Syiyar (Sabtu), Awwal (Ahad), Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar (Rabu), Mu\u2019nis (Kamis), dan \u2018Arubah (Jumat). Setelah Islam datang, nama-nama di atas berubah, di antaranya adalah nama hari ‘Arubah, menjadi hari Jumat.<\/p>\n\n\n\n Menurut Ibnu Abdul, sebelum menjadi nama hari Jumat, hari Arubah itu adalah hari; berbangga-banggaan, kepongahan, bergagah-gagahan, berhias, dan kasih sayang.<\/p>\n\n\n\n \u0623\u0646 \u064a\u0648\u0645 \u0627\u0644\u0639\u0631\u0648\u0628\u0629 \u0622\u062a \u0645\u0646 \u062c\u0630\u0631\u064a\u0646\u060c \u0627\u0644\u0623\u0648\u0644 \u0639\u0631\u0628\u060c \u0648\u0647\u0648 \u0627\u0644\u0627\u0646\u0643\u0634\u0627\u0641 \u0648\u0627\u0644\u0638\u0647\u0648\u0631 \u0648\u0627\u0644\u062b\u0627\u0646\u064a \u0628\u0645\u0639\u0646\u0649 \u0627\u0644\u062a\u0632\u064a\u0646 \u0648\u0627\u0644\u062a\u0648\u062f\u062f<\/strong><\/p>\n\n\n\n “Dan dalam beberapa kajian, hari itu (‘Arubah), adalah hari di mana orang Arab menampilkan; hasil karyanya (puisi), hasil perdagangannya, temuan sihirnya, dan lainnya. Yang hari sebelumnya, mereka berlomba-lomba mencari inspirasi, berdagang dengan strategi, dan berlatih menguapkan sihirnya.”<\/p>\n\n\n\n Ketika agama Islam datang, dan kemudian turun firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka bersegeralah mengingat Allah\u201d (Q.S Al-Jumu\u2019ah: 9).<\/p>\n\n\n\n Akhirnya, hari Arubah yang awalnya sebagai hari ajang pamer puisi, sihir, dan pamer harta, berunah menjadi hari yang penuh dengan keimanan, hari untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi hari persatuan umat islam, serta ajang silaturahim akbar sesame umat.<\/p>\n\n\n\n Hari Jumat, dikatakan dengan istilah “Sayyidul Ayyam”, artinya \u201cTuannya dari hari-hari\u201d, karena pada hari tersebut dipenuhi dengan keistimewaan, keberkahan, dan keunggulan serta sejarah panjangnya.<\/p>\n\n\n\n Secara bahasa kata “Jumat” dalam Kamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma’ashir bisa dibaca dengan tiga cara; “Jumuah”, “Jum’ah” atau “Jumaah”.<\/p>\n\n\n\n \u062c\u064f\u0645\u0652\u0639\u064e\u0629\u060c \u062c\u064f\u0645\u064e\u0639\u064e\u0629\u064b\u060c \u062c\u064f\u0645\u064f\u0639\u064e\u0629: \u062c\u0645\u0639 \u062c\u064f\u0645\u0652\u0639\u0627\u062a \u0648\u062c\u064f\u0645\u064e\u0639\u0627\u062a \u0648\u062c\u064f\u0645\u064f\u0639\u0627\u062a \u0648\u062c\u064f\u0645\u064e\u0639 : \u0623\u0633\u0628\u0648\u0639 :- \u0642\u0636\u064a\u0646\u0627 \u062c\u0645\u0639\u0629 \u0643\u0627\u0645\u0644\u0629 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0642\u0631\u064a\u0629<\/strong><\/p>\n\n\n\n Namun, cara baca yang paling umum digunakan adalah kata “Jumu’ah”. Menurut Imam al-Farra’, dengan tiga cara bacaan di atas adalah merupakan sifat hari.<\/p>\n\n\n\n Artinya berkumpulnya manusia, seperti “Humazah” yang bermakna “mengumpulkan”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata tersebut masuk kata serapan menjadi “Jum’at” , takhfif, dengan men-sukunkan huruf Mim-nya.<\/p>\n\n\n\n