PeciHitam.org<\/strong> \u2013 I\u2019tikaf merupakan salah satu aktifitas yang pernah dilakukan oleh Rasulullah. Sebuah aktifitas berdiam diri dalam masjid sembari berdzikir atau wiridan. Namun sudahkah kita mengetahui niatnya dan ketentuan-ketentuannya?<\/p>\n Berikut ini adalah lafal itikaf yang dapat dibaca untuk memantapkan niat:<\/p>\n \u0646\u064e\u0648\u064e\u064a\u0652\u062a\u064f \u0623\u064e\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0639\u0652\u062a\u064e\u0643\u0650\u0641\u064e \u0641\u0650\u064a \u0647\u064e\u0630\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u0633\u0652\u062c\u0650\u062f\u0650 \u0645\u064e\u0627 \u062f\u064f\u0645\u0652\u062a\u064f \u0641\u0650\u064a\u0647\u0650<\/strong><\/p>\n Nawaitu an a\u2018takifa f\u012b h\u0101dzal masjidi m\u0101 dumtu f\u012bh.<\/p>\n Artinya, \u201cSaya berniat itikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.\u201d<\/p>\n Lafal niat ini merujuk pada Kitab Tuhfatul Muhtaj dan Nihayatul Muhtaj. Lafal itikaf lain yang dapat digunakan adalah lafal berikut ini. Lafal niat itikaf ini dikutip dari Kitab\u00a0Al-Majmu\u2019\u00a0karya Imam An-Nawawi:<\/p>\n \u0646\u064e\u0648\u064e\u064a\u0652\u062a\u064f \u0627\u0644\u0627\u0650\u0639\u0652\u062a\u0650\u0643\u064e\u0627\u0641\u064e \u0641\u0650\u064a \u0647\u0630\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0645\u064e\u0633\u0652\u062c\u0650\u062f\u0650 \u0644\u0650\u0644\u0651\u0647\u0650 \u062a\u064e\u0639\u064e\u0627\u0644\u0649<\/strong><\/p>\n Nawaitul i\u2019tik\u0101fa f\u012b h\u0101dzal masjidi lill\u0101hi ta\u2018\u0101l\u0101.<\/p>\n Artinya, \u201cSaya berniat i\u2019tikaf di masjid ini karena Allah SWT.\u201d<\/p>\n Pelaksanaan i ‘tikaf oleh Rasulullah SAW dan para Shahabat selama 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan itu erat kaitannya dengan Lailatul Qadar. Dalam artian, Nabi dan para shahabat beri’tikaf atau bertekun ibadah untuk berjaga-jaga ketika turun Lailatul Qadar.<\/p>\n Sedikit pun tidak disangsikan lagi bahwasannya tempat pelaksanaan i’tikaf itu adalah masjid. Namun, masalahnya adalah masjid yang mana? Sementara Rasulullah SAW melaksanakan i’tikaf di masjidnya sendiri yaitu masjid Nabawi di Madinah.<\/p>\n Oleh karena itulah, ada banyak pendapat perihal dimana seharusnya i’tikaf itu di\u00adlaksanakan. Hal ini lantaran pengertian masjid tempat i ‘tikaf yang ditunjukkan Al Qur’an dianggap masih relatif.<\/p>\n Firman Allah SWT:<\/p>\n \u0648\u064e\u0623\u0646\u0652\u062a\u064f\u0645\u0652 \u0639\u064e\u0627\u0643\u0650\u0641\u064f\u0648\u0652\u0646\u064e \u0641\u0650\u064a \u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u0633\u064e\u0627\u062c\u0650\u062f\u0650<\/strong><\/p>\n “Sedangkan kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS Al Baqarah 2: 187)<\/p>\n Pendapat pertama, i’tikaf itu hanya dapat dilakukan di tiga masjid saja. Yakni Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina. Dimana pendapat ini didasar\u00adkan pada hadits yang menjelaskan bahwa, dilarang atau tidak akan diberangkatkan kendaraan (buroq, red.) kecuali menuju 3 masjid tersebut di atas.<\/p>\n Pendapat kedua menyatakan bahwasannya i’tikaf itu harus dilaksanakan di Masjid Jami’. Yakni masjid yang biasa digunakan untuk mendirikan shalat 5 waktu berjamaah dan ibadah Jum’at. Pendapat ini mungkin lebih tepat jika dikaitkan bahwa i’tikaf yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW itu di masjidnya sendiri yang termasuk dalam kategori Masjid Jami’.<\/p>\n Menurut pendapat penulis, jika kita perhatikan Al-Baqarah ayat 187 sebagaimana tersebut di atas, nampak jelas bahwa pengertian masjid yang dinyatakan itu sifatnya umum. Lantaran tidak diikuti dengan satupun nama masjid tertentu. Baik dari ketiga masjid sebagaimana pendapat di atas, maupun selain Masjid Jami’.<\/p>\n Dengan demikian, mengacu pada lahirnya ayat ini, kita dapat diambil kesimpulan bahwa; i’tikaf dapat dilaksanakan di Masjid Jami’ dan lainnya seperti mushalla misalnya; Walaupun memang, i’tikaf itu lebih baik dilaksanakan di Masjid Jami’, supaya ketika harus melaksanakan kewajiban ibadah Jum’at misalnya, ia tak perlu lagi keluar dari masjid tempat i’tikafnya menuiu Masiid Jami’.<\/p>\n Apakah yang Dikerjakan Ketika Beri’tikaf?<\/p>\n Sesuai dengan tujuan i’tikaf yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka orang yang sedang i’tikaf hendaknya memperbanyak amal ibadah. Misalnya, dengan cara; shalat sunnat, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak doa dan tafakkur. Begitu pula dapat dengan cara melakukan kebajikan lainnya, seperti; mempelajari tafsir, hadits, dan atau ilmu-ilmu agama Islam lainnya. Orang yang sedang beri’tikaf baiknya menghindari segala hal yang tidak ada manfaatnya, baik dalam perbuatan maupun ucapan.<\/p>\n Sabda Rasulullah SAW bersabda:<\/p>\n