PeciHitam.org \u2013 <\/strong>Riya\u2019 adalah melakukan suatu perbuatan atau amalan agar orang lain dapat melihatnya kemudian memujinya dan riya\u2019 merupakan perbuatan dosa yang merupakan sifat orang yang munafik. Adapun termasuk dalam riya\u2019 yaitu sum\u2019ah yaitu melakukan suatu perbuatan atau amalan agar orang lain mendengar apa yang dilakukan yang mana menginginkan pujian terhadapnya.<\/p>\n\n\n\n Adapun riya\u2019\ndibagi dua jenis yaitu pertama yang hukumnya syirik akbar yang mana terjadi\njika sesorang melakukan seluruh perbuatan agar dilihat manusia dan tidak\nsedikitpun karena Allah SWT yang mana inilah riya\u2019 yang dimiliki oleh orang\nmunafik. <\/p>\n\n\n\n Yang kedua yaitu\nriya\u2019 yang terkadang menjangkiti orang yang beriman dan sikap riya\u2019 ini kadang muncul\ndalam sebagian amal jadi seseorang beramal karena Allah SWT serta juga\ndiniatkan untuk selain-Nya dan riya\u2019 seperti ini merupakan perbuatan syirik\nasghar. (Lihat: I\u2019aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid, Syaikh Shalih\nFauzan)<\/p>\n\n\n\n Jadi hukum asal\ndari Riya\u2019 adalah syirik asghar namun bisa berubah hukumnya menjadi syirik\nakbar dalam tiga keadaan berikut ini: (Lihat: Al Mufiid fii Muhimmaati at\nTauhid, Dr. \u2018Abdul Qodir as Shufi, 1428\/2007)<\/p>\n\n\n\n Status suatu\namalan ibadah yang tercampur deengan riya\u2019 dapat dirinci pada beberapa keadaan\nyaitu ketika seseorang beribadah dengan maksud pamer di hadapan manusia maka\nibadah tersebut batal dan tidak sah dan adapun riya\u2019 atau sum\u2019ah muncul ketika\nsedang beribadah maka ada dua keadaan.<\/p>\n\n\n\n Pertama jika\namalan ibadah tersebut berhubungan antara awal dan akhirnya semisal shalat maka\nriya\u2019 akan membatalkannya jika tidak berusaha dihilangkan dan dibiarkan melekat.<\/p>\n\n\n\n Yang kedua\nyaitu amalan yang tidak berhubungan antara bagian awal dan akhir semisal shadaqoh\nyaitu apabila setetengahnya tercampuri riya\u2019 maka yang tercampuri riya\u2019 tersebut\nbatal sedangkan sisanya tidak. (Lihat: Al Mufiid fii Muhimmaati at Tauhid, Dr. \u2018Abdul\nQodir as Shufi, 1428\/2007)<\/p>\n\n\n\n Riya\u2019 dapat menjangkiti\nsiapapun bahkan orang yang alim shaleh sekalipun termasuk para sahabat Rasulullah\nSAW, Beliau bersabda yang artinya:<\/p>\n\n\n\n \u201cSesuatu yang\naku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar, ketika Beliau\nditanya tentang maksudnya, Beliau menjawab, \u2018contohnya ialah riya\u2019.\u201d (HR. Ahmad\ndan Thabrani)<\/p>\n\n\n\n Dalam hadist tersebut\nterdapat pelajaran tentang kekhawatiran pada syirik yang man Rasulullah SAW khawatir\nkesyirikan menimpa sahabat muhajirin dan anshor sementara mereka ialah\nsebaik-baik umat. (Lihat: I\u2019aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid, Syaikh\nShalih Fauzan)<\/p>\n\n\n\n Rasulullah SAW\nbersabda yang artinya:<\/p>\n\n\n\n \u201cMaukah kamu\nkuberitahu tentang sesuatau yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap\nkalian daripada (fitnah) Dajjal?\u2019 para sahabat berkata, \u2018Tentu saja\u2019, Beliau\nbersabda, \u2018syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika seseorang berdiri\nmengerjakan shalat dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang\nmemperhatikannya.\u201d (HR. Ahmad)<\/p>\n\n\n\n Berdasarkan hadits\ntersebut dijelaskan bahwa riya\u2019 termasuk syirik khafi yang samar dan\ntersembunyi karena riya\u2019 berhubungan dengan niat dan termasuk amalan yang hanya\ndiketahui oleh Allah SWT.<\/p>\n\n\n\n Kekhawatiran Rasulullah\nSAW tehadap riya\u2019 lebih besar daripada kekhawatiran terhadap ancaman fitnah\nDajjal karena hanya sedikit yang dapat selamat dari bahaya riya\u2019.<\/p>\n\n\n\n Fitnah Dajjal begitu\nberbahaya tapi hanya menimpa pada orang yang hidup pada zaman tertentu\nsedangkan bahaya riya\u2019 dapat menimpa seluruh manusia di setiap saat dan setiap\nzaman. (Lihat: I\u2019aanatul Mustafiid bi Syarhi Kitaabi at Tauhiid, Syaikh Shalih\nFauzan)<\/p>\n\n\n\n Imam Nawawi menjelaskan\nsuatu bab dalam Riyadus Shalihin tentang perkara yang dianggap sebagai riya\u2019\nnamun bukan termasuk riya\u2019 dimana beliau membawakan hadits dari Abu Dzar ra, yang\nmana Rasulullah SAW pernah ditanya yang artinya: <\/p>\n\n\n\n