Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":15025,"date":"2019-10-15T20:13:00","date_gmt":"2019-10-15T13:13:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=15025"},"modified":"2019-10-15T20:38:55","modified_gmt":"2019-10-15T13:38:55","slug":"halalkah-hukum-makan-daging-kelelawar-dalam-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/halalkah-hukum-makan-daging-kelelawar-dalam-islam\/","title":{"rendered":"Halalkah Hukum Makan Daging Kelelawar Dalam Islam?"},"content":{"rendered":"\n
Pecihitam.org <\/strong>– Terkadang kita jumpai di beberapa daerah, daging kelelawar dijadikan hidangan kuliner. Ada yang bilang dagingnya cukup enak namun ada juga yang tidak doyan memakannya. Lantas bagaimanakah hukum makan daging kelelawar menurut islam?<\/p>\n\n\n\n
Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang dapat terbang. Dia berasal dari ordo chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap. Setidaknya ada delapan jenis famili kelelawar.<\/p>\n\n\n\n
Dalam bahasa Arab, sebagaimana disampaikan dalam kitab Hasyiyata Qalyubi wa Umairah juz 4, halaman 261, kelelawar mempunyai beragam istilah yakni khuffasy, wathwath, dan khuththaf.<\/p>\n\n\n\n
Sebagian ulama mengatakan, berbagai istilah nama tersebut menunjukkan bahwa kelelawar mempunyai perbedaan spesies atau jenis. Namun sebagian ulama lain memandang antara khuffasy dan wathwath merupakan sinonim yang mengacu pada hewan yang sama.<\/p>\n\n\n\n
Pada hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Umar, diceritakan bahwa Rasulullah SAW melarang membunuh kelelawar. Mengapa?<\/p>\n\n\n\n
Karena menurut sebuah riwayat saat Baitul Maqdis dibakar, kelelawar merupakan hewan yang berdoa kepada Allah subhanahu wa ta\u2019ala agar diberi kekuatan bisa menenggelamkan sehingga Masjidil Aqsha tidak jadi terbakar.<\/p>\n\n\n\n
\u201cJanganlah kalian membunuh katak. Sesungguhnya kicauannya adalah tasbih. Dan jangan lah kalian membunuh kelelawar. Sebab, ketika Baitul Maqdis dibakar, kelelawar itu berdoa kepada Allah \u2018Ya Tuhan kami, kuasakan kami atas lautan sehingga aku bisa menenggelamkan mereka\u2019.\u201d (As-Sunan Ash-Shaghir, juz 4, halaman 59).<\/em><\/p>\n\n\n\n
Masih dalam kitab yang sama, dalam hadits lain riwayat Aisyah ra. disebutkan bahwa kelelawar melalui sayapnya ikut berusaha memadamkan api saat Baitul Maqdis dibakar.<\/p>\n\n\n\n
\u201cDiriwayatkan dari Aisyah tentang kelelawar. Dia adalah hewan yang memadamkan api dengan sayap-sayapnya pada saat Baitul Maqdis dibakar.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n
Para ulama Syafi\u2019iyyah berpandangan, larangan membunuh suatu hewan, baik di dalam ataupun di luar tanah haram (Makkah-Madinah), menunjukkan pula keharaman mengonsumsinya. Logikanya adalah, hewan tersebut tidak mungkin dimakan sebelum terlebih dahulu membunuhnya. <\/p>\n\n\n\n
Bila hukum membunuhnya saja diharamkan, tentu saja hukum makan dagingnya pun haram. Rasululullah SAW melarang membunuh kelelawar, sehingga hukum yang dihasilkan adalah kelelawar haram dibunuh dan juga haram di makan.<\/p>\n\n\n\n
Secara tegas, Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu\u2019 menyatakan:<\/p>\n\n\n\n