Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":15366,"date":"2019-10-18T20:55:20","date_gmt":"2019-10-18T13:55:20","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=15366"},"modified":"2019-10-18T20:55:21","modified_gmt":"2019-10-18T13:55:21","slug":"fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/","title":{"rendered":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya"},"content":{"rendered":"

PeciHitam.org<\/strong> \u2013 fiqih maqashid dapat diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai dengan fiqih. Salah satu pemikir Islam yang berfokus pada bidang ini ialah Ibnu Taimiyah dengan karya monumentalnya Dar-u Ta\u2019\u00e2\u00e2rudhal-\u2018Aql wa al-Naql (menolak pertentangan antara akal dan nash). Berikut penjelasan singkat terkait fiqih maqashid ibnu taimiyah.<\/p>\n

Berangkat dari Dar-u Ta\u2019\u00e2\u00e2rudhal-\u2018Aql wa al-Naql pula, fiqih maqashid ibnu Taimiyah menyerukan purifikasi (pemurnian) pemikiran Islam dengan jargonnya yang terkenal yaitu tajdid (gerakan pembaharuan). Sejumlah karya yang lain Ibnu Taimiyah yang menolak peran akal dalam memberikan ulasan terhadap teks nushush adalah kitab al-Radd \u2018ala al-Manthiqiyyin, yang dalam kesempatan berikutnya berujung kepada penolakan qiyas (anomali) karena qiyas dianggapnya sebagai salah satu produk silogisme yang merupakan bagian dari filsafat.<\/p>\n

Penolakan terhadap logika dan qiyas oleh Ibnu Taimiyah ini memiliki akar yang panjang dalam sejarah. Cikal bakal lahirnya pemikiran Ibnu Taimiyah kurang lebih adalah muncul akibat ekses politik Dinasti Mamalik dan Kesultanan Baybars serta akibat penyerangan oleh tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyyah di Baghdad. Para ulama seperti al-Nawawi<\/a>, \u2018Izz Ibn Abdi al-Salam, Ibn Rusyd dan beberapa pemikiran tarekat sufi serta Syi\u2019ah Ismailiyah, Zaidiyah, Imamiyah, termasuk di dalamnya kalangan mutakallimun Asy\u2019ariyah, Jabariyah (yang kemudian untuk Jabariyah ini ia sebut sebagai kalangan Jahmiyyah) dianggapnya sebagai penyebab mundurnya umat Islam. Realitasnya, justru kalangan ini yang aktif menentang terjadinya imperialisme tentara Mongol-Tartar dan termasuk penentangan terhadap tentara Salib di Palestina.<\/p>\n

Ibnu Taimiyah mendapatkan kekuasaan di Damaskus melalui penentangan terhadap Sultan Qaz\u00e2n yang saat itu merupakan pihak yang kuat dalam melakukan penentangan terhadap Mongol Tartar yang sempat membumihanguskan Baghdad sebagai pusat Kesultanan Dinasti Abbasiyah saat itu.<\/p>\n

Di saat kekuasaan Sultan Qaz\u00e2n inilah fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah banyak ditulis. Karena Sultan Qaz\u00e2n dan Qurthuz banyak mengadopsi pemikiran-pemikiran dari kalangan ulama ahli mutakallimun di zamannya, serta mengadopsi pemikiran ulama sebelumnya seperti pendapat Imam Nawawi dan ulama yang hidup semasa dengan al-Nawawi, maka dari itulah fatwa Ibnu Taimiyah lebih banyak merujuk kepada penentangan taqlid, karena secara politis, taqlid inilah yang mendorong lestarinya kekuasaan yang disimbolkan oleh para muridnya yang fanatis sebagai kaki tangan Tartar. Kitab karya Ibnu Taimiyah yang berjudul\u00a0al-Siy\u00e2sah al-Syar\u2019iyyah li al-R\u00e2\u2019i wa al-Ra\u2019iyyah\u00a0adalah ditulis saat ia berada di dalam penjara Qazan Damaskus dan berisikan buah pemikiran politik dan kenegaraannya.<\/p>\n

Secara ringkas, ada empat pokok pikiran Ibnu Taimiyah dalam memandang kedudukan akal dan nash, antara lain:<\/p>\n

Pertama, Ibnu Taimiyah mencanangkan bahwa akal (rasio) tidak dipergunakan secara mutlak dalam menentukan hukum, karena dalam pemikirannya, nushush tidak mungkin bertentangan dengan akal. Landasan pemikirannnya ini kelak berpengaruh besar terhadap mazhab aqidahnya yang sebagian besar diadopsi oleh kalangan Wahabiyyah.<\/p>\n

Kedua, Ibnu Taimiyah tidak berpedoman pada satu pendapat kalangan mazhab saja karena baginya ulama mazhab adalah hanyalah manusia yang bersifat relatif dalam sifat dan pemikirannya. Dasar pemikirannya ini kelak menjadi dasar pegangan bagi pengikutnya untuk mencampuradukkan pendapat ulama mazhab dan justru berujung pada merelatifkan sanad keilmuan yang merupakan inti dari agama itu sendiri.<\/p>\n

Ketiga, Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa syari\u2019ah itu hanya bersumber dari Al-Qur\u2019an dan al-Sunnah saja. Maksud dari al-Sunnah ini olehnya dimaknai bahwa seluruh syariat telah diturunkan oleh Allah \ufdfb dan Nabi telah menjelaskan secara keseluruhan dengan sahabat sebagai sanad pertama yang menerima ajaran langsung dari nabi.<\/p>\n

Dasar pemikiran Ibnu Taimiyah yang ini kelak yang menjadi akar ditolaknya semua bentuk qiyas dan hanya menerima satu ijma\u2019 yaitu ijma\u2019 shahabah. Padahal, dalam perkembangannya, seiring perkembangan zaman, banyak terdapat masalah baru di masyarakat yang membutuhkan telaah dengan mengikuti metodologi berfikir para ulama sebelumnya.<\/p>\n

Landasan pemikiran inilah yang kemudian dianggap oleh Ibnu Taimiyah untuk melakukan penentangan terhadap kekuasaan saat itu yang dianggapnya pro-Tartar dan tentara Salib. Padahal, penentangan terbesar Tartar dan Tentara Salib justru lahir dari kalangan pengikut tarekat-sufi, termasuk Shalahuddin al-Ayyubi adalah seorang sufi dan pengikut tarekat.<\/p>\n

Keempat, Ibnu Taimiyyah terkenal teguh dengan manhaj pemikirannya dan selalu berusaha melepaskan diri dari keterkungkungan pendapat fuqaha\u2019 dan ulama lain yang semasanya. Dalam kesehariannya, ia mendaku sebagai pengikut mazhab Hanbali, akan tetapi dalam banyak amaliahnya justru bertentangan dengan mazhab itu sendiri.<\/p>\n

Uniknya lagi, meskipun Ibnu Taimiyah seringkali menebar jargon kembali kepada al-Qur\u2019an dan al-Sunnah serta menolak kedudukan akal dalam menafsirkan teks nushush, namun ternyata banyak dijumpai fatwanya justru lebih mengedepankan akal, bahkan melampaui qiyas.<\/p>\n

Jika qiyas merupakan suatu tindakan penyamaan hukum atas dasar hukum yang sudah diketahui sebelumnya dan memiliki pijakan dasar dalil, namun Ibnu Taimiyah justru berfatwa tanpa pijakan dalil. Setidaknya ada beberapa fatwanya yang unik dan tidak berpijak pada landasan dalil tersebut.<\/p>\n

Dalam hal ini hanya akan disajikan dua di antaranya. Dalam sebuah kitab Ikhtiy\u00e2r\u00e2t Ibnu Taimiyah, ia memfatwakan:<\/p>\n

\u2022 Anak di luar nikah dinisbahkan nasabnya kepada ayah yang menzinai ibunya, jika ibunya bukan fir\u00e2sy, bukan isteri dan bukan pula dalam\u00a0\u2018iddah, serta tidak ada\u00a0shahibu al-fir\u00e2sy\u00a0yang bisa mengklaim itu anaknya. Padahal, jumhur fuqaha menisbahkan anak tersebut kepada ibunya (fir\u00e2sy) atau suami ibunya (shahib al-fir\u00e2sy) saja.<\/p>\n

Konon, fatwa ini adalah dalam rangka memberikan perlindungan hukum untuk anak yang lahir di luar nikah dan disebutnya sebagai maslahah.<\/p>\n

\u2022 Zakat tidak diberikan kepada ahli maksiat yang terus menerus (ishr\u00e2r) melakukan maksiatnya, kecuali jika mereka bertaubat terlebih dulu. Karena menurutnya zakat tidak diberikan kepada orang yang tidak menggunakan zakat itu untuk melaksanakan keta\u201fatan kepada Allah \ufdfb.<\/p>\n

Dua pendapat ini bertentangan dengan pendapat mazhab Hanbali yang didaku oleh Ibnu Taimiyah dan tidak ditemui adanya pijakan dalil yang mendasari. Meskipun demikian, apa yang difatwakannya ini dianggap sebagai tindakan kemaslahatan. Artinya, ada sisi lain maslahah yang merupakan bagian dari\u00a0maq\u00e2shid al-syar\u00ee\u2019ah\u00a0menurutnya.<\/p>\n

Namun, maslahah menurut Ibnu Taimiyah ini kelak kemudian dikelompokkan oleh kalangan madzhibu al-arba\u2019ah sebagai\u00a0maslahah mulghah\u00a0yang\u00a0f\u00e2sid\u00a0(rusak) disebabkan karena tidak ada dasar pijakan nash-nya.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org \u2013 fiqih maqashid dapat diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai dengan fiqih. Salah satu pemikir Islam yang berfokus pada bidang ini ialah Ibnu Taimiyah dengan karya monumentalnya Dar-u Ta\u2019\u00e2\u00e2rudhal-\u2018Aql wa al-Naql (menolak pertentangan antara akal dan nash). Berikut penjelasan singkat terkait fiqih maqashid ibnu taimiyah. Berangkat dari Dar-u Ta\u2019\u00e2\u00e2rudhal-\u2018Aql wa al-Naql pula, fiqih maqashid […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":15584,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[13,7,6],"tags":[5431],"yoast_head":"\nFiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"PeciHitam.org - pembahasan artikel ini tentang fiqih maqashid ibnu Taimiyah yang pada akhirnya tidak dipakai oleh imam madzhab empat\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"PeciHitam.org - pembahasan artikel ini tentang fiqih maqashid ibnu Taimiyah yang pada akhirnya tidak dipakai oleh imam madzhab empat\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-10-18T13:55:20+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-10-18T13:55:21+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Mohammad Mufid Muwaffaq\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Mohammad Mufid Muwaffaq\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"5 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\"},\"author\":{\"name\":\"Mohammad Mufid Muwaffaq\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/536deb93a05942d254bd50bcbc0abf29\"},\"headline\":\"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya\",\"datePublished\":\"2019-10-18T13:55:20+00:00\",\"dateModified\":\"2019-10-18T13:55:21+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\"},\"wordCount\":940,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg\",\"keywords\":[\"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah\"],\"articleSection\":[\"Islam Nusantara\",\"Kajian Islam\",\"Khazanah\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\",\"name\":\"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg\",\"datePublished\":\"2019-10-18T13:55:20+00:00\",\"dateModified\":\"2019-10-18T13:55:21+00:00\",\"description\":\"PeciHitam.org - pembahasan artikel ini tentang fiqih maqashid ibnu Taimiyah yang pada akhirnya tidak dipakai oleh imam madzhab empat\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/536deb93a05942d254bd50bcbc0abf29\",\"name\":\"Mohammad Mufid Muwaffaq\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/c5405beb73ddd85be7f8eb16d05de2de?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/c5405beb73ddd85be7f8eb16d05de2de?s=96&r=g\",\"caption\":\"Mohammad Mufid Muwaffaq\"},\"description\":\"Santri Pondok Pesantren Qomaruddin, Sarjana Theologi Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jjurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir, Mahasiswa Magister di jurusan Studi Quran Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/mufid\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya - Pecihitam.org","description":"PeciHitam.org - pembahasan artikel ini tentang fiqih maqashid ibnu Taimiyah yang pada akhirnya tidak dipakai oleh imam madzhab empat","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya - Pecihitam.org","og_description":"PeciHitam.org - pembahasan artikel ini tentang fiqih maqashid ibnu Taimiyah yang pada akhirnya tidak dipakai oleh imam madzhab empat","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-10-18T13:55:20+00:00","article_modified_time":"2019-10-18T13:55:21+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Mohammad Mufid Muwaffaq","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Mohammad Mufid Muwaffaq","Est. reading time":"5 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/"},"author":{"name":"Mohammad Mufid Muwaffaq","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/536deb93a05942d254bd50bcbc0abf29"},"headline":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya","datePublished":"2019-10-18T13:55:20+00:00","dateModified":"2019-10-18T13:55:21+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/"},"wordCount":940,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg","keywords":["Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah"],"articleSection":["Islam Nusantara","Kajian Islam","Khazanah"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/","name":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg","datePublished":"2019-10-18T13:55:20+00:00","dateModified":"2019-10-18T13:55:21+00:00","description":"PeciHitam.org - pembahasan artikel ini tentang fiqih maqashid ibnu Taimiyah yang pada akhirnya tidak dipakai oleh imam madzhab empat","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/10\/Fiqih-Maqashid-Ibnu-Taimiyah-4-Pokok-Pemikirannya.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/fiqih-maqashid-ibnu-taimiyah-4-pokok-pemikirannya\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Fiqih Maqashid Ibnu Taimiyah, 4 Pokok Pemikirannya"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/536deb93a05942d254bd50bcbc0abf29","name":"Mohammad Mufid Muwaffaq","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/c5405beb73ddd85be7f8eb16d05de2de?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/c5405beb73ddd85be7f8eb16d05de2de?s=96&r=g","caption":"Mohammad Mufid Muwaffaq"},"description":"Santri Pondok Pesantren Qomaruddin, Sarjana Theologi Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jjurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir, Mahasiswa Magister di jurusan Studi Quran Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/mufid\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15366"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/16"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=15366"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/15366\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/15584"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=15366"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=15366"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=15366"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}