Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":15606,"date":"2019-10-22T22:49:13","date_gmt":"2019-10-22T15:49:13","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=15606"},"modified":"2019-10-22T22:49:14","modified_gmt":"2019-10-22T15:49:14","slug":"prinsip-kemaslahatan-dalam-fiqih-imam-ahmad-ibnu-hanbal","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/prinsip-kemaslahatan-dalam-fiqih-imam-ahmad-ibnu-hanbal\/","title":{"rendered":"Prinsip Kemaslahatan dalam Fiqih Imam Ahmad ibnu Hanbal"},"content":{"rendered":"
PeciHitam.org<\/strong> \u2013 Ketika kita melihat secara mendalam fiqih Hanabilah atau Hanbali, prinsip kemaslahatan dalam fiqih Imam Ahmad Ibnu Hanbal secara stratifikasi, bangunan sumber hukum Islam (\u0645\u0635\u0627\u062f\u064a\u0631 \u0627\u0644\u0623\u062d\u0643\u0627\u0645) menurut beliau terdiri dari Al-Qur\u2019an, Al-Sunnah, al-Ijma\u2019 (konsensus) dan al-Qiyas (metode analogi).<\/p>\n
Khusus terkait dengan as-Sunnah, beliau tidak serta merta menolak keberadaan hadits-hadits yang memiliki derajat dla\u2019if (lemah), melainkan juga membolehkannya asal diperuntukkan untuk fadlailu al-a\u2019mal (mencari amal yang lebih utama). Sebagai bagian dari dalil hukum, beliau juga menerima konsepsi istishlah (mencari kemaslahatan) dan juga sadd al-dzarai\u2019 (manhaj antisipasi).<\/p>\n
Dengan demikian, dalam konsep bangunan adillatu al-ahkam (dalil hukum) di antara keempat mazhab, maka mazhab Maliki dan mazhab Hanbali-lah yang sebenarnya secara tegas menerima konsep mencari sisi kemaslahatan (istishlah) risalah ini.<\/p>\n
Adapun dua mazhab lainnya, tidak secara tegas menampakkan konsepsi pencarian kemaslahatan tersebut melainkan lewat konsepsi yang hampir mirip lewat jalur istihsan (yaitu upaya mencari yang lebih baik [hasan]). Namun, pola istihsan dan istishlah adalah memiliki kemiripan, yaitu sama-sama dipengaruhi oleh faktor sosio-historis dan budaya masyarakat di sekelilingnya.<\/p>\n
Sebelumnya, kita kembali ke pembahasan as-Sunnah dan al-Ijma\u2019, di dalam formulasi ushul fiqih Ahmad Ibnu Hanbal, ada metode penerimaan dalil yang menjadi perantara antara as-Sunnah dan al-Ijma\u2019. Kalangan Hanabilah menyebutnya sebagai Fatwa Shahabat. Stratifikasi ini secara gradual adalah sebagai berikut:<\/p>\n
\n
Ijma\u2019 shahabi, yang terdiri dari konsensus\/kesepakatan yang terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Untuk konsensus ini mutlak harus diterima dan menyalahinya dipandang sebagai kufur.<\/li>\n
Ijma\u2019 al-khulafa\u2019 al-rasyidin yang terdiri atas kesepakatan empat pemangku kekhalifahan sepeninggal Baginda Rasulillah SAW (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Konon, menurut kalangan Hanabilah, ijma\u2019 yang satu ini masih memungkinkan untuk tidak diterima pasca-wafatnya keempat khalifah itu. Alasannya adalah kondisi zaman yang senantiasa berubah.<\/li>\n
Ijma syaikhan, yaitu kesepakatan yang dilakukan oleh Ab\u00fb Bakar dan Umar ibnu Khath\u00e2b radliyallahu \u2018anhu. Jika ijma\u2019 al-khulafa\u2019 al-rasyidin saja ada masa kadaluarsanya pasca kekhalifahan, apalagi untuk ijma\u2019 syaikhan.<\/li>\n
Ijma\u2019 ahlu al-madinah, yaitu konsensus yang dilakukan lewat tradisi penduduk Mad\u00eenah secara turun temurun. Hanabilah tidak menyatakan mutlak penentangannya, namun perlu dilihat kembali.<\/li>\n
Ijma ulama Kuffah, yaitu konsensus yang disepakati oleh para ulama Kuffah. Secara tegas, mazhab Hanafi yang menyatakan sebagai bagian dari sumber hukum. Kalangan Hanabilah juga tidak serta merta menolaknya, dengan alasan produk ijtihad yanng bisa berubah setiap waktu.<\/li>\n<\/ol>\n