PeciHitam.org \u2013 <\/strong>Sebelum membahas hukum memberi kembalian dengan permen, sebagaimana diketahui bahwa definisi dari jual beli ialah tukar menukar objek dengan objek yang lain, dengan cara tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung.<\/p>\n\n\n\n

Adanya kalimat\ntukar menukar menunjukkan bahwa jual beli terjadi antara dua pihak, sehingga\ntidak ada jual beli secara sepihak.<\/p>\n\n\n\n

Adapun yang\ndimaksud objek yaitu mencakup semua hal yang bisa dijadikan komoditas jual beli\nbaik itu barang maupun jasa. <\/p>\n\n\n\n

Sedangkan dengan\ncara tertentu maksudnya ialah ada akad yang mengikat yang disebut dengan\nshighat jual beli baik itu secara langsung maupun tidak langsung.<\/p>\n\n\n\n

Dan yang\ndemikian itu merupakan definisi jual beli berdasarkan penjelasan para ulama\nSyafiiyah. (Lihat: Al-Fiqh ala Al-Madzahib Al-Arba\u2019ah, 2:139)<\/p>\n\n\n\n

Karenanya jual\nbeli tidak identik dengan keberadaan uang sehingga barter barang dengan barang\nataupun tukar tambah barang dengan uang juga termasuk jual beli.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian, diantara\nsyarat mutlak dari jual beli adalah harus adanya rasa saling ridho dan ikhlas\ndi dalamnya, sebagaimana firman Allah SWT:<\/p>\n\n\n\n

\u064a\u064e\u0627 \u0623\u064e\u064a\u064f\u0651\u0647\u064e\u0627 \u0627\u0644\u064e\u0651\u0630\u0650\u064a\u0646\u064e \u0622\u0645\u064e\u0646\u064f\u0648\u0627 \u0644\u064e\u0627 \u062a\u064e\u0623\u0652\u0643\u064f\u0644\u064f\u0648\u0627 \u0623\u064e\u0645\u0652\u0648\u064e\u0627\u0644\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652\n\u0628\u064e\u064a\u0652\u0646\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0628\u0650\u0627\u0644\u0652\u0628\u064e\u0627\u0637\u0650\u0644\u0650 \u0625\u0650\u0644\u064e\u0651\u0627 \u0623\u064e\u0646\u0652 \u062a\u064e\u0643\u064f\u0648\u0646\u064e \u062a\u0650\u062c\u064e\u0627\u0631\u064e\u0629\u064b \u0639\u064e\u0646\u0652 \u062a\u064e\u0631\u064e\u0627\u0636\u064d \u0645\u0650\u0646\u0652\u0643\u064f\u0645\u0652<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cHai\norang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan\njalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka\nsama-suka di antara kamu.\u201d (QS. an-Nisa, 4:29)<\/p>\n\n\n\n

Di dalam hadits\ndari Abu Said al-Khudri ra, juga dikelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda:<\/p>\n\n\n\n

\u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0645\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0652\u0628\u064e\u064a\u0652\u0639\u064f \u0639\u064e\u0646\u0652 \u062a\u064e\u0631\u064e\u0627\u0636\u064d<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cJual beli harus dilakukan saling ridha.\u201d (HR. Ibn Majah<\/a>: 2185 dan Ibn Hibban: 4967)<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan\nhadits tersebut untuk bisa disebut dengan ridha, maka seseorang harus berada\ndalam dua keadaan yaitu paham dengan konsekuensi akad dan adanya al-ikhtiyar\natau tidak ada paksaan di dalamnya, sebagaimana kaidah yang menyatakan:<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u0625\u0643\u0631\u0627\u0647 \u064a\u0633\u0642\u0637 \u0627\u0644\u0631\u0636\u0627<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cUnsur\npaksaan, menggugurkan ridha.\u201d (Lihat: Mudzakirah Qawaid fi al-Buyu\u2019)<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan\nketentuan tersebut jika terjadi akad jual sementara pembeli memberikan uang lebih\ndan kemudian kembaliannya tanggung sehingga diganti permen jadi selama hal\ntersebut dilakukan atas dasar saling ridha maka tidak jadi masalah dan\nboleh-boleh saja.<\/p>\n\n\n\n

Yang menjadi\nmasalah ialah ketika pembeli tidak ridha karena pada dasarnya permen bukan\nobjek utama dari jual beli tersebut serta tidak ada niat dari pembeli untuk\nmembeli permen maka sebelum memberikan kembalian dengan permen, sudah menjadi kewajiban\nmutlak bagi penjual untuk menawarkan ke pembeli, apakah bersedia jika\nkembaliannya diganti dengan permen.<\/p>\n\n\n\n

Jika setuju dapat\ndilanjutkan dan jika tidak, maka berikan kebebasan bagi pembeli untuk\nmenentukan penggantinya tanpa memaksakan kehendaknya karena hal tersebut\ndilarang.<\/p>\n\n\n\n

Di Indonesia\nsendiri undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut juga ada yaitu sesuai\nUndang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, pengusaha ataupun\npedagang yang mengganti uang kembalian dengan permen bisa dijerat ancaman\nsanksi maksimal dua tahun penjara dan denda maksimal lima miliar rupiah.<\/p>\n\n\n\n

Fenomena\ntesebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia juga memberikan perlindungan bagi\nkonsumen dalam kasus kembalian dengan permen dan apabila terjadi kesepakatan\npenggunaan permen sebagai pengganti uang kembalian maka hal tersebut tidak akan\nmenjadi masalah.<\/p>\n\n\n\n

Demikianlah jadi\nuntuk transaksi dengan nilai kecil diharapkan semua dapat diselesaikan dengan\nwaktu singkat dan tidak berkepanjangan sehingga pada prinsipnya, memberikan\npengembalian uang nilai kecil dengan barang yang nilainya serupa dan disetujui\noleh kedua pihak maka hukumnya tidak masalah dn boleh saja.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org \u2013 Sebelum membahas hukum memberi kembalian dengan permen, sebagaimana diketahui bahwa definisi dari jual beli ialah tukar menukar objek dengan objek yang lain, dengan cara tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya kalimat tukar menukar menunjukkan bahwa jual beli terjadi antara dua pihak, sehingga tidak ada jual beli secara sepihak. Adapun yang dimaksud […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":16192,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2215],"tags":[5558],"yoast_head":"\n