PeciHitam.org \u2013 <\/strong>Perjodohan merupakan salah satu cara yang ditempuh seseorang yang hendak menikah, yang mana tidak ada ketentuan dalam syariat Islam yang mengharuskan atau melarang perjodohan serta menolak perjodohan itu sendiri, namun Islam hanya menekankan bahwa hendaklah seorang muslim segera menikah ketika mampu dan mencari calon yang baik sesuai tuntunan Islam.<\/p>\n\n\n\n

Pernikahan\nmerupakan nikmat Allah SWT yang seharusnya disyukuri karena dengan pernikahan\nseseorang akan banyak mendapat kemanfaataan, tetapi jangan lupakan beberapa hal\nseperti menikah dengan orang yang disenangi, sebagaimana firmana Allah SWT\nyaitu:<\/p>\n\n\n\n

\u0641\u064e\u0627\u0646\u0652\u0643\u0650\u062d\u064f\u0648\u0627 \u0645\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0627\u0628\u064e \u0644\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0646\u0650\u0651\u0633\u064e\u0627\u0621\u0650<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cMaka\nkawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi\u201d (QS. An-Nisa 4:3)<\/p>\n\n\n\n

Sehubungan\ndengan hal tersebut, perjodohan merupakan salah satu metode untuk membantu\npernikahan, dan sama halnya ketika orang tua menjodohkan anaknya, namun\nhendaklah meminta persetujuan dan izin dari anak agar pernikahan dapat\ndidasarkan atas ridha pihak masing-masing bukan atas dasar terpaksa.<\/p>\n\n\n\n

Pernikahan yang\ndibangun atas dasar keterpaksaan, jika dibiarkan berlanjut akan dapat mengganggu\nkeharmonisan rumah tangga itu sendiri, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah ra,\nbahwa Rasulullah SAW bersabda:<\/p>\n\n\n\n

\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0646\u0652\u0643\u064e\u062d\u064f \u0627\u0644\u0652\u0623\u064e\u064a\u0650\u0651\u0645\u064f \u062d\u064e\u062a\u064e\u0651\u0649<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u062a\u064f\u0633\u0652\u062a\u064e\u0623\u0652\u0645\u064e\u0631\u064e \u0648\u064e\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0646\u0652\u0643\u064e\u062d\u064f\u200f<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0627\u0644\u0652\u0628\u0650\u0643\u0652\u0631\u064f\n\u062d\u064e\u062a\u064e\u0651\u0649 \u062a\u064f\u0633\u0652\u062a\u064e\u0623\u0652\u0630\u064e\u0646\u064e\u200f<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627 \u064a\u064e\u0627\n\u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u0650\u200f<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0648\u064e\u0643\u064e\u064a\u0652\u0641\u064e\n\u0625\u0650\u0630\u0652\u0646\u064f\u0647\u064e\u0627 \u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0623\u064e\u0646\u0652\u200f<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u062a\u064e\u0633\u0652\u0643\u064f\u062a\u064e<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cTidak boleh menikahkan seorang janda sebelum dimusyawarahkan dengannya dan tidak boleh menikahkan anak gadis (perawan) sebelum meminta izin darinya,\u201d mereka bertanya, \u201cWahai Rasulullah, bagaimana mengetahui izinnya?\u201d Beliau menjawab, \u201cDengan ia diam.\u201d (HR. Bukhari: 5136 dan Muslim<\/a>: 1419)<\/p>\n\n\n\n

Salah satu kemuliaan\nyang Allah SWT berikan kepada kaum perempuan setelah datangnya Islam ialah\nbahwa mereka para perempuan mempunyai hak penuh dalam menerima ataupun menolak\nperjodohan atau suatu lamaran pernikahan.<\/p>\n\n\n\n

Hak tersebut\ndulunya sebelum datangnya Islam tidak dimiliki oleh kaum perempaun pada zaman\njahiliyah, karenanya tidak boleh bagi orang tua atau wali manapun untuk memaksa\nprempuan yang dia walikan untuk menikahi lelaki yang peempuan tesebut tidak\nsenangi.<\/p>\n\n\n\n

Tentang berdosakah\nseorang anak ketika menolak perjodohan orang tuanya dan apakah yang demikian dikatakan\ndurhaka, maka dalam sebuh hadits dijelaskan:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0639\u0646 \u0627\u0628\u0646 \u0639\u0628\u0627\u0633 \u0631\u0636\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0646\u0647\u0645\u0627 <\/strong>:<\/strong>\u0623\u0646 \u062c\u0627\u0631\u064a\u0629 \u0628\u0643\u0631\u0627\n\u0623\u062a\u062a \u0627\u0644\u0646\u0628\u064a \u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645 \u0641\u0630\u0643\u0631\u062a \u0623\u0646 \u0623\u0628\u0627\u0647\u0627 \u0632\u0648\u062c\u0647\u0627 \u0648\u0647\u064a \u0643\u0627\u0631\u0647\u0629 \u0641\u062e\u064a\u0631\u0647\u0627 \u0631\u0633\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647\n\u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cDari\nsahabat Ibnu Abbas ra, berkata: Telah datang seorang gadis muda terhadap\nRasulullah SAW dan ia mengadu bahwa ayahnya telah menikahkanya dengan laki-laki\nyang tidak ia cintai, maka Rasulullah SAW memberikan pilihan kepadanya (melanjutkan\npernikahan atau berpisah). (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)<\/p>\n\n\n\n

Bedasarkan\nhadits tersebut maka menolak perjodohan dari orang tuanya adalah hal yang tidak\nberdosa dan tidak dikategorikan sebagai sikap durhaka, dengan catatan penolakan\ntersebut harus dilakukan dengan tata cara dan ucapan yang bijak sehingga tidak\nmenyakiti hati dan perasaan orang tua serta pihak yang dijodohkan.<\/p>\n\n\n\n

Dari Ibnu Abbas\nra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u062b\u064e\u0651\u064a\u0650\u0651\u0628\u064f \u0623\u064e\u062d\u064e\u0642\u064f\u0651\u200f<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0628\u0650\u0646\u064e\u0641\u0652\u0633\u0650\u0647\u064e\u0627\n\u0645\u0650\u0646\u0652 \u0648\u064e\u0644\u0650\u064a\u0650\u0651\u0647\u064e\u0627<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0628\u0650\u0643\u0652\u0631\u064f \u064a\u064e\u0633\u0652\u062a\u064e\u0623\u0652\u0630\u0650\u0646\u064f\u0647\u064e\u0627<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0623\u064e\u0628\u064f\u0648\u0647\u064e\u0627 \u0641\u0650\u064a\n\u0646\u064e\u0641\u0652\u0633\u0650\u0647\u064e\u0627<\/strong>\u200e \u200e<\/strong>\u0648\u064e\u0625\u0650\u0630\u0652\u0646\u064f\u0647\u064e\u0627\n\u0635\u064f\u0645\u064e\u0627\u062a\u064f\u0647\u064e\u0627<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cSeorang\njanda lebih berhak atas dirinya daripada walinya, sedangkan perawan maka\nayahnya harus meminta persetujuan dari dirinya, dan persetujuannya adalah diamnya.\u201d\n(HR. Muslim: 1421)<\/p>\n\n\n\n

Di dalam Islam\nhukum pernikahan yang sesuai dengan syariat adalah dengan adanya keridhaan dari\nkedua calon mempelai dan sudah jelas jika salah satuataupun keduanya tidak\nridha atau menikah dengan terpaksa maka pernikahan tersebut tidak sesuai\nsyariat Islam serta termasuk dilarang dalam syariat.<\/p>\n\n\n\n

Diapaparkan bahwa\ntidak boleh bagi ayah perempuan untuk memaksa dan tidak boleh pula bagi ibunya untuk\nmemaksa anak perempuannya untuk menikah, meskipun keduanya ridha dengam keadaan\nagamanya tersebut. (Lihat: Al-Majmu\u2019ah Al-Kamilah li Muallafat, Syaikh\nAbdurrahamn As-Sa\u2019di)<\/p>\n\n\n\n

Jadi\ndemikianlah, bahwa menolak perjodohan diperbolehkan dalam Islam dan bukan\ntermasuk tindakan durhaka karena dalam Islam, suatu pernikahan harus atas dasar\nsama-sama ridha.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org \u2013 Perjodohan merupakan salah satu cara yang ditempuh seseorang yang hendak menikah, yang mana tidak ada ketentuan dalam syariat Islam yang mengharuskan atau melarang perjodohan serta menolak perjodohan itu sendiri, namun Islam hanya menekankan bahwa hendaklah seorang muslim segera menikah ketika mampu dan mencari calon yang baik sesuai tuntunan Islam. Pernikahan merupakan nikmat Allah […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":17234,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[22,1913],"tags":[5809],"yoast_head":"\n