Pecihitam.org<\/strong> – Kekuatan lokal dan kekayaan tradisi Nusantara ini merupakan kelebihan tersendiri yang dimiliki beberapa wilayah dengan berbagai unsur ciri khas tersendiri di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n Kekayaan tradisi ini tidak lain adalah berkat dari proses islamisasi dan akulturasi budaya yang tumbuh subur di nusantara. Banyak orang mengenal Wali Songo sebagai penyebar islam di nusantara tidak lain untuk membawa misi kenabiaan, yakni dengan menyebarkan paham islam yang ramah.<\/p>\n\n\n\n Proses akulturasi yang terjadi ini banyak melahirkan tradisi\u00a0lokal yang sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai kultural. Meskipun akulturasi terjadi dengan masif pada saat itu, justru hal tersebut digunakan sebagai cara untuk menyebarkan islam dengan penuh nilai-nilai kemanusiaan. <\/p>\n\n\n\n Pada awalnya, tradisi yang berkembang dimasyarakat adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat saat itu. Nah, pada saat masa Islam berkembang di Indonesia, terutama pada masa wali songo, ritual budaya untuk memberikan sesaji bumi tersebut tidak dihilangkan.<\/p>\n\n\n\n Hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan ini sudah melekat dalam diri masyarakat dulu. Kemudian, para wali songo pun tidak serta merta menghilangkan begitu saja, malah justru memakai sesaji bumi ini menjadi sarana untuk melakukan penyebaran ajaran islam.<\/p>\n\n\n\n Mulai dari sinilah, adanya perkembangan nilai keislaman yang ditanamkan, dan pergeseran nilai itu terjadi yang mulanya fungsi sesaji bumi, sebagai ritual pemujaan terhadap alam.<\/p>\n\n\n\n Lamban laun dengan proses islamisasi yang dilakukan oleh wali songo sesaji bumi berubah fungsi sebagai ucapan rasa syukur terhadap apa yang diberikan oleh sang pencipta.<\/p>\n\n\n\n Jauh dari era sekarang, jika kita menilik kembali ke belakang. Pada masa penjajahan, pergeseran nilai dan fungsi sesaji bumi ini juga nampak gamblang.<\/p>\n\n\n\n