PeciHitam.org \u2013 <\/strong>Sistem dalam jual beli bermacam-macam dan memiliki hukum masing-masing, salah satu yang akan dibahas disini adalah hukum jual beli mu\u2019athah yang mana tanpa sighat.<\/p>\n\n\n\n

Sebelumnya\nperlu diketahui bahwa salah satu rukun jual beli ialah sighat atau ucapan\ntimbal balik antara penjual dan pembeli yang menunjukkan kerelaan dari\nkeduanya.<\/p>\n\n\n\n

Namun dalam\npraktek jual beli sehari-hari di antara realita dalam masyarakat jarang sighat\nakad jual beli tersebut diucapkan dan biasanya pembeli cukup memberi uang dan\nmengambil barang yang ingin dibelinya tanpa ijab dan qabul.<\/p>\n\n\n\n

Adapun dalam\nfikih jual beli tanpa sighat ijab dan qabul biasa diistilahkan dengan jual beli\nmu\u2019athah atau tanpa sighat, yaitu kesepakatan kedua belah pihak atas harga dan\nbarang yang dijual, keduanya saling memberi tanpa ijab qabul dan kadang hanya\nada perkataan dari salah satu pihak saja.<\/p>\n\n\n\n

Hukum jual beli\nmu\u2019athah menurut kebanyakan ulama Syafi\u2019iyah ialah tidak sah karena salah satu rukun\njual beli tidak terpenuhi yaitu sighat ijab dan qabul.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana dijelaskan\nbahwa:<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u0634\u0627\u0641\u0639\u064a\u0629 <\/strong>–<\/strong>\u0642\u0627\u0644\u0648\u0627: \u0644\u0627\u064a\u0646\u0639\u0642\u062f \u0627\u0644\u0628\u064a\u0639 \u0625\u0644\u0627 \u0628\u0627\u0644\u0635\u064a\u063a\u0629 \u0627\u0644\u0643\u0644\u0627\u0645\u064a\u0629 \u0623\u0648\n\u0645\u0627\u064a\u0642\u0648\u0645 \u0645\u0642\u0627\u0645\u0647\u0627 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0643\u062a\u0627\u0628 \u0648\u0627\u0644\u0631\u0633\u0648\u0644\u060c \u0648\u0625\u0634\u0627\u0631\u0629 \u0627\u0644\u0623\u062e\u0631\u0633 \u0627\u0644\u0645\u0639\u0644\u0648\u0645\u0629\u060c \u0623\u0645\u0627 \u0627\u0644\u0645\u0639\u0627\u0637\u0627\u0629 \u0641\u0625\u0646 \u0627\u0644\u0628\u064a\u0639\n\u0644\u0627\u064a\u0646\u0639\u0642\u062f \u0628\u0647\u0627<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cUlama\nSyafi\u2019iyah berkata, \u2018Tidak sah jual beli kecuali dengan sighat berupa ucapan\natau sesuatu yang bisa menempati di posisinya seperti tulisan, utusan dan\nisyarat yang diketahui bagi orang bisu, adapun jual beli tanpa sighat maka\ntidak sah.\u201d (Lihat: al-Fiqh \u2018ala Mazahibil Arba\u2019ah)<\/p>\n\n\n\n

Menanggapi hal\ntersebut Imam Nawawi menjelaskan bahwa akad jual beli tanpa sighat masih\ndiperselisihkan keabsahannya oleh para ulama, yang mana sebagian menilai tidak\nsah dan sebagian lagi menilai sah asal sudah diketahui bahwa kedua belah pihak\nsama-sama ridha.<\/p>\n\n\n\n

\u0635\u0648\u0631\u0629 \u0627\u0644\u0645\u0639\u0627\u0637\u0627\u0629 \u0627\u0644\u062a\u064a \u0641\u064a\u0647\u0627 \u0627\u0644\u062e\u0644\u0627\u0641 \u0627\u0644\u0633\u0627\u0628\u0642: \u0623\u0646 \u064a\u0639\u0637\u064a\u0647 \u062f\u0631\u0647\u0645\u0627\u064b \u0623\u0648 \u063a\u064a\u0631\u0647\n\u0648\u064a\u0623\u062e\u0630 \u0645\u0646\u0647 \u0634\u064a\u0626\u0627\u064b \u0641\u064a \u0645\u0642\u0627\u0628\u0644\u062a\u0647\u060c \u0648\u0644\u0627 \u064a\u0648\u062c\u062f \u0644\u0641\u0638 \u0623\u0648 \u064a\u0648\u062c\u062f \u0644\u0641\u0638 \u0645\u0646 \u0623\u062d\u062f\u0647\u0645\u0627 \u062f\u0648\u0646 \u0627\u0644\u0622\u062e\u0631\u060c \u0641\u0625\u0630\u0627\n\u0638\u0647\u0631 <\/strong>–<\/strong>\u0648\u0627\u0644\u0642\u0631\u064a\u0646\u0629 \u0648\u062c\u0648\u062f \u0627\u0644\u0631\u0636\u0649 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u062c\u0627\u0646\u0628\u064a\u0646 \u0640\u0640\u0640 \u062d\u0635\u0644\u062a\n\u0627\u0644\u0645\u0639\u0627\u0637\u0627\u0629\u060c \u0648\u062c\u0631\u0649 \u0641\u064a\u0647\u0627 \u0627\u0644\u062e\u0644\u0627\u0641<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cBentuk dari jual beli mu\u2019athah yang terjadi perbedaan pendapat di atas ialah pembeli memberikan uang pada penjual dan pembeli mengambil barang dari penjual sedagai gantinya, dan tidak ada kalimat yang menyatakan ijab dan qabul, jika secara zahir ada kerelaan di antara keduanya yaitu pembeli dan penjual, maka itulah yang dinamakan jual beli mu\u2019athah dan dalam jual beli mu\u2019athah terjadi perbedaan ulama terkait keabsahannya.\u201d (Lihat: al-Majmu, Imam Nawawi<\/a>)<\/p>\n\n\n\n

Meskipun\ndemikian, hukum jual beli mu\u2019athah menurut Imam Ghazali lebih cenderung dibolehkan\nmeski tanpa sighat ijab dan qabul terutama saat benda-benda yang diperjual\nbelikan tidak terlalu berharga.<\/p>\n\n\n\n

Yang demikian\nkarena sulit untuk selalu mengucapkan ijab dan qabul dan biasanya antara\npenjual dan pembeli sudah sama-sama ridha meskipun tanpa sighat dan hal ini\nsebagaimana dijelaskan berikut:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0642\u062f \u0645\u0627\u0644 \u0635\u0627\u062d\u0628 \u0627\u0644\u0625\u062d\u064a\u0627\u0621 \u0625\u0644\u0649 \u062c\u0648\u0627\u0632 \u0627\u0644\u0628\u064a\u0639 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0623\u0634\u064a\u0627\u0621 \u0627\u0644\u064a\u0633\u064a\u0631\u0629 \u0628\u0627\u0644\u0645\u0639\u0627\u0637\u0627\u0629\n\u0644\u0623\u0646 \u0627\u0644\u0625\u064a\u062c\u0627\u0628 \u0648\u0627\u0644\u0642\u0628\u0648\u0644 \u064a\u0634\u0642 \u0641\u064a \u0645\u062b\u0644\u0640\u0647\u0627 \u0639\u0627\u062f\u0629<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cImam\nGhazali dalam kitab Ihya condong kepada bolehnnya jual beli mu\u2019athah (tanpa\nsighat) dalam benda-benda yang ringan, karena ijab dan qabul dalam jual beli\nbenda-benda yang ringan biasanya sulit.\u201d (Lihat: al-Fiqh \u2018ala Mazahibil Arba\u2019ah)<\/p>\n\n\n\n

Jadi akad dalam\njual beli mu\u2019athah tidak disebutkan shighatnya karena akad yang jenisnya\nseperti ini dibuat oleh manusia sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.<\/p>\n\n\n\n

Adapun ulama\nHanafiyah sepakat dengan hal tersebut dimana mereka mengatakan bahwa\nterlaksananya ijab kabul tidak harus diekspresikan lewat ucapan atau perkataan\ntertentu, sebab dalam ukuran ijab kabul yang diutamakan adalah unsur kerelaan\nkedua belah pihak yang melakukan transaksi dan adanya tindakan.<\/p>\n\n\n\n

Karenanya Imam\nNawawi, Baghawi, Mutawali dan beberapa ulama lain berpendapat bahwa lafadz tidak\nmenjadi rukun dalam jual beli karena yang demikian hanya berdasarkan adat\nkebiasaan dan kondisi tetentu yang belaku saja. <\/p>\n\n\n\n

Kesimpulannya\nberdasarkan perbedaan pendapat tentang hukum jual beli mu\u2019athah tersebut ialah\npendapat terkuatnya, ijab kabul boleh dan sah hanya dengan perbuatan dengan\nkondisi tertentu dengan alasan.<\/p>\n\n\n\n

Pertama, Allah\nmembolehkan jual beli dan tidak membatasinya dengan akad tertentu, sebagaimana\nfirman-Nya:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0627\u062d\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0627\u0644\u0628\u064a\u0639 \u0648\u062d\u0631\u0645 \u0627\u0644\u0631\u0628<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cDan Allah\ntelah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba\u201d (QS. Al-Baqarah, 2:275)<\/p>\n\n\n\n

Kedua, sesuai\n\u2018urf atau kebiasaan dimana pembeli menerima barang dan penjual mengambil uang\ntanpa adanya perselisihan, maka yang demikian sudah menunjukkan bentuk ridha\nkeduanya dan jika dengan perkataan dianggap ridha maka dengan perbuatan dapat\npula selama tidak ada yang dipermasalahkan.<\/p>\n\n\n\n

Apabila seperti\nyang telah dijelaskan tersebut maka sudah dapat dikatakan sebagai jual beli\nkarena tidak ada suatu dalil yang secara terang untuk mewajibkan mengucap lafadz,\nentah memberi tindakan, menerima tindakan atau bahkan indikasi dalam bentuk\napapun selama menunjukkan adanya kerelaan dan keridhaan.<\/p>\n\n\n\n

Jadi pada\ndasarnya tentang hukum jual beli mu\u2019athah pendapat yang paling kuat ialah yang\nmembolehkan, karena ijab qabul yang paling utama ialah atas dasar kerelaan, yaitu\npihak penjual dengan rela menyerahkan barangnya dan pihak pembeli dengan rela\nmenerimanya, semisal dinyatakan dengan uang tunai yang dibayarkan tanpa adanya\nsengketa.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org \u2013 Sistem dalam jual beli bermacam-macam dan memiliki hukum masing-masing, salah satu yang akan dibahas disini adalah hukum jual beli mu\u2019athah yang mana tanpa sighat. Sebelumnya perlu diketahui bahwa salah satu rukun jual beli ialah sighat atau ucapan timbal balik antara penjual dan pembeli yang menunjukkan kerelaan dari keduanya. Namun dalam praktek jual beli […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":18668,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,2215],"tags":[6088],"yoast_head":"\n