Pecihitam.org<\/strong> – Apa hikmah dari memperingati perayaan maulid Nabi Muhammad SAW? apakah hanya sekedar makan-makan? Adakah hal lain yang perlu diperhatikan?<\/p>\n\n\n\n

Kelahiran Baginda Rasulullah SAW adalah merupakan suatu nikmat besar lagi sangat berharga. Karena dengan lahirnya Pemuda Arab yang suci lagi mulia ini, kita dapat mengenal Allah melalui perantaraan beliau SAW. <\/p>\n\n\n\n

Oleh karena inilah kita ummat Islam<\/a> sedunia walaupun tidak semuanya, membuat perayaan Maulid Nabi SAW, sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat yang agung tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Namun yang sangat disayangkan adalah, jika kita perhatikan perkembangan ummat muslim sekarang ini dalam memperingati maulid Nabi, kebanyakan hanya sekedar menyanjung-nyanjung nama Rasulullah SAW, menyebut nasab keturunannya , bercerita kisah-kisah perjalanan hidupnya dan menyampaikan ajaran yang dibawanya. <\/p>\n\n\n\n

Hanya sekedar itu saja, sangat kurang yang mengamalkan ajaran yang dibawanya secara komplit<\/p>\n\n\n\n

Yang dimaksud dengan kata-kata \u201csecara komplit\u201d, adalah sebagaimana Firman Allah SWT yang tersebut didalam\u00a0 Al-Quran:<\/p>\n\n\n\n

\u0642\u064e\u062f\u0652 \u0645\u064e\u0646\u064e\u0651 \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u0624\u0652\u0645\u0650\u0646\u0650\u064a\u0646\u064e \u0625\u0650\u0630\u0652 \u0628\u064e\u0639\u064e\u062b\u064e \u0641\u0650\u064a\u0647\u0650\u0645\u0652 \u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u064b\u0627 \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0646\u0652\u0641\u064f\u0633\u0650\u0647\u0650\u0645\u0652 \u064a\u064e\u062a\u0652\u0644\u064f\u0648 \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650\u0645\u0652 \u0622\u064a\u064e\u0627\u062a\u0650\u0647\u0650 \u0648\u064e\u064a\u064f\u0632\u064e\u0643\u0650\u0651\u064a\u0647\u0650\u0645\u0652 \u0648\u064e\u064a\u064f\u0639\u064e\u0644\u0650\u0651\u0645\u064f\u0647\u064f\u0645\u064f \u0627\u0644\u0652\u0643\u0650\u062a\u064e\u0627\u0628\u064e \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u062d\u0650\u0643\u0652\u0645\u064e\u0629\u064e \u0648\u064e\u0625\u0650\u0646\u0652 \u0643\u064e\u0627\u0646\u064f\u0648\u0627 \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0642\u064e\u0628\u0652\u0644\u064f \u0644\u064e\u0641\u0650\u064a \u0636\u064e\u0644\u064e\u0627\u0644\u064d \u0645\u064f\u0628\u0650\u064a\u0646\u064d<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201cSungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang\nberiman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan\nmereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan\n(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan\nsesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam\nkesesatan yang nyata\u201d. (QS. Ali Imran: 164<\/em>)<\/p>\n\n\n\n

Cobalah kita perhatikan dengan seksama ayat tersebut diatas.\nMaka dapat disimpulkan bahwa hikmah diutusnya Rasul tersebut adalah untuk\nmenyampaikan tiga perkara kepada orang-orang quraisy dan kita semua, tiga\nperkara itu adalah :<\/p>\n\n\n\n

1. Tentang keberadaan Allah\/tanda-tanda keberadaan-Nya.\nInilah yang dimaksud dengan Tauhid atau aqidah.<\/p>\n\n\n\n

2. Tazkiyah (penyucian jiwa), yakni membersihkan nafsu dari\nsegala macam sifat tercela dan dari syirik khafi (halus\/tersembunyi) yang\nbersarang didalam bathin. tazkiyah Inilah yang disebut dengan tasawwuf dan\nkesufian.<\/p>\n\n\n\n

3. Mengajarkan Kitab (hukum syari\u2019at) dan hikmah atau\nkebijakan dalam mejalanai kehidupan didunia yang fana ini. <\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, perayaan maulid Nabi tersebut bukan hanya sebatas mengetahui nama dan nasab keturunan, sejarah kelahiran dan kehidupan beliau saja. Akan tetapi Maulid Nabi itu dirayakan untuk memahami dan mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi SAW.<\/p>\n\n\n\n

Memahami ajaran-ajaran tersebut dengan pemahaman yang benar,\nuntuk kemudian mengamalkannya dengan baik. Jadi bukanlah hanya sekedar\nmembangga-banggakan Sosoknya saja, tanpa mengikuti ajaran yang dibawanya.<\/p>\n\n\n\n

Ibrahim bin Adham<\/a>, seorang tokoh ulama shufi, Waliyullah terkenal. Beliau pernah ditanya oleh murid-muridnya perihal ayat yang berarti \u201cBerdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuterima\u201d<\/em>. muridnya berkata:<\/p>\n\n\n\n

\u201cWahai guru, Kami senantiasa berdoa kepada Allah, akan\ntetapi sampai saat ini doa kami tersebut belum terwujudkan, belum diterima.\nLalu bagaimana ayat tersebut dapat terbukti wahai guru? apa maksud ayat itu\nsebenarnya? dan apa kesalahan kami sehingga sampai saat ini doa kami belum  juga diterima Allah SWT?\u201d<\/p>\n\n\n\n

Sang guru, Ibrahim bin Adham pun menjawab beberapa hal yang menjadi pencegah diterimanya doa seorang hamba oleh Allah. Salah satunya adalah \u201cKalian membangga-banggakan Nabi Muhammad, kalian kagum padanya, bahkan kalian siap berperang bila namanya direndahkan, tetapi sayangnya kalian tidak mau mengikuti sunnah dan ajaran-ajarannya. inilah penyebab doa kalian tidak diterima\u201d kata beliau.<\/p>\n\n\n\n

Makanya Allah SWT menghikayahkan didalam Al-Quran ucapan\nNabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim berkata:<\/p>\n\n\n\n

\u0641\u064e\u0645\u064e\u0646\u0652 \u062a\u064e\u0628\u0650\u0639\u064e\u0646\u0650\u064a \u0641\u064e\u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0647\u064f \u0645\u0650\u0646\u0650\u0651\u064a<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201c\u2026maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku\u201d. (QS. Ibrahim: 36)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Pertama sekali yang kita pahami dari ayat ini adalah siapa\nyang mengikut maka dia termasuk golongan ku, dan yang kedua merupakan kebalikan\ndari itu, yakni siapa yang tidak mengikutiku maka bukanlah dari golonganku.<\/p>\n\n\n\n

Maka oleh karena itu, ketika Nabi Nuh as berkata kepada\nAllah tentang putranya yang durhaka:<\/p>\n\n\n\n

\u0641\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0631\u064e\u0628\u0650\u0651 \u0625\u0650\u0646\u064e\u0651 \u0627\u0628\u0652\u0646\u0650\u064a \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0647\u0652\u0644\u0650\u064a<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201c\u2026maka ia (Nuh)\nberkata : Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku\u201d (QS. Hud: 45<\/em>)<\/p>\n\n\n\n

Kemudian Allah SWT\npun menjawab kegelisahan Nabi  Nuh, pada\nayat selanjutnya Allah SWT Berfirman:<\/p>\n\n\n\n

\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u064a\u064e\u0627 \u0646\u064f\u0648\u062d\u064f \u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0647\u064f \u0644\u064e\u064a\u0652\u0633\u064e \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0647\u0652\u0644\u0650\u0643\u064e \u06d6 \u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0647\u064f \u0639\u064e\u0645\u064e\u0644\u064c \u063a\u064e\u064a\u0652\u0631\u064f \u0635\u064e\u0627\u0644\u0650\u062d\u064d<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201cAllah Berfirman: Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu, sesungguhnya (perbuatan)nya tidak baik\u201d. (QS. Hud: 46)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Padahal anak itu\nadalah anak kandung Nabi Nuh as, Nabi Nuh sendiri yang mengakui itu. Ketika\nbeliau berkata demikian kepada Allah. Namun Allah menjawab bahwa bukanlah ia\ntermasuk dalam golongan Nabi Nuh, karena ia memiliki amalan yang buruk, tidak\nmengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Nuh as. Meskipun ia (Kan\u2019an) berasal\ndari darah dagingnya sendiri, anak kandungnya.<\/p>\n\n\n\n

Makanya jika dalam\nmasalah agama, bukanlah masalah hubungan darah semata. Akan tetapi masalah ikut\natau tidak.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana pada contoh lainnya, yaitu salah seorang sahabat Nabi yang mulia, Salman al-Farisi. Beliau bukanlah dari keluarga Nabi Muhammad SAW, tidak ada hubungan nasab, bahkan tidak berasal dari Mekkah. Tetapi Nabi SAW pernah berkata tentang sosoknya.<\/p>\n\n\n\n

Rasulullah SAW\nbersabda: \u201cSalman Farisi adalah keluargaku\u201d. Ini dikarenakan Salman al-Farisi\nmengikuti ajaran-ajaran Nabi SAW (Mutaba\u2019ah). Oleh karena ini, dalam agama\nbukan masalah hubungan darah, tetapi masalah mutaba\u2019ah.<\/p>\n\n\n\n

Jadi silahkan saja\nbila kita ingin membuat kenduri maulid, tetapi inti yang dimaksud dari perayaan\nmaulid Nabi itu adalah sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Bukan hanya sebatas\nmengundang orang untuk datang dan makan bersama, lantas ajaran-ajaran Nabi SAW\nyang kita rayakan hari kelahirannya itu tidak kita ikuti\/amalkan.<\/p>\n\n\n\n

Yang perlu kita\ntekankan disini adalah tazkiyah (penyucian jiwa) yang ada pada surat Ali Imran\nayat 164 pada awal pembahasan tadi. Ini sudah sangat kurang pembahasannya\ndikalangan pemuda-pemudi Islam saat ini. Apalagi dalam hal pengamalannya,\nsungguh jauh panggang dari api.<\/p>\n\n\n\n

Kita dituntut untuk\nberakhlak mulia, menghilangkan ananiyah\/keakuan, dan untuk bersuhbah\n(berhubungan baik) dengan Allah dan semua makhluk-Nya. Dan ini semua tidak\ndapat kita lakukan melainkan dengan bimbingan seorang Mursyid (guru rohani).\nBegitulah penjelasan dari seluruh ahli sufi terdahulu yang bisa kita baca dalam\nberbagai kitab-kitab tashawwuf\/kesufian. <\/p>\n\n\n\n

Bukan hanya dengan membaca-baca saja kitab tasawuf, kemudian kita menjadi sufi, tidaklah demikian. Kesufian (tazkiyah) ini butuh kepada riyadhah lahir dan batin dibawah bimbingan seorang Mursyid yang Kamil.<\/p>\n\n\n\n

Demikianlah, semoga kita dapat memetik pelajaran berharga dari tulisan ini untuk kemudian menjadi bahan renungan kedepannya, bagaiman caranya agar perayaan maulid Nabi SAW tidaklah hanya sekedar makan-makan, mengetahui nasab Nabi SAW, tempat tanggal lahir, tempat wafatnya dan kisah hidupnya. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi kita juga harus tahu dan mengamalkan Syariat dan Thariqatnya\/hadap hatinya dan akhlak prilakunya.<\/p>\n\n\n\n

Allah SWT\nBerfirman: <\/p>\n\n\n\n

\u0641\u064e\u0627\u0644\u064e\u0651\u0630\u0650\u064a\u0646\u064e \u0622\u0645\u064e\u0646\u064f\u0648\u0627 \u0628\u0650\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0639\u064e\u0632\u064e\u0651\u0631\u064f\u0648\u0647\u064f \u0648\u064e\u0646\u064e\u0635\u064e\u0631\u064f\u0648\u0647\u064f \u0648\u064e\u0627\u062a\u064e\u0651\u0628\u064e\u0639\u064f\u0648\u0627 \u0627\u0644\u0646\u064f\u0651\u0648\u0631\u064e \u0627\u0644\u064e\u0651\u0630\u0650\u064a \u0623\u064f\u0646\u0652\u0632\u0650\u0644\u064e \u0645\u064e\u0639\u064e\u0647\u064f \u06d9 \u0623\u064f\u0648\u0644\u064e\u0670\u0626\u0650\u0643\u064e \u0647\u064f\u0645\u064f \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u0641\u0652\u0644\u0650\u062d\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201c\u2026Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-A\u2019raf: 157)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Bahkan lebih dari itu, dalam ayat diatas barusan kita juga dituntut untuk mencintai, memperjuangkan dan membela ajaran-ajarannya, tentunya dengan segala kemampuan yang kita miliki walaupun nyawa sebagai taruhannya. <\/p>\n\n\n\n

Jika tidak demikian, maka sungguh perayaan maulid tersebut hanya sebatas perayaan, sedikit sekali manfaatnya atau bahkan na\u2019uzubillah<\/em>!, tidak bermanfaat sama sekali. Wallahua\u2019lambisshawab!<\/em><\/p>\n\n\n\n

[Disarikan dari ceramah khutbah jum’at di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh 1 November 2019, yang disampaikan oleh Abu. H Syukri Daud Pango, Pimpinan Dayah (Ponpes) Raudhatul Hikmah Al-Waliyyah]<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Apa hikmah dari memperingati perayaan maulid Nabi Muhammad SAW? apakah hanya sekedar makan-makan? Adakah hal lain yang perlu diperhatikan? Kelahiran Baginda Rasulullah SAW adalah merupakan suatu nikmat besar lagi sangat berharga. Karena dengan lahirnya Pemuda Arab yang suci lagi mulia ini, kita dapat mengenal Allah melalui perantaraan beliau SAW. Oleh karena inilah kita […]<\/p>\n","protected":false},"author":43,"featured_media":18246,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[6003,6002],"yoast_head":"\n